Pekerjaan Terbaik di Dunia dan Ancaman Terbesar Kegagalannya

Bila konsep tertinggi tentang manusia adalah konsep tujuan penciptaan manusia, pekerjaan atau profesi tertinggi dan terbaik di dunia seharusnya adalah usaha perubahan suci pribadi (yaitu, proses terus memperbaiki

Oct 26, 2023 - 14:14
Pekerjaan Terbaik di Dunia dan Ancaman Terbesar Kegagalannya

Oleh: Hendy Kusmarian

Bila konsep tertinggi tentang manusia adalah konsep tujuan penciptaan manusia, pekerjaan atau profesi tertinggi dan terbaik di dunia seharusnya adalah usaha perubahan suci pribadi (yaitu, proses terus memperbaiki diri untuk mencapai tujuan penciptaan kita) sambil membantu sebanyak mungkin orang lain untuk juga mengadakan perubahan suci mereka. 

Karena ilmu tertinggi ini diberikan oleh agama, yang diperkuat oleh ilmu pengetahuan, mereka yang memiliki pemahaman mendalam atas ilmu agama dan sains seharusnya memiliki profesi terbaik ini. Tetapi, tidak soal jabatan resmi duniawi yang kita sandang (presiden, menteri, kepala daerah, politisi, tenaga pengajar, tenaga medis, hakim, polisi, tentara, aparatur sipil negara, rohaniwan, pemodal, pengusaha, manajer bisnis, karyawan, buruh, sopir, bahkan pedagang dan pengemudi ojek online), selama pekerjaan kita hakikatnya terdiri dari usaha-usaha perubahan suci dan membantu orang-orang lain mengadakan perubahan suci, kita menjalankan profesi tertinggi.

Kecuali profesi seperti rohaniwan, semua profesi lainnya tidak secara langsung menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan suci, dan kebanyakan tugas ini harus dilakukan di luar tugas-tugas dari profesi resmi. Ini normal, bahkan seharusnya demikian, karena mustahil semua orang akan bekerja sebagai rohaniwan profesional.

Tetapi, profesi tertinggi juga menghadirkan tantangan-tantangan terberat dan tersulit di dunia. Ini karena ancaman terbesar terhadap perubahan suci kita bukan datang dari alam, namun dari dalam diri kita sendiri.

Dulu orang hanya bisa menyakiti dirinya sendiri dan orang-orang terdekatnya. Bahkan, jangkauan keburukan atau kejahatan pada seseorang tidak lebih jauh dari jangkauan tembakan senapan. Jika kita jahat atau kehilangan akal sehat, jangkauan kejahatan kita sangat terbatas.

Namun seabad terakhir, jauh lebih mungkin bagi seseorang untuk menimbulkan kerusakan yang parah dan meluas. Seorang jenderal gila bisa memulai perang dunia, seorang teroris fanatik bisa menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada gerombolan diktator abad pertengahan. Dan hanya satu generasi warga yang taat hukum seperti kita, melalui pilihan-pilihan yang bermaksud baik, ternyata bisa meracuni atmosfer.

Bagi nenek moyang kita, lebih memahami diri sendiri adalah suatu kemewahan. Namun saat ini, belajar mengendalikan pikiran adalah prioritas utama demi kelangsungan hidup dibandingkan mencari keuntungan lebih lanjut dari sains dan teknologi.

Untuk menghadapi tantangan dan ancaman di milenium ketiga, kita harus memahami cara kerja pikiran. Kita bisa mengendarai mobil sepanjang hidup tanpa tahu cara kerja mesinnya, karena tujuan mengemudi adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tidak peduli bagaimana itu dilakukan.

Namun, menjalani seluruh hidup tanpa memahami cara kita berpikir, mengapa kita merasakan apa yang kita rasakan, dan apa yang mengarahkan tindakan kita, berarti kehilangan hal terpenting dalam hidup, yaitu kualitas pengalaman itu sendiri. Jika kita tidak mengendalikan pikiran, kita tidak bisa menjalani kehidupan yang memuaskan, apalagi berkontribusi pada hasil sejarah yang positif.  

Mekanisme otak-pikiran adalah salah satu pencapaian evolusi yang paling menakjubkan. Tapi ada 3 kecederungan dari mekanisme ini yang mengancam perubahan suci bila kita tidak mampu mengendalikan: (a) konsep-konsep kebenaran itu gaib atau sangat halus; (b) ketidakpuasan abadi; dan (c) kekacauan alami.

Kegaiban Konsep Kerohanian

Sarana pertama untuk mencapai perubahan suci adalah mengenal dan mengimani Tuhan yang hakiki. Tetapi, konsep ketuhanan adalah konsep paling gaib. Membuat orang-orang percaya dan lalu mengikuti dengan penuh cinta semua kehendak dari suatu wujud yang selamanya tidak akan bisa mereka cerap melalui panca indera mereka adalah tugas terberat di dunia. Justru karena Tuhan wujud paling gaiblah pikiran kita setiap saat siap teralihkan kepada wujud-wujud selain Tuhan.

Karena itulah mustahil kita bisa mencapai perubahan suci tanpa bantuan dari Tuhan. Itulah maksud para nabi datang ke dunia untuk memberitahu kita Tuhan itu ada dan menjelaskan tujuan penciptaan kita. Lewat merekalah Tuhan membantu kita untuk berjumpa dengan-Nya di dunia ini juga.

Karena mencintai Tuhan di atas segala lainnya merupakan tugas mental dan rohani tertinggi dan terberat, bisa dimaklumi bila banyak orang tidak mengerahkan energi kepada tugas ini. Mereka jadi lebih mencintai segala lainya yang lebih nyata, dan yang kesenangan dari kecintaan itu bisa langsung mereka rasakan. Kita suka menyebut ujian seorang pria adalah 3 ta: harta, wanita, tahta.

Yang membuat kecenderungan pikiran ini paling mengancam perubahan suci adalah bahwa, jangankan terhadap konsep ketuhanan, terhadap konsep umum seperti kebaikan, ketertiban atau kesehatan pun pikiran kita bisa menggelincirkan kita.

Misalnya, jika saya berpikir tentang kesehatan saya, ada satu skenario positif—sehat—dan ratusan skenario negatif, yang diwakili oleh berbagai penyakit. Jika pikiran saya mengembara, kemungkinan pikiran saya akan tertuju pada salah satu dari sekian banyak akibat negatif itu. Allah itu satu, selain Allah itu bisa jutaan bentuk. Sehat bugar itu satu, sakit itu bisa ribuan bentuk. 

Ketika perhatian tidak tertuju pada tugas tertentu, pikiran mulai berkelana dalam lingkaran acak. Namun dalam hal ini "acak" tidak berarti ada peluang yang sama untuk memiliki pikiran-pikiran bahagia dan sedih. Yang terjadi justru, sebagian besar pikiran yang muncul di benak saat kita tidak sedang berkonsentrasi cenderung membuat kita tertekan.

Memandang semua hal yang mungkin dipikirkan, kemungkinan negatif selalu lebih banyak daripada kemungkinan positif. Ada lebih banyak hal "buruk" dalam hidup kita daripada hal "baik", karena jenis hasil yang kita definisikan sebagai "baik" umumnya langka. 

Ketidakpuasan Abadi

Dorongan yang mendorong orang tanpa henti mencari pengalaman dan kepemilikan baru tanpa pernah menemukan kepuasan mungkin melekat dalam fungsi sistem saraf kita.

Tidak ada batasan alami atas keinginan. Seorang pengangguran mungkin berpikir jika ia mendapat penghasilan tiga juta sebulan, ia akan bahagia. Tetapi, orang yang menghasilkan sebesar itu berpikir bahwa jika ia dapat menghasilkan enam juta sebulan ia akan bahagia, dan orang yang menghasilkan enam juta berpikir bahwa duabelas juta akan memuaskan hasrat hatinya. Dan seterusnya tanpa henti.

Hal serupa juga berlaku pada pemilikan harta benda: rumah yang kita tinggali tidak pernah cukup bagus, mobil yang kita kendarai tidak pernah cukup baru. Banyak penelitian menunjukkan, harapan atau keinginan yang terus meningkat berlaku di setiap masyarakat di mana ada kemungkinan untuk perbaikan nasib. Pikiran tampaknya terprogram untuk selalu waspada terhadap peluang perbaikan nasib kita, karena jika tidak, orang lain pasti akan menyalip kita. 

Kekacauan Alami

Kekacauan, bukan keteraturan, adalah keadaan alami pikiran. Ketika tidak ada rangsangan luar yang menarik perhatian—seperti percakapan, tugas yang harus dilakukan, berita di TV—pikiran mulai melayang acak. Alih-alih rangkaian pengalaman mental yang menyenangkan dan logis, pikiran-pikiran yang terputus muncul begitu saja.

Pikiran membutuhkan informasi teratur agar ia teratur. Selama ia mempunyai tujuan jelas dan menerima umpan balik, pikiran terus tertib. Ini sebabnya pekerjaan profesi, permainan, dan olahraga adalah beberapa aktivitas paling memuaskan—semuanya menjaga perhatian tetap tertata dalam batasan yang sempit dan aturan yang jelas.

Dalam kehidupan normal sehari-hari, orang-orang melaporkan merasa paling lesu dan tidak puas ketika mereka sendirian tanpa melakukan apa pun. Justru ketika kita terlihat paling bebas dan bisa melakukan apa pun yang kita mau, kita paling tidak bisa bertindak. Dalam situasi seperti ini, pikiran cenderung melayang, dan cepat atau lambat ia akan memikirkan suatu yang menyakitkan atau hasrat yang tidak terpenuhi. Dalam keadaan seperti ini, kebanyakan dari kita tidak mampu untuk sekedar menenangkan diri dan memikirkan sesuatu yang berguna atau menyenangkan.

Ironisnya, sebagian besar orang yang bekerja merasakan keadaan pikiran yang lebih menyenangkan saat bekerja dibandingkan di rumah. Saat bekerja biasanya jelas apa yang perlu dilakukan, dan ada informasi yang jelas tentang seberapa baik kinerja kita. Fakta bahwa pikiran mengalami kekacauan saat tidak terlibat dalam tindakan yang diarahkan oleh tujuan merupakan suatu fitur keselamatan penting. 

Dengan melakukan tugas-tugas perubahan suci, kita mengenakan tertib pada pikiran dan menghindari penyimpangan acak kesadaran yang biasanya dialami sebagai perasaan menyakitkan berupa kecemasan atau kebosanan.

Hendy Kusmarian adalah seorang pebisnis online, tinggal di Surabaya.