Masa Depan Jurnalisme: Apakah ChatGPT Bisa Menjadi Wartawan?

Oleh: Suhartono

Aug 16, 2023 - 20:29
Masa Depan Jurnalisme: Apakah ChatGPT Bisa Menjadi Wartawan?

Dengan kemajuan teknologi saat ini, wacana mengenai peran ChatGPT sebagai wartawan dapat disiapkan dan realisasikan dalam kehidupan nyata. Karena kemampuan ChatGPT dalam menghasilkan konten dan merangkai kata yang banyak dapat diandalkan, sehingga memberikan kontribusi unik dalam dunia jurnalistik. Namun, dengan peran ChatGPT dapat memproduksi berita/konten yang melimpah maka muncul pertanyaan terkait dengan akurasi, etika, dan dampaknya terhadap profesi wartawan.

Bagaimana jika ChatGPT benar-benar menjadi seorang wartawan? Pertama-tama, kecepatan dan efisiensinya dalam mempercepat proses meliput berita menjadi andalan. Kemudian konten/berita dapat disampaikan secara instan dan dalam jumlah besar, sehingga memenuhi kebutuhan informasi masyarakat modern. Namun, dengan produksi konten/berita yang cepat maka akan terdapat informasi yang tidak akurat atau sensasional juga meningkat sehingga akan terdapat resiko tersendiri.

Terus bagaimana ChatGPT akan mengatasi tentang sumber konten/berita yang terverifikasi? Ini juga harus dijawab dulu sebelum ChatGPT diberi mandat sebagai wartawan. Belum lagi dalam melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, maka kode etik adalah menjadi hal penting dan diutamakan. Terus bagaimana ChatGPT akan menerapkan kode etik sebagai wartawan?

Meskipun memiliki kelebihan, ChatGPT mungkin kurang mampu dalam menganalisis konteks sosial dan politik dibanding dengan wartawan manusia. Pengambilan keputusan dan penilaian dalam situasi kompleks tetap masih mengandalakan wartawan manusia. Wartawan manusia masih memiliki empati dan pengetahuan mendalam tentang masalah human. Ini juga merupakan bagian penting dari jurnalisme.

Meskipun ChatGPT dapat menyajikan fakta, kekurangan dalam memahami nuansa manusia mungkin bisa terjadi. Kreativitas dan penilaian dalam memilih cerita yang paling relevan tetap tak tergantikan bagi wartawan manusia. Jika ChatGPT sebagai wartawan juga membawa implikasi tentang kepemilikan dan pengendalian informasi.

Siapa yang bertanggung jawab atas konten yang dihasilkan? Bagaimana mengelola risiko informasi palsu? Penting untuk menjaga transparansi dalam penggunaan teknologi ini untuk mencegah manipulasi atau penyelewengan. Saat teknologi semakin terlibat dalam jurnalisme, kepemilikan dan monopoli informasi juga perlu dipertimbangkan.

Pertanyaan tentang etika mengenai hak cipta dan penggunaan sumber informasi juga perlu dijawab. Namun, potensi positif juga ada. ChatGPT dapat membantu mengatasi tugas-tugas rutin dalam proses produksi berita. Sehingga dapat memberi lebih banyak waktu bagi wartawan untuk melakukan penelitian dan peliputan secara mendalam.

Dalam era disinformasi, peran ChatGPT dalam membantu verifikasi fakta dapat sangat berarti. Namun, keseimbangan antara otomatisasi dan intervensi manusia harus diperhatikan dengan baik.

Bagaimana jika ChatGPT digunakan dalam jurnalisme investigasi? Kemampuan dalam menyusun pola dan menemukan keterkaitan dapat membantu. Namun, kerja lapangan, wawancara, dan analisis kritis tetap menjadi pilar utama dalam jurnalisme investigasi.

Yang dapat diandalakan jika ChatGPT sebagai wartawan adalah akan tetap netral dan tidak memihak dalam meliput berita. Sebagai program komputer jika ChatGPT menjadi wartawan adalah risiko bias dalam mel;akukan penyajian berita juga perlu diwaspadai. Maka penting untuk mengembangkan panduan etika khusus untuk ChatGPT jika sebagai wartawan.

Kolaborasi antara teknologi dan manusia dalam bidang jurnalistik adalah jalan terbaik ke depan. Wartawan dapat menggunakan ChatGPT sebagai alat untuk memperkaya, mempercepat, dan memudahkan produksi berita dan konten. Namun, tanggung jawab akhir tetap ada pada manusia untuk menjamin kualitas dan integritas berita.

Maka dapat ditarik kesimpulan, jika kita membayangkan ChatGPT sebagai wartawan adalah wacana menarik yang menghadirkan peluang dan tantangan. Karena teknologi membawa kemajuan, sedang peran manusia dalam menganalisis, menginterpretasi, dan memberikan konteks tetap tak tergantikan. Kolaborasi yang bijak antara teknologi dan manusia akan membentuk masa depan jurnalisme yang lebih baik.

 

Prof. Dr. Suhartono, S.Si., M.Kom. adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, pendiri Lembaga Kursus dan Pelatihan Artikel Bibliometrik, dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).