Pembelajaran Berdiferensiasi: Tuntutan KurMer dan Kendalanya

Dec 12, 2023 - 11:58
Pembelajaran Berdiferensiasi: Tuntutan KurMer dan Kendalanya

Pendidikan di Indonesia dengan Kurikulum Merdeka (KurMer), memberikan kebebasan pada peserta didik. Salah satu aspek penting dalam KurMer adalah pembelajaran berdiferensisi. Pendekatan ini engharapkan guru mampu mengenali potensi dan karakteristik  peserta didik.  Pengenalan guru terhadap karakteristik individual peserta didik agar dalam pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Pembelajaran memberikan kebermaknaan atas hasil dan luaran belajar untuk kehidupan mereka, sehingga dapat dimanfaatkan, diterapkan, dan dipraktikkan. Ujung-ujungnya, peserta didik menjadi kreatif dan inovatif.

Karakteristik dan kebutuhan peserta didik berbeda satu dengan yang lain. Keberagaman karakteristik dan potensi  setiap siswa tidak terlepas  dari latar belakang pola asuh keluarga, pendidikan, dan sosial budaya keluarga atau orang tua.  Pemahaman guru terhadap kebutuhan peserta didik bertujuan agar pembelajaran berjalan efektif, khususnya dalam meningkatkan kompetensi peserta didik.  Terlebih pada Kurikulum Merdeka Belajar yang berupaya menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Untuk itu, peserta didik diberikan ruang yang cukup luas untuk mengembangkan diri agar dapat memanfaatkan dalam kehidupan nyata.

Kebijakan pemerintah dalam megimplementasikan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi ini masih membingungkan guru. Para guru secara teoretis memahami penjelasan dan Langkah-langkah teknis pelaksanaannya. Namun secara realistis kurang mampu menginternalisasikan data karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru mengakui dan menyadari bahwa peserta didik memang memiliki keunikan masing-masing. Mereka memiliki perbedaan satu dengan yang lain, seperti minat dan motivasi belajar, kebutuhan, kemampuan dan daya tangkap pemahaman, gaya belajar, sikap dan kepribadian. Dalam paradigma pembelajaran saat ini, dimana menempatkan peserta didik sebagai subjek, maka pendekatan guru kepada mereka idelanya juga berbeda. Guru diharapkan mampu memberikan layanan berbeda berdasarkan karakteristik peserta didik seperti dalam hal perlakuan, sikap, metode belajar, materi dan proses evaluasi yang mendukung kompetensi dan potensi anak.

 

Pembelajaran Diiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa diberikan pilihan-pilihan yang bervariasi dalam hal materi pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Semua pilihan-pilihan tersebut tentu sudah disiapkan guru, seperti materi yang bersumber dari buku, teks di internet, video, berita, koran, dan yang lain. Dalam prosesn pembelajaran, guru mampu memilih dan menggunakan beragam metode atau strategi, seperti berdiskusi, observasi, interviu, yang tidak lagi berceramah atau mendikte siswa. Demikian halnya dengan evaluasi yang menyesuaikan dengan produk dan hasil yang dikerjakan siswa.

Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mencakup tiga jenis, yaitu diferensiasi konten atau materi, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten atau materi dimaksudkan bahwa guru dapat memilih materi yang berbeda dari topik yang sama. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia  tentang iklan, guru dapat memilih berbagai jenis, seperti iklan komersial makanan, minuman, destinasi wisata, penawaran. Dengan demikian, siswa dapat memilih jenis iklan yang disukai. Diferensiasi proses, guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat memilih beragam strategi, metode, dan pendekatan untuk masing-masing siswa. Adapun diferensiasi produk, yakni guru memberikan  pilihan kepada siswa untuk menciptakan produk yang dihasilkan sesuai dengan tema yang diajarkan. Misalnya luaran teks prosedur membuat keterampilan, memasak, menanam, dan sebagainya.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi  terdapat  tiga tahapan yang penting dilakukan. Pertama, menentukan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Dalam menetapkan tujuan ini sekolah memerhatikan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan mencapai hasil belajar yang baik. Kedua, melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa, seperti kesiapan belajar, minat, profil belajar (kinestetik, auditori, visual atau kombinasi ketiganya). Dengan memahami kebutuhan siswa, maka potensi siswa akan berkembang dan pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. Untuk itu, penciptaaan kondisi belajar yang kondusif penting disiapkan guru. Ketiga, menentukan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap perbedaan siswa, maka pemilihan materi disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya memilih topik-topik teks yang disukai siswa agar mudah dipahami.  Kegiatan proses pembelajaran, dilakukan secara variatif, seperti membuat kelompok secara fleksibel, melakukan observasi, memberikan tantangan dan masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang memandu. Diferensiasi produk yang dihasilkan siswa dalam pembelajaran disesuaikan dengan pilihan yang diminatinya, misalnya hasil project, unjuk kerja mandiri atau berkelompok, laporan,  dan yang lain sesuai dengan pilihan dan tanggung jawab siswa. Dengan demikian, pemahaman guru terhadap kurikulum pembelajaran berdiferensi harus sangat dikuasai.

