Pendidikan Karakter dan Permainan

Bermain merupakan bagian aktivitas kehidupan manusia. Bermain tidak mengenal batasan usia dan gender. Setiap orang, setiap anak suka bermain. Setiap orang

Oct 5, 2023 - 12:53
Pendidikan Karakter dan Permainan

 Oleh: Dr. Rahaju, S.Pd., M.Pd.

 

Bermain merupakan bagian aktivitas kehidupan manusia. Bermain tidak mengenal batasan usia dan gender. Setiap orang, setiap anak suka bermain. Setiap orang berusaha meluangkan waktu untuk bermain.

Perkembangan teknologi semakin memberi peluang seseorang untuk bermain. Seseorang dapat bermain kapan saja dan di mana saja. Teman bermain menjadi sangat tidak terbatas. Dengan bantuan teknologi, seseorang dapat bermain dengan orang yang hanya dikenal dalam dunia maya.

Permainan atau sarana bermain telah banyak yang diintegrasikan dalam pembelajaran. Dampak penggunaan permainan dalam pembelajaran cukup signifikan untuk meningkatkan hasil belajar, minat belajar, dan motivasi belajar. Selain dampak tersebut, ada kelebihan lain dari permainan, yaitu dapat mengembangkan karakter siswa.

Pengembangan atau pendidikan karakter menjadi fokus pembelajaran sejak tahun 2010. Pembelajaran di sekolah dasar lebih ditekankan pada pendidikan karakter. Pada jenjang sekolah dasar, pemberian atau transfer pengetahuan tidak lebih penting daripada pembentukan karakter.

Penguatan pendidikan karakter pada Kurikulum 2013 mencakup delapan belas karakter. Pada Kurikulum Merdeka, penguatan pendidikan karakter tercakup dalam Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila adalah sejumlah karakter dan kompetensi yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila yang diharapkan dicapai peserta didik. Ada enam dimensi Profil Pelajar Pancasila dan tiap dimensi membuat beberapa elemen.

Sebagai contoh, dimensi bergotong royong mengandung beberapa elemen. Elemen bergotong royong adalah berkolaborasi, peduli, dan berbagi. Berkolaborasi dalam arti dapat bekerja sama dengan orang lain dan bersikap positif terhadap orang lain. Peduli diartikan bertindak proaktif pada kondisi lingkungan fisik dan sosial di sekitarnya. Berbagi memunyai pengertian memberi dan menerima semua hal penting untuk mencapai keberhasilan pribadi atau bersama.

Penguatan pendidikan karakter pada Kurikulum 2013 antara lain dilakukan dengan berdoa sebelum memulai pembelajaran. Kegiatan ini dianggap sebagai penanaman karakter religius. Setelah itu, siswa diajak menyanyikan lagu-lagu nasional, seperti Indonesia Raya, Garuda Pancasila, atau lagu nasional lainnya. Hal ini ditujukan untuk membentuk jiwa nasionalis, seperti cinta tanah air dan semangat kebangsaan.

Penerapan Profil Pelajar Pancasila, antara lain juga dilakukan dengan berdoa sebelum pembelajaran. Apakah hanya ini yang dilakukan untuk mengembangkan karakter peserta didik? Sebenarnya ada berbagai cara pengembangan karakter, di antaranya adalah penggunaan permainan. Bagaimana hubungan antara pengembangan karakter peserta didik dengan permainan?

Permainan adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk bermain. Ada permainan yang dilakukan secara kelompok dan ada pula yang secara individu. Permainan yang dilakukan secara kelompok dapat digunakan untuk mengembangkan karakter kerja sama. Sebagai contoh: pada permainan monopoli, yang diintegrasikan dalam pembelajaran, pemain bertugas melemparkan dadu, menjadi bidak, mengamankan, mengatur modal yang dimiliki, dan menyelesaikan masalah.  

Uji coba penggunaan permainan monopoli dilaksanakan minimal sebanyak dua kali pada setiap rombongan belajar. Pada pembelajaran yang pertama kali dilakukan, pemain belum menyadari pentingnya bekerja sama. Pemain yang terdiri atas beberapa peserta didik sekadar mengikuti aturan permainan, belum ada pembagian tugas. Semua anggota kelompok secara acak menjalankan aturan permainan.

Akan tetapi, pada pelaksanaan permainan yang kedua dan selanjutnya, para anggota kelompok mulai bekerja sama. Mereka berbagi tugas dengan anggota kelompoknya. Ada yang bertugas melempar dadu dan menjadi bidak dan ada yang bertugas mengelola modal yang dimiliki kelompok. Dengan pembagian tugas ini, aktivitas setiap anggota kelompok menjadi teratur dan tidak terlalu berat.

Pemain menyadari pentingnya kerja sama untuk memenangkan permainan. Karena itu, setiap anggota kelompok berusaha menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Artinya, permainan ini dapat pula mengembangkan karakter tanggung jawab.

Ketika pemain mendapatkan soal, masalah, atau pertanyaan, mereka mengembangkan dimensi bergotong royong. Beberapa elemen gotong royong yang muncul, antara lain: menghargai pendapat teman dan berkomunikasi dengan baik dalam mencari jawaban atau solusi permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, tiap anggota mengembangkan karakter kerja keras dan berbagi pengetahuan untuk mencapai keberhasilan bersama, yaitu memenangkan permainan. Elemen kreatif juga muncul dalam bentuk tidak malu mengemukakan ide-ide baru.

Kemenangan merupakan tujuan permainan. Untuk memeroleh kemenangan, setiap anggota kelompok berusaha tekun memelajari materi yang menjadi bahan pertanyaan. Ketika ada pemain atau kelompok yang menang, kelompok lain menghargai kemenangan tersebut, misal: dengan bertepuk tangan. Dengan demikian, akan terasah karakter tekun, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

Permainan yang dilakukan secara individual juga dapat mengembangkan karakter. Permainan kartu atau permainan dakon menuntut pemain menerapkan budaya antre. Setiap pemain harus sabar menunggu giliran bermain. Kegiatan ini merupakan proses mengembangkan karakter disiplin.

Secara umum, semua permainan memunyai aturan. Penggunaan permainan akan mengajarkan pemain atau peserta didik untuk disiplin, tertib, dan patuh pada ketentuan yang berlaku. Jika pemain melanggar aturan, maka kegiatan bermain menjadi kacau dan tidak dapat dilanjutkan dengan baik.

Beberapa karakter positif dapat dikembangkan melalui satu permainan. Akan tetapi, setiap pemain berharap menjadi pemenang dalam permainan yang diikutinya. Hal ini mendorong pemain berbuat curang atau tidak jujur.  Inilah yang harus diantisipasi dalam menggunakan permainan sebagai sarana pengembangan karakter.

Pembahasan ini menekankan alternatif pengembangan karakter secara tidak formal, yaitu melalui permainan. Setiap alternatif yang ditawarkan selalu mengandung risiko atau dampak negatif. Oleh karena itu, harus selalu waspada dan mengantisipasi terjadinya dampak negatif yang mengiringinya.

 

Dr. Rahaju, S.Pd., M.Pd. adalah dosen Prodi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Tulisan ini disunting oleh Dr. Indayani, M.Pd., Prodi PBI, FISH, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).