Santri Berdaya Indonesia Kuat

Pesantren telah menjadi satu dari banyak pilihan sebagai tempat terbaik dalam menempuh pendidikan. Sebab selain sebagai tempat untuk mencari pengetahuan, pesantren juga menjadi tempat untuk berinteraksi dengan orang lain secara hidup bersama, menerima perbedaan, dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Jan 20, 2024 - 05:30
Santri Berdaya Indonesia Kuat
Khusniatus Sholiha

Oleh: Khusniatus Sholikha

Pesantren telah menjadi satu dari banyak pilihan sebagai tempat terbaik dalam menempuh pendidikan. Sebab selain sebagai tempat untuk mencari pengetahuan, pesantren juga menjadi tempat untuk berinteraksi dengan orang lain secara hidup bersama, menerima perbedaan, dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Pesantren sebagai lembaga sentral di tengah-tengah masyarakat memiliki peranan cukup strategis dalam pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Dewasa ini peran pesantren di kalangan masyarakat sangat diperlukan, tidak hanya pada batas keagamaan, akan tetapi menjadi penggerak dan pelopor dalam menghadapi permasalahan sosial dan ekonomi.

Kompleksitas permasalahan masyarakat yang ada saat ini memang perlu diselesaikan dengan cara yang kreatif dan innovatif. Salah satunya dengan melalui pengembangan soft skill wirausaha di pesantren. Santri sebagai peserta didik di pesantren merupakan aset sumberdaya manusia yang memiliki potensi untuk dilibatkan dengan tujuan keunggulan soft skill, baik dari segi agama dan umum. Melalui pengembangan wirausaha, maka besar kemungkinan para santri selain akan menjadi pendakwah juga akan menjadi pelaku bisnis baru atau sekarang ini populer dengan sebutan santripreneur. Dengan ditimpa keilmuan keagamaan yang matang menjadikan santri sebagai SDM yang beretos kerja islami dalam menekuni bisnis atau wirausaha yang dijalankan.

Salah satu pondok tua di pinggiran Kabupaten Pasuruan ini misalnya. Pondok yang didirikan pada tahun 1970M memberi wadah untuk para santri mengembangkan soft skillnya pada wirausaha unit koperasi syariah. Yang mana para santri di gembleng untuk terus memecahkan masalah-masalah fiqih muamalah dengan cara musyawaroh dan mengikuti bahsul masail agar dalam bertransaksi tidak sampai menggunakan akad yang keliru dan juga dilatih untuk bisa berbicara dengan lugas dan bagus di depan orang lain dengan cara diadakannya mukhadhoroh dan khitobah dalam setiap minggunya.

Pada sebelum tahun 1999M, pondok tersebut hanya mempunyai toko retail dan kemudian ada salah seorang pengurus pesantren mempunyai gagasan untuk membuat wirausaha yang berdiri pada bidang koperasi, khususnya koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah yang pada awalnya hanya ber-anggotakan jajaran majelis keluarga, dewan asatidz dan beberapa santri aktif. Pada tahun 2000M koperasi resmi beroperasi dengan membuka anggota yang jangkauannya lebih luas lagi yaitu masyarakat sekitar, alumni dan wali santri.

Dengan mempekerjakan santri yang sudah dibekali dengan ilmu tentang akad muamalah yang sesuai syariat dan ilmu komunikasi yang baik maka usaha koperasi terus berkembang pada setiap tahunnya. Terbukti dengan mempunyai 23 cabang yang mana seluruh jajaran pengurus, pengawas dan pengelola dan kepala setiap cabangnya di kelola oleh santri. Membantu perekonomian masyarakat sekitar dan membantu biaya hidup santri yang kurang mampu di pondok adalah tujuan majelis keluarga menyetujui didirikannya koperasi ini.

Pesantren yang menjalankan ekosistem wirausaha ini memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan usaha di Indonesia. Selain menjadi lembaga pendidikan berbasis keagamaan, pesantren dapat pula menjadi mitra pengembangan masyarakat sekaligus. Sebagai Agent of Development dalam bahasa kekiniannya. Pesantren dinilai mampu mengembangkan sumber daya masyarakat di daerah melalui pemberdayaan ekonomi. Tentu ini sangat mampu dikelola mengingat jumlah pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru tanah air sangat banyak. Berdasarkan Data Pendidikan Islam (EMIS), Dirjen Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementrian Agama, jumlah pondok pesantren di Indonesia sebanyak 28.518 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sebanyak 4.354.245 santri.

Menjadi wirausaha adalah meneladani Rasulullah Muhammad SAW dimana beliau adalah sosok entrepreneur sejati. 25 tahun dari usia Rasulullah dijalani dengan berprofesi sebagai wirausaha. Rasulullah tidak hanya berwirausaha yang semata-mata mencari keuntungan secara duniawi saja namun beliau mengajarkan bahwa seorang pengusaha juga harus membekali dirinya dengan bekal keimanan dan ilmu syar’i. Khususnya yang berkaitan dengan fikih muamalah agar bisa menjadi pengusaha yang baik dan benar serta tidak terjerumus dalam hal-hal yang haram.

Kita tentunya berharap bahwa kedepan usaha santri selalu berkembang, agar santri, alumni maupun masyarakat selalu terbantu dengan usaha tersebut. Memang sederhana namun jika dilakukan dengan konsisten maka akan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mengantisipasi resesi yang mungkin terjadi. Karena santri yang berdaya adalah santri yang mencintai negerinya dan Negara Indonesia menjadi kuat.

 

Khusniatus Sholikha adalah mahasiswa program pascasarjana IAI Al Qolam Malang