1 Muharram atau 1 Syura Momentum untuk Berubah jadi Manusia Lebih Baik

Mengutip laman Gontor, sejarah 1 Muharram tahun baru Islam, awalnya ditandai dengan peristiwa besar berupa peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Hal tersebut menjadikan sebuah penamaan kalender Islam.

Jul 19, 2023 - 15:10
1 Muharram atau 1 Syura Momentum untuk Berubah jadi Manusia Lebih Baik

NUSADAILY.COM – JAKARTA – 1 Muharram 1445 Hijriyah, atau 1 Syura, jatuh pada 19 Juli. Dalam tahun baru, umat Islam dianjurkan untuk berinstrospeksi untuk menjadi manusia yang lebih baik. Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Islam.

Bulan ini merupakan bulan yang memiliki banyak kemuliaan. Bahkan, dalam satu riwayat bulan Muharram disebut sebagai bulannya Allah.

Mengutip NU Online, Syekh Jalalauddin As-Suyuthi mengatakan, bahwa kelebihan bulan Muharram terletak pada namanya yang islami dibandingkan nama bulan hijriah lainnyya. Nama bulan Hijriyah selain Muharram merupakan nama bulan yang dipakai pada masa jahiliah.

Sementara bulan Muharram pada era masyarakat jahiliah dinamai bulan Shafar Awwal, sedangkan bulan setelah Muharram disebut bulan Shafar Tsani. Saat Islam datang, Allah menyebut Shafar Awwal dengan bulan Muharram yang dinisbahkan dengan asma-Nya.

Selain itu, di bulan ini juga terdapat puasa sunah yang tingkatannya hanya satu level di bawah puasa Ramadhan saja. Artinya, puasa di bulan Muharram ini sangat dianjurkan. Puasa ini dilakukan pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Sejarah bulan Muharram

Mengutip laman Gontor, sejarah 1 Muharram tahun baru Islam, awalnya ditandai dengan peristiwa besar berupa peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Hal tersebut menjadikan sebuah penamaan kalender Islam.

Hijrah sendiri diartikan sebagai perjuangan meninggalkan hal-hal buruk ke arah yang lebih baik. Dan, kini peristiwa hijrah diartikan sebagai pembelajaran nilai kebaikan untuk diri sendiri, seperti berani meninggalkan sesuatu yang buruk yang merugikan diri sendiri dan beralih pada sesuatu yang baik.

Kaum yang berhijrah (Muhajirin) sungguh-sungguh telah melakukan suatu perjuangan besar. Mereka rela meninggalkan tanah kelahiran, keluarga, harta benda, dan segala kepentingan duniawi lainnya. Perjuangannya adalah membangun ekosistem baru yang lebih kondusif bagi perkembangan Islam. Allah menjanjikan kebaikan yang besar kepada mereka.

Dalam pengertian yang lebih luas, hijrah tidak hanya berkaitan dengan peristiwa historis tertentu, tetapi juga semangat memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda, se- bagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Tidak ada lagi hijrah sesudah pembukaan Kota Mekkah, tetapi yang ada jihad dan niat tulus.

Hikmah 1 Muharram

Dengan kisah di balik 1 Muharram di atas, sudah sepatutnya peringatan 1 Muharram bisa jadi momentum perubahan diri (hijrah) untuk jadi manusia yang lebih baik.

Hijrah berarti berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Secara filosofis, makna ini mengisyaratkan bahwa jika umat Islam menginginkan suatu kebaikan dunia akhirat, maka harus bergerak dinamis dan terorganisir dengan baik.

Dua Bentuk Hijrah

Ada dua bentuk hijrah dalam ajaran Islam, yakni hijrah fisik dan hijrah rohani (maknawi). Pertama, hijrah secara fisik pernah terjadi sebanyak tiga kali. Dua kali ke negeri Habasyah (Ethiopia) yang berada di ujung benua Afrika dan satu kali ke Yastrib atau Madinah.

Hijrah fisik ini membuktikan betapa hebatnya pengorbanan para sahabat dengan melakukan perjalanan sangat jauh melintasi dua benua Asia dan Afrika. Menelusuri luasnya hamparan gurun sahara di bawah terik matahari yang membakar serta terpaan badai gurun pasir.

Mengarungi lautan sebelum pada akhirnya sampai ke tempat tujuan. Namun demikian, semua rintangan berat tersebut mereka hadapi dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Tujuannya tidak lain hanya untuk menyelamatkan akidah yang telah ditanamkan Rasulullah SAW di dada mereka.

Kewajiban hijrah secara fisik memang sudah berakhir setelah penaklukan kota Mekkah, namun apakah spiritnya masih tetap bersemayam di hati generasi demi generasi umat Islam saat ini? Ataukah sejarah heroisme perjuangan para sahabat ini hanya tinggal kenangan sejarah tergerus oleh penyakit pola pikir materialisme yang seringkali menjangkiti manusia modern? Istafti qalbaka, bertanyalah kepada hati nuranimu, di sana ada jawaban yang jujur.

Kedua, hijrah rohani (maknawi). Secara fisik, jasad kita tetap berada di suatu tempat, namun hati dan pikiran, prilaku dan jiwa telah berhijrah. Pindah dari kondisi yang tidak baik kepada keadaan yang baik, dari keadaan yang baik kepada kondisi lebih baik.

لَاهِجْرَةَ بَعْدَ فَتْحِ مَكَّةَ ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَةٌ

Artinya: Tidak ada kewajiban hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, melainkan jihad dan niat.

Jihad dalam Islam tidak boleh dipahami secara sempit dalam arti hanya berperang melawan kaum kafir saja. Namun jihad di masa kini hendaknya dipahami secara lebih luas dan kontekstual.

Misalnya, jihad bagi para pemimpin adalah dengan keadilan, amanah, tanggung jawab untuk selalu memikirkan kesejahteraan rakyat.

Rasulullah bersabda bahwa: Sehari keadilan seorang pemimpin lebih utama daripada ibadah 60 tahun. Dan satu hukum yang ditegakkan di bumi Allah akan dijumpainya lebih bersih daripada hujan 40 hari. (HR Bukhari dan Muslim).(han)