 

Implementasi  Diferensiasi dan Kendalanya

Dari hasil interviu dengan beberapa guru bahasa Indonesia  pada jenjang SMP dan SMA di beberapa sekolah, penulis mendapatkan jawaban bahwa tidak mudah menerapkan pendekatan berdiferensiasi dalam pembelajaran. Umumnya para guru telah melakukan observasi  siswa di awal semester pada saat pembelajaran. Observasi dilakukan secara fisik dengan melihat semangat belajar siswa, aktivitas, kefokusan saat dijelaskan dan menyelesaikan tugas, serta interaksi dengan siswa lain. Hasil pengamatan guru tersebut dituliskan dalam buku catatan, belum dikelompokkan untuk masing-masing siswa.  Observasi kebutuhan siswa tersebut sebenarnya tidak hanya sekali atau dua kali saja, agar dapat memberikan gambaran akurat tentang profil siswa untuk memahami kebutuhannya. Selain observasi perlu dilakukan survei dan interviu pada siswa dan keluarga. Dengan demikian, pemahaman guru terhadap karakteristik siswa semakin utuh. Hal ini agar menjadikan implementasi diferensiasi pada proses, produk dan evaluasi pembelajaran berjalan secara maksimal.

Namun demikian, terdapat kendala yang dihadapi guru dalam mengipmentasikan pembelajaran  berdiferensiasi. Kendala-kendala tersebut bertolak dari: (1) manajemen waktu guru, (2) sumberdaya manusia. (3) fasilitas sarana dan prasarana, (4) aspek psikologis guru, dan (5) sistem sekolah. Kendala yang bersumber dari sumberdaya manusia (guru) menjadi kendala utama dalam memaksimalkan implementasi pembelajaran yang berpihak pada siswa, yakni dibutuhkan waktu luang guru dalam memahami siswa, membantu siswa, dengan segala daya dan upaya serta kompetensi guna memajukan siswa.

Keterbatasan fasilitas, seperti ruang kelas, media, alat pendukung pembelajaran yang berbasis teknologi tidak tersedia (computer/laptop) yang dapat dimanfaatkan guru dan siswa. Pemahaman  terhadap masing-masing siswa dan upaya mengembangkannya membutuhkan tantangan psikologis tersendiri bagi guru, dibutuhkan kesabaran, kreativitas, dan kerja cerdas.  Sekolah hendaknya memiliki sistem yang kondusif dalam penyelenggaraan pembelajaran berbasis pendekatan berdiferensi. Sekolah penting memberlakukan monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut sebagai wujud komitmen dan tanggung jawab.

Keberhasilan sekolah dalam mewujudkan sekolah pendekatan berdiferensiasi tentu berdampak pada keberhasilan siswa. Mereka akan menjadi insan yang mandiri, berkarakter, bertaggung jawab, dan menghargai proses dan hasil belajar. Paradigma pendekatan pembelajaran ini akan mengubah mind set siswa. Mereka akan menjadi siswa-siswa yang merdeka, disiplin, kolaboratif , komunikatif, berpikir kritis, dan saling menghargai  dalam keberagaman yang  akan menyatukan dalam kehidupannya sehari-hari dalam kehidupan di masyarakat. (****)

 

Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si. adalah  Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Editor: Wadji