Makna Kebahagiaan

Oleh: Dr. Rahutami, M.Hum

Aug 25, 2023 - 22:40
Makna Kebahagiaan

SETIAP orang pada dasarnya mempunyai tujuan hidup untuk berbahagia. Apa yang dimaksud dengan kebahagiaan? Apakah setiap orang mempunyai pandangan yang sama tentang kebahagiaan? Bagaimana mencapai kebahagiaan? Hal-hal tersebut menarik untuk dibahas.

 

Sudut pandang terhadap makna bahagia sangat beragam. Dari sudut pandang agama/religi, misalnya, seseorang dikatakan bahagia apabila telah mampu menerapkan perintah Tuhan. Ketika dia telah mampu beribadah dengan khusyuk, maka kebahagiaan yang dibutuhkan telah dicapainya. Atau, ketika seseorang telah melakukan korupsi dan menyadari kesalahannya, maka muncul ketidakbahagiaan di hatinya. Seseorang yang telah mampu menjalani perintah Tuhan dapat merasa tenang, aman, dan nyaman karena dekat dengan Tuhan. Mereka tidak perlu lagi untuk melanggar laranganNya. 

 

Pencapaian itu merupakan pencapaian hakiki secara mental. Mereka tidak memerlukan pemenuhan kebutuhan fisik yang berlebihan. Selama kebutuhan dasarnya telah terpenuhi, maka telah mencapai kebahagiaan. Pemenuhan kebutuhan materi digunakan untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.

 

Sudut pandang ekonomi menyatakan bahwa kekayaan materi merupakan sumber kebahagiaan. Pemilikan terhadap materi yang berlebih dapat menutup semua kebutuhannya dengan kualitas yang bagus. Hal tersebut menghindarkan seseorang dari kesulitan menutupi kebutuhannya, bahkan, mungkin mendapat kualitas yang mewah. Pemenuhan material tersebut merupakan pencapaian kebahagiaan, karena membebaskan seseorang dari masalah kehidupan. Oleh sebab itu, orang tua mengarahkan anaknya pada pencapaian kekayaan materi yang tinggi. Hal itu dapat dilakukan melalui pendidikan tinggi, strategi menghemat dalam pemenuhan kebutuhan, dan sebagainya.

 

Sementara, sudut pandang sosial budaya menyatakan bahwa kebahagiaan berasal dari kedudukan atau posisi dalam komunitasnya. Cukup banyak orang yang berebut kedudukan atau posisi meskipun harus melakukan beberapa pengorbanan. Banyak contoh orang yang bermasalah karena tujuan menduduki posisi tertentu. Di sisi lain, sangat sedikit orang yang tidak berminat pada jabatan. Orang yang tidak menyukai posisi yang bagus dianggap aneh.

 

Pada jaman digital ini, usaha pencapaian kebahagiaan tampak di layar-layar sentuh. Berbagai berita menginformasikan tentang ceramah, diskusi, peristiwa yang meyakinkan tentang sumber kebahagiaan adalah agama. Usaha yang dilakukan untuk meyakinkan pemirsanya telah maksimal. Namun, ketercapaian usaha tentunya bergantung pada kesadaran pemirsanya.

 

Tayangan lainnya menunjukkan bahwa orang-orang tersebut melakukan upayanya secara maksimal. Sebagai contoh, mereka menghibur diri dengan beragam cara. Rata-rata mereka menampilkan kegiatannya hanya sebagai pekerjaan. Artinya, mereka tidak menampilkan perilakunya secara alami. Bahkan, mereka merasa sebal apabila diperlakukan sebagaimana mereka tampil di media. Dimungkinkan hal tersebut dapat menyebakan ketidaksetujuan dari penggemarnya.

 

Kebahagiaan dalam benak mereka adalah tingginya jumlah subscriber. Tingginya subscriber menunjukkan minat dan kepuasan terhadap tayangan mereka. Kreativitas dan inovasi yang mereka tampilkan mendapat penghargaan. Pengakuan terhadap hasil kerja merupakan kebahagiaan.  

 

Konten kreator lain menampilkan tayangan diskusi dengan tamunya. Pembahasan diskusi umumnya mengangkat masalah-masalah yang sedang viral. Salah satu masalah yang diangkat adalah pencarian pengakuan status ayah oleh seorang anak. Permasalahan tersebut mengungkapkan harapan kebahagiaan untuk mendapatkan pengakuan ayahnya. Anak dan ibunya diundang dari satu podcast yang satu ke podcast yang lain. Di satu sisi, tampak perjuangan anak dan ibunya untuk mencapai kebahagiaannya. Di sisi lain, sosok ibu menunjukkan upaya untuk meyakinkan bahwa sosok ayah adalah orang yang tidak bertanggung jawab.

 

Hal tersebut merupakan contoh bahwa upaya mencapai kebahagiaan tidak selalu menghasilkan kebahagiaan. Kasus tersebut bukan hanya menimbulkan kesedihan terhadap pihak yang terlibat. Kasus tersebut menimbulkan perasaan pedih, kasihan, marah sebagai penanda ketidakbahagiaan pada pemirsanya. Hal tersebut dapat dilihat dari komentar netizen.

 

Kisah lain menunjukkan bahwa kebahagiaan harus dicapai dengan beragam cara, bahkan harus bersentuhan dengan dunia hukum. Sosok kepala keluarga mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Harapan semua orang tentunya pemenuhan kebahagiaan yang dilakukan dengan cara yang baik. Faktanya, banyak kasus hukum yang bersumber dari tujuan yang baik. Namun pada umumnya, keadaan yang tidak mendukung menjadikannya kambing hitam.

 

Masih banyak lagi tayangan-tayangan yang menunjukkan upaya manusia menggapai kebahagiaan. Media massa telah menunjukkan keberagaman kehidupan manusia. Semua perilaku yang ditunjukkan, menarik untuk dijadikan pelajaran hidup. Kita dapat mengambil perilaku yang baik, tidak merugikan orang lain, dan bermanfaat untuk membangun kebahagiaan.

Pembahasan tayangan-tayangan yang “baik” tersebut perlu didesiminasikan pada generasi penerus. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa generasi muda saat ini lekat dengan gadget. Tanpa pendampingan dari pihak yang lebih tua dan bertanggung jawab, maka tayangan yang dilihatnya dapat dianggap sebagai contoh perilakunya. Contoh perilaku tersebut tidak secara otomatis menunjukkan perilaku baik atau buruk. Semua perilaku yang ditayangkan tentu dianggap baik oleh pelakunya. Oleh sebab itu, perlu penjelasan tentang semua perilaku yang ditayangkan. Secara umum generasi yang lebih dewasa  harus mampu mengajak generasi muda untuk mencapai kebahagiaan dengan cara yang bertanggung jawab. Pencapaian yang tepat dapat memberikan kebahagiaan yang hakiki, yakni pencapaian kebahagiaan dunia dan akherat. (****)

 

Penulis adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI (Pekumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia)