Belajar dan Lingkungannya

Belajar dan Lingkungannya

Oleh:

Dr. Rahaju, S.Pd., M.Pd.

BELAJAR adalah proses yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan perubahan. Perubahan yang terjadi mencakup perubahan pengetahuan, tingkah laku, keterampilan, dan pola pikir.  Perubahan merupakan hasil pengalaman seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Lingkungan belajar adalah segala kondisi dan tempat yang menunjang terjadinya proses belajar. Lingkungan belajar yang baik membangkitkan minat belajar karena belajar tidak sekedar kewajiban akademis. Lingkungan belajar yang baik juga menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar serta memberikan rasa aman.

Lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan fisik memberikan peluang gerak bagi peserta didik. Lingkungan fisik sebagai sumber atau tempat belajar harus direncanakan dengan cermat. Lingkungan fisik dapat dibedakan menjadi lingkungan indoor dan lingkungan outdoor. Lingkungan indoor merupakan lingkungan yang disediakan oleh manajemen sekolah atau berada di sekolah. Pembelajaran lazim dilakukan di lingkungan indoor. Beberapa contoh lingkungan indoor adalah ruang kelas, laboratorium, auditorium, dan perpustakaan.

Hampir semua kegiatan pembelajaran dilakukan di ruang kelas. Ruang kelas dapat digunakan untuk belajar berbagai topik dengan beragam kegiatan. Pemilihan lingkungan belajar yang selalu sama menyebabkan kejenuhan dan kurang sesuai dengan aktivitas yang diperlukan, sehingga berdampak pada kurang optimalnya pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, percobaan mengenai sifat-sifat benda padat, cair, dan gas dapat dilakukan di ruang kelas. Akan tetapi, aktivitas tersebut akan lebih efektif jika dilakukan di laboratorium IPA.

Belajar di laboratorium memiliki beberapa keuntungan. Pertama, alat dan bahan sudah tersedia, sehingga tidak harus menuntut peserta didik membawanya sendiri.  Kedua, tidak perlu mengatur tempat kegiatan karena laboratorium sudah didesain untuk aktivitas percobaan. Ketiga, memberikan suasana baru, sehingga meningkatkan semangat belajar.

Beberapa sekolah mempunyai laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa dilengkapi dengan berbagai peralatan, misalnya peralatan untuk melatih keterampilan mendengar (listening).  Selain itu, pembelajaran bahasa dapat dilakukan di auditorium. Auditorium dapat difungsikan sebagai panggung pementasan untuk bermain peran atau pembacaan puisi. Laboratorium komputer juga memiliki banyak fungsi. Peserta didik dapat berlatih meningkatkan keterampilan menggunakan komputer. Laboratorium komputer juga dapat berperan seperti perpustakaan. Peserta didik dapat memanfaatkan komputer untuk mencari berbagai informasi.

Perpustakaan merupakan lingkungan belajar yang menyediakan berbagai bahan pustaka. Ada dua jenis perpustakaan, yaitu perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital. Perpustakaan konvensional menyediakan buku cetak, film mikro, kaset, video, dan lain-lain. Perpustakaan digital mempunyai koleksi dalam format digital yang diakses melalui komputer. Belajar di perpustakaan mengembangkan kemandirian peserta didik dalam mencari informasi atau pengetahuan.

Lingkungan outdoor adalah lingkungan belajar di luar sekolah. Lingkungan outdoor tidak dengan sengaja didesain untuk proses belajar. Akan tetapi, lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai tempat belajar. Museum, monumen, tempat ibadah, dan suatu lanskap merupakan contoh lingkungan outdoor.

Museum dapat difungsikan tempat belajar. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015, museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, serta mengomunikasikannya kepada masyarakat. Ada berbagai jenis museum, salah satunya adalah museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah. Belajar di museum memberikan visualisasi yang nyata. Benda-benda yang biasanya hanya berupa gambar dapat dilihat secara nyata bentuk aslinya.

Lanskap atau bentang alam dapat difungsikan sebagai tempat belajar. Lanskap diartikan sebagai tata ruang di luar gedung yang mencakup lingkungan fisik, persepsi, dan apresiasi masyarakat terhadap lingkungan tersebut. Lanskap dapat digunakan untuk mempelajari cara suatu komunitas dalam memahami sumber daya alam dan fisik.

Lingkungan belajar non-fisik disebut pula lingkungan sosial. Lingkungan non-fisik berhubungan dengan pola interaksi antar personal di lingkungan sekolah. Interaksi antara guru dan peserta didik dan interaksi antar peserta didik berpengaruh terhadap kenyamanan belajar.

Lingkungan belajar non-fisik yang aman dan nyaman dapat diciptakan dengan menjalin keakraban antara guru dan peserta didik. Interaksi atau keakraban antar warga sekolah dan warga kelas menyebabkan peserta didik merasa diterima dan dihargai. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri, sehingga peserta didik berani mengungkapkan ketidaktahuannya. Peserta didik juga berani terlibat dalam aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik belajar lebih banyak dan lebih baik.

Pemilihan lingkungan belajar hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan tempat belajar yang bervariasi menghindarkan peserta didik dari rasa bosan dan meningkatkan semangat belajar. Setiap tempat dapat menjadi tempat belajar yang baik jika dikelola dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar hendaknya memperhatikan karakter, minat, dan latar belakang peserta didik. (***)

 

Dr. Rahaju, S.Pd., M.Pd. adalah Dosen Prodi Pendidikan Matematika. Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI.