Pembelajaran Berdiferensiasi: Tantangan Baru bagi Guru

Oleh: Dr. Hadi Wardoyo, M.Pd.

Jan 22, 2024 - 19:36
Pembelajaran Berdiferensiasi: Tantangan Baru bagi Guru

Implementasi Kurikulum Merdeka ternyata memberikan banyak tantangan bagi guru karena banyak perubahan di dalamnya. Salah satu tantangan tersebut adalah guru dituntut mampu mengembangkan pembelajaran yang berdiferensiasi. Bagi para guru, mengembangkan  pembelajaran tersebut merupakan sesuatu yang baru karena pada kurikulum sebelumnya tidak pernah dilakukan.

 

Pada kurikulum lalu, proses pembelajaran dilakukan oleh guru secara klasikal dengan memandang semua siswa di kelas dituntut memiliki kemampuan sama, minat yang sama, dan keterampilan yang sama. Akibatnya, mereka diberi perlakuan yang sama selama proses pembelajaran. Mereka diberi  materi ajar yang sama, proses pembelajaran yang sama, dan dituntut menghasilkan produk pembelajaran yang sama.

 

Nah, pada pada implementasi Kurikulum Merdeka ini, pandangan tersebut berubah total. Guru harus memperlakukan siswa secara berbeda sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan minat mereka. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan guru dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, keterampilan, dan minat siswa itulah yang disebut pembelajaran berdiferensiasi.

 

Apakah yang harus dilakukan oleh guru dalam menghadapi tantangan tersebut? Ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh guru, yakni (1) memahami konsep pembelajaran berdifirensiasi, (2) melakukan persiapan, dan (3) melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Selanjutnya, ketiga tahapan tersebut dipaparkan sebagai berikut.

 

Secara konseptual pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu (Tomlinson, 2001). Dengan kata lain pembelajaran berdiferensiasi itu merupakan pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda.

 

Dari konsep tersebut, jelaslah bahwa dalam pengembangan pembelajaran berdiferensiasi, segala upaya yang dilakukan guru di kelas difokuskan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.  Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki empat ciri berikut.

 

Pertama, pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok, yakni pada  kompetensi dasar pembelajaran atau capaian pembelajaran.

 

Kedua, evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemetaan kebutuhan siswa terlebih dahulu, kemudian dimasukan ke dalam strategi pembelajaran.

 

Ketiga, pengelompokan peserta didik dilakukan secara fleksibel,  misalnya dilakukan  secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dan lain-lain. Keempat, siswa secara aktif bereksplorasi di bawah bimbingan dan arahan guru, sehingga proses pembelajaran berpusat kepada siswa (Tomlinson, 2001).

 

Dalam pemetaan kebutuhan siswa perlu mempertimbangkan tiga hal, yaitu kesiapan belajar siswa (readiness), minat siswa, dan profil belajar siswa. Sekilas ketiga hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.

 

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

 

Tingkatan kesiapan siswa dalam belajar terdiri atas enam macam, yaitu (a) kesiapan belajar dari hal-hal yang bersifat mendasar hingga bersifat transformatif, (b) kesiapan belajar  dari hal-hal yang konkret hingga abstrak, (c)  kesiapan belajar  dari hal-hal yang sederhana hingga yang kompleks, (d) kesiapan belajar  dari hal-hal yang terstruktur hingga yang terbuka luas, (e) kesiapan belajar  dari hal-hal yang terbimbing hingga yang mandiri, dan (f) kesiapan belajar dari yang lambat hingga yang cepat.

 

Minat merupakan motivator  yang sangat penting yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu, dalam merancang pembelajaran yang berdiferensiasi, guru hendaknya mempertimbangkan berbagai minat siswanya. Ia harus tahu ke mana minat belajar siswa-siswanya, apakah berminat di bidang seni, matematika, sains, sosial, keterampilan, olahraga, atau lainnya.

 

Hal tersebut dimaksudkan agar (a) membantu siswa menyadari bahwa ada kesesuaian antara sekolah dengan keinginan belajarnya, (b) menyadarkan siswa bahwa ada keterhubungan antara pembelajaran yang satu dengan lainnya, (c) membantu siswa mempelajari ide atau keterampilan baru yang belum familiar dengan menyajikan ide atau keterampilan yang telah dikuasai siswa, dan (d) meningkatkan motivasi belajar siswa. Misalnya, guru meminta siswa untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.

 

Berikutnya hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi adalah profil belajar siswa. Profil belajar ini terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga  berhubungan dengan gaya belajar siswa.

 

Profil belajar ini merupakan pendekatan yang disukai siswa untuk belajar, yang dipengaruhi  oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Menurut Suprayogi, dkk., 2022) faktor yang dapat mempengaruhi profil belajar siswa meliputi bahasa, ketertarikan atau minat, apa yang pelajari siswa di rumah, gaya belajar siswa, kebutuhan khusus (disleksia, ADHD, autis), preferensi belajar, latar belakang keluarga siswa, daya konsentrasi siswa, pembelajaran dinamis, pengetahuan sebelumnya, latar belakang budaya siswa, karakter siswa, waktu pengerjaan tugas, status ekonomi, dan kesukaan siswa terhadap kegiatan bersekolah.

 

Dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi, ada empat aspek yang perlu dikembangkan oleh guru, yaitu konten atau isi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Keempat aspek tersebut dipaparkan sebagai berikut.

 

Konten merupakan materi yang diajarkan atau disampaikan pada siswa. Materi tersebut hendaknya dikembangkan dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar siswa baik  berkenaan dengan aspek kesiapan belajar,  minat , dan  profil   belajar siswa atau kombinasi ketiganya. Dengan mempertimbangkan aspek tersebut, guru harus mampu memilih dan merancang materi yang akan dipelajari siswa secara berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan siswa yang berbeda.

 

Pada  diferensiasi proses, guru hendaknya dapat memberikan pelayanan yang berbeda kepada setiap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk itu, guru hendaknya bisa memilih siswa mana yang perlu bantuan khusus ketika belajar dan siswa  mana   mampu belajar mandiri,   siswa mana yang membutuhkan media atau ilustrasi untuk memahami materi, dan siswa mana yang tidak membutuhkan media tersebut.

Pada diferensiasi produk, guru hendaknya memberikan pilihan tugas kepada siswa sehingga menghasilkan produk belajar yang berbeda sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Dalam diferensiasi produk ini, guru memberikan tugas dan penilaian produk yang berbeda-beda untuk masing- masing siswa tetapi masih tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang sama.

 

Lingkungan belajar merupakan aspek penting yang harus dikembangkan guru pada saat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Lingkungan belajar tersebut dapat berbentuk kondisi atau sesuatu dari luar yang berpengaruh terhadap siswa baik secara fisik, sosial, maupun intelektual. Oleh sebab itu, lingkungan belajar hendaknya bisa dikondisikan oleh guru agar tercipta suasana belajar yang kondusif sehingga memudahkan siswa untuk belajar.

 

Bagi guru yang terbiasa dengan pola lama, mengembangkan pembelajaran secara berdiferensiasi baik konten/isi, proses, produk, maupun lingkungan belajar tersebut agak sulit. Namun demikian tantangan tersebut perlu diatasi secara bertahap. Yang penting ada kemauan guru untuk mencoba dan berubah dari pola pembelajaran lama menuju pola pembelajaran yang baru, yakni pembelajaran berdiferensiasi. (****)

 

Dr. Hadi Wardoyo, M.Pd. adalah dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Kanjuruhan Malang.

Editor: Wadji