Gaung Jiwa Korsa Semangat Kemerdekaan RI

Oleh: Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd.

Aug 28, 2023 - 15:55
Gaung Jiwa Korsa Semangat Kemerdekaan RI

Peringatan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke-78 selalu dilaksanakan dengan meriah dan gegap gempitaMeski tanggal 17 Agustus telah lewat, namun euforia penyambutan dengan berbagai kegiatan dilaksanakan dengan penuh semangat dan antusias warga. Kemeriahan, kehangatan, dan kebersamaan warga dirasakan di seluruh sudut negeri ini. Tidak hanya di ibu kota, kemeriahan juga dirasakan di seluruh pelosok tanah air tercinta ini. Dengan semangat penuh sukacita seluruh lapisan masyarakat merayakan hari kemerdekaan dengan berbagai kegiatan yang menghibur sekaligus bermanfaat bagi warganya.

Kemeriahan tidak hanya dirasakan di lingkungan perkantoran dan lembaga pendidikan. Semua lapisan masyarakat memeriahkan dengan berbagai kegiatan dengan keunikan dan kekhasan masing-masing. Seluruh warga masyarakat bekerja sama mengadakan bermacam-macam kegiatan dan perlombaan untuk warganya. Hal itu mengekspresikan wujud rasa cinta warga kepada kemerdekaan bangsa Indonesia dan penghargaan terhadap pahlawan dan sejarah kemerdekaan.

Dalam memperingati hari kemerdekaan banyak hal yang diperoleh, misalnya  seluruh warga bergotong royong untuk menyukseskan kegiatan yang sudah direncanakan. Berbagai perlombaaan dilaksanakan. Meskipun sederhana, panjat pinang menjadi salah satu primadona perlombaan yang membuat warga merasa bahagia. Sorak sorai dan teriakan bersahut-sahutan dari suporter mengiringi  pemanjat hingga berhasil medapat hadiah dari puncak pohon pinang. Perlombaan ini manjadi tontonan sekaligus healing yang menarik bagi warga. Lomba makan kerupuk juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Makan kerupuk mungkin sudah biasa dilaksanakan di rumah masing-masing. Akan tetapi menjadi berbeda apabila dilombakan dalam Perayaan Agustusan” Makan kerupuk menjadi salah satu lomba yang lucu dan menggemaskan. Kebebasan dalam mengekpresikan semangat warga Indonesia untuk mengikuti perlombaan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap wargaMeski hadiah yang peroleh sangat sederhana, namun semangat untuk meramaikan perlombaan sangat luar biasa gigihnya.

Pawai atau karnaval merupakan salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam perayaan kemerdekaan menjadi hiburan yang ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat. Berbagai costume daerah dan segala macam keragaman berbusana dikenakan untuk menghibur sekaligus menunjukkan keragaman dalam kebersamaanAneka karakter pun menjadi inspirasi dalam berkreasi. Yang paling penting adalah kemeriahan dan kebahagiaan seluruh warga dalam mewujudkan semangat untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Kelucuan dan kekonyolan yang dilakukan oleh peserta pawaimenjadikan hiburan yang terasa lebih “natural”.

Keterlibatan seluruh warga mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia pun sangat kentara. Kebersamaan yang dilaksanakan dalam semua kegiatan  menggambarkan sifat gotong royong yang sangat penting untuk “dipupuk” dan ditumbuhsuburkan dalam kehidupan.  

Dalam memeriahkan kemerdekaan, ciri khas yang selalu diikuti adalah pemakaian atribut bernuansa merah putih. Ini menggambarkan warna bendera pusaka negara Republik Indonesia yang disebut  “Sang Saka Merah Putih”. Tidak hanya pakaian, sarana dan prasaranaa pun banyak yang menggunakan warna merah putih. Lampu dan lampion di jalan-jalan, umbul-umbul dipasang warga di sepanjang jalan juga berwarna merah putih. Makanan bernuansa merah putih pun banyak diproduksi dan dijualbelikan di sudut-sudut jalan lingkungan warga. Mainan anak-anak dengan nuansa senada banyak kita jumpai di toko-toko dan pedagang mainan keliling. Ini menunjukkan bahwa betapa kesadaran dan semangat seluruh warga Indonesia dari segala kalangan peduli untuk memperingati hari kemerdekaan.

Disisi lain kegiatan sambil mencari makan tetap mereka lakukan. Kegiatan pembelajaran di sekolah juga tetap dilaksanakan, meski banyak mengalami perubahan selama perayaan kemerdekaan. Seluruh siswa dilibatkan secara aktif dalam berbagai kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tidak jarang para siswa mendapat dispensasi untuk  menyiapkan perlombaan agar kelas dan sekolahnya memenangkan perlombaan dan berpartisipasi aktif dalam perayaan Hari Kemerdekaan.

Sebelum puncak peringatan kemerdekaan pada 17 Agustus, biasanya diadakan acara renungan suci untuk berdoa dan mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan. Pelaksanaan renungan suci pada tanggal 16 Agustus malam selalu disertai dengan selamatan dalam bentuk tumpengan di lingkungan masing-masing. Semua warga terlibat bergotong-royong agar acara dilaksanakan dengan meriah. Berbagai donasi dari warga pun diberikan dengan sukarela dan iklas demi suksesnya seluruh rangkaian kegiatan.

Pada puncak peringatan kemerdekaan ini dilaksanakan upacara bendera secara bersama-sama. Upacara dilaksanakan di seluruh lapisan masyarakat. Di lingkungan RT pun banyak yang melaksanakan upacara bendera yang diikuti oleh warganya. Tentu saja ini sangat berbeda dengan upacara yang dilaksanakan di kantor-kantor pemerintahan. Yang terpenting dalam upacara peringatan kemerdekaan di kampung adalah mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seluruh warga menjadi lebih semangat dan antusias dalam merayakan dan memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-78 ini. Semangat yang menyala-nyala menjadi gambaran semangat juang seluruh warga dalam mempertahankan, menjaga, dan mengisi kemerdekaan. Semangat juang yang tinggi harus dimiliki oleh seluruh warga negeri ini. Tidak pandang bulu dan latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan status sosial mereka. Seluruh warga Indonesia, satukan tekat dan semangat untuk menjaga dan memajukan Negara Indonesia supaya tetap jaya selamanya. Hal ini selaras dengan tema HUT RI ke 78 tahun 2023 “Terus Melaju untuk Indonesia Maju” Sekali Merdeka tetap Merdeka! (****)

 

Penulis adalah Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Disunting oleh Dr. Umi Salamah, M.Pd Dosen IKIP Budi Utomo Malang, Ketua 3 Perkumpulan Ilmuan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)