Sikap Surya Paloh dan Titip Salam Jokowi ke Cak Imin Jadi Sinyal Koalisi Besar Prabowo

Di sisi lain, partai pengusung paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin lainnya yakni PKB belakangan terlihat mesra dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mar 22, 2024 - 13:17
Sikap Surya Paloh dan Titip Salam Jokowi ke Cak Imin Jadi Sinyal Koalisi Besar Prabowo

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pilpres 2024 dalam satu putaran.

Prabowo-Gibran meraih 96.214.691 suara sah. Mereka pun unggul di 36 dari 38 provinsi seluruh Indonesia. Tak hanya itu, pasangan ini juga menang di luar negeri.

Ucapan selamat kepada Prabowo-Gibran berdatangan, salah satunya dari Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Ia menerima hasil penghitungan suara Pemilu 2024 yang dilakukan oleh KPU.

Di sisi lain, partai pengusung paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin lainnya yakni PKB belakangan terlihat mesra dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

PKB dikabarkan bakal mendapatkan kursi menteri di Kabinet Prabowo-Gibran usai dua menterinya bertemu Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (18/3).

Kabar PKB bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran makin terang setelah Jokowi menitipkan salam kepada Cak Imin.

Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi menilai ucapan selamat dari Paloh kepada Prabowo-Gibran merupakan simbol bahwa NasDem membuka diri untuk diajak berkoalisi.

Namun, Paloh enggan terburu-buru karena proses sengketa Pemilu 2024 tengah berproses di Mahkamah Konstitusi (MK).

Menurutnya, ada kemungkinan Paloh bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran usai MK memutus perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024.

Selain Nasdem, kata dia, PKB juga disebut akan bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran. Tradisi mencatat bahwa partai yang dipimpin Cak Imin itu selalu berada di dalam pemerintahan.

"Saya meyakini Nasdem dan PKB akan bergabung dengan Prabowo," kata Asrinaldi, Kamis (21/3) malam.

Ia berpendapat bergabungnya dua partai dari kubu paslon 1 itu lantaran mencari posisi aman. Sebab, ketika partai politik berada di luar pemerintahan banyak hal yang tidak bisa mereka dapatkan.

Tak hanya kebutuhan kekuasaan, tetapi juga hal lain yang menjadikan partai-partai tersebut bisa tetap bertahan.

"Mau tidak mau di 2029 mereka juga akan mendapatkan peluang untuk dipilih kembali," ujarnya.

Senada Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro berpendapat NasDem akan bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran.
"Setelah NasDem ini, bisa jadi ada arahan juga PDIP malah. Ada kode-kode yang saya lihat sangat kuat," ujar Agung.

Agung menyebut sejumlah kode itu di antaranya ketika Gibran mengaku sudah mendapat ucapan selamat dari petinggi PDIP usai KPU mengumumkan hasil Pilpres 2024. Ucapan selamat bahkan sudah banyak Gibran terima sejak unggul saat hitung cepat atau quick count.

Kemudian, politikus PDIP Deddy Yevri Sitorus menyampaikan bahwa Prabowo sempat menjenguk Bendum PDIP Olly Dondokambey yang tengah sakit.

"Artinya relasi dengan PDIP ini sebenarnya baik-baik saja antara Prabowo dengan Megawati. Tapi tidak dengan Jokowi dan Megawati. Jadi saya masih melihat ada kemungkinan PDIP merapat," katanya.

Usai NasDem dan PDIP bergabung dengan koalisis Prabowo-Gibran, Agung menyebut PKB akan mengikuti langkah mereka masuk ke dalam pemerintahan.

"Cepat atau lambat seiring berjalannya waktu PKB ya perlahan tapi pasti juga akan merapat," ucapnya.

"Saya melihat delapan parpol parlemen ini semuanya ada kemungkinan merapat ke Prabowo-Gibran. Tapi di titik ini saya berharap ada yang berada di luar pemerintahan, Apakah itu PKS, PDIP, apakah PKS dan PDIP plus PKB misalkan," sambungnya.

Relasi Puan dan keluarga Solo

Di sisi lain Agung menyebut peluang PDIP bergabung ke koalisi Prabowo-Gibran juga bisa ditentukan oleh sikap Puan. Ia menduga kemungkinan besar Ketua DPP PDIP Puan Maharani sudah bertemu dengan Gibran di Solo, Jawa Tengah.

Puan memang sempat mengunggah momen kunjungannya ke Masjid Sheikh Zayed, Solo melalui akun Instagram resminya.

Menurutnya, Puan merupakan petinggi PDIP yang paling bisa menerima terkait keputusan Jokowi menempatkan Gibran menjadi cawapres Prabowo.

Berada di luar pemerintahan, kata Agung sangat membutuhkan stamina politik yang cukup tinggi. Hal itu lantaran banyak sumber daya yang terbatas, baik ekonomi, politik, maupun perlindungan hukum.

"Celah PDIP untuk berkoalisi itu sekarang salah satunya ada di tangan Mbak Puan karena beliau bagaimanapun sebagai suksesornya Ibu Mega setelah tidak lagi menjadi ketua umum," kata Agung.

"Selama ini keluarga Solo dengan Puan itu setahu saya hubungannya bagus. Saya masih melihat ada kemungkinan PDIP merapat ke pemerintahan Prabowo-Gibran," imbuhnya.

Sementara itu, Asrinaldi memprediksi PDIP akan menjadi oposisi. Menurutnya, PDIP akan lebih terhormat berada di luar pemerintahan. Posisi itu akan membuat PDIP tetap eksis pada Pemilu 2029 mendatang.

Apalagi, PDIP masih menjadi partai politik dengan kursi terbanyak di DPR RI periode 2024-2029.

"Itu juga akan kuat dan tentu Gerindra juga ada berusaha membujuk PDIP. PDIP sangat strategis untuk menyeimbangkan kekuasaan Prabowo," ucapnya.

Asrinaldi berpendapat, kader-kader PDIP tak akan simpati jika partai berlambang kepala banteng itu memilih bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Di kubu Prabowo sendiri tidak nyaman kalau PDIP bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, sehingga kekuasaan itu juga sulit untuk dikontrol ketika ada partai besar masuk ke dalam pemerintahan. Sementara Gerindra sendiri partai yang tidak dominan di DPR dibandingkan PDIP," jelasnya.(han)