Menyatukan Nusantara: Tantangan Wacana dalam Kolaborasi dengan Starlink Milik Elon Musk

Oleh: Prof. Dr. Suhartono S.Si. M.Kom.

Sep 23, 2023 - 21:24
Menyatukan Nusantara: Tantangan Wacana dalam Kolaborasi dengan Starlink Milik Elon Musk

Indonesia, sebagai negara besar di Asia Tenggara dengan lebih dari 17.000 pulau yang membentang ribuan kilometer, menghadapi tantangan konektivitas yang unik di seluruh kepulauan yang luas dan beragam. Kondisi geografis yang luas dan beragam ini menjadi hambatan besar dalam mencapai akses internet universal. Ketika dunia semakin bergantung pada interkoneksi digital untuk perolehan pengetahuan, bantuan medis, perdagangan, dan komunikasi, mengatasi tantangan ini menjadi penting bagi Republik Indonesia.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), pada tahun 2020, terdapat total 12.548 dari 83.218 pemukiman pedesaan yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan konektivitas internet secara efisien. Desa-desa ini terletak di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), yang kurang terlayani dan terpencil. Selain itu, 150.000 dari 500.000 titik layanan publik tidak memiliki akses internet yang memadai.

Beberapa negara menghadapi tantangan serupa akibat kompleksitas geografis, desa-desa yang tersebar, medan berbukit, dan infrastruktur yang terbatas, yang menghambat konektivitas nasional. Artikel ini bertujuan memberikan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan, peneliti, dan pemangku kepentingan yang bekerja untuk memperluas akses digital di wilayah-wilayah yang ditandai oleh kompleksitas geografis.

Rencana Penggunaan Teknologi Satelit Starlink di Indonesia

Starlink adalah anak perusahaan SpaceX yang dipimpin oleh Elon Musk, dan telah berhasil memanfaatkan konstelasi satelit Orbit Rendah Bumi (LEO) untuk menyediakan konektivitas internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah ke daerah terpencil. Mengingat geografi Indonesia yang luas dan beragam, hal ini menjadi kasus menarik bagi pemerintah Indonesia/BUMN dan Starlink untuk mengeksplorasi potensi teknologi satelit inovatif dalam mengatasi masalah universal ini (di Indonesia dan negara lain). Oleh karena itu, kedua belah pihak harus mendapatkan manfaat dari dampak penggunaan teknologi satelit Starlink di Indonesia.

Teknologi Satelit Starlink yang Menjanjikan untuk Mengatasi Kepulauan Indonesia yang Luas

Teknologi berbasis satelit Starlink menawarkan empat solusi yang menjanjikan untuk tantangan geografis unik Indonesia:

Pertama, satelit orbit rendah bumi (LEO). Keunggulan mendasar teknologi satelit Starlink terletak pada penempatan satelit LEO. Berbeda dengan satelit geostasioner tradisional, satelit LEO mengorbit pada ketinggian yang lebih rendah, mengurangi keterlambatan sinyal. Pengurangan keterlambatan ini sangat penting untuk aplikasi yang memerlukan transmisi data secara real-time, seperti konferensi video dan telemedis. Satelit LEO memfasilitasi konektivitas bahkan di daerah terpencil di Indonesia, melampaui keterbatasan infrastruktur darat.

Kedua, konstelasi satelit global. Starlink memiliki ribuan satelit LEO, menciptakan konstelasi satelit yang padat yang meliputi permukaan bumi. Pendekatan ini memastikan cakupan yang komprehensif, menghilangkan isolasi pulau-pulau terpencil dan wilayah-wilayah yang jauh, sehingga menjanjikan konektivitas ke seluruh penjuru Indonesia.

Ketiga, implementasi bertahap. Pemerintah Indonesia/BUMN dan Starlink sebaiknya mengadopsi pendekatan bertahap dalam implementasi teknologi satelit Starlink, yang memungkinkan ekspansi cepat dan perbaikan berulang pada teknologi. Strategi ini memungkinkan pemerintah dan Starlink untuk beradaptasi dengan tantangan unik yang ditimbulkan oleh lanskap beragam Indonesia, memastikan bahwa setiap tahap mendapatkan manfaat dari pengalaman yang diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya.

Keempat, perangkat pengguna yang mudah digunakan. Starlink menyediakan terminal pengguna (antena array bertahap) yang dirancang untuk pemasangan yang mudah oleh pengguna lokal. Perangkat yang mudah digunakan memberdayakan individu dan komunitas lokal untuk mengakses internet berkecepatan tinggi tanpa memerlukan keahlian teknis khusus. Ini adalah faktor penting di daerah terpencil dengan sumber daya teknis terbatas untuk adopsi teknologi satelit Starlink yang sukses.

Pertimbangan Kebijakan untuk Penggunaan Teknologi Satelit Starlink di Indonesia

Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam membentuk lanskap digital dan mengatasi kesenjangan konektivitas di negara kepulauan yang luas seperti Indonesia. Ada lima pertimbangan kebijakan yang perlu diperhatikan:

Pertama, investasi dalam infrastruktur. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk pengembangan infrastruktur, terutama dalam memajukan konektivitas digital. Kebijakan yang memprioritaskan pengembangan jaringan serat optik, menara seluler, dan infrastruktur broadband sangat penting untuk mencapai daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani. Dengan berinvestasi dalam infrastruktur fisik, pemerintah dapat meningkatkan konektivitas digital.

Kedua, kerangka regulasi. Kerangka regulasi yang mendorong sektor telekomunikasi yang kompetitif sangat penting. Kebijakan pemerintah yang mendorong persaingan, penetapan harga yang adil, dan inovasi antara penyedia layanan internet dapat mendorong ekspansi layanan digital. Kebijakan regulasi juga harus mengatasi masalah seperti alokasi spektrum dan izin operasional untuk memastikan pemanfaatan sumber daya yang efisien.

Ketiga, inklusivitas dan akses universal. Kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk inklusivitas dan akses universal sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal di era digital. Langkah-langkah seperti Dana Kewajiban Pelayanan Universal (USO) Indonesia bertujuan untuk menyediakan akses internet ke daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani. Kebijakan yang ditargetkan untuk mendorong akses terjangkau, program literasi digital, dan kemitraan antara pemerintah dan swasta memainkan peran penting dalam memajukan inklusi digital.

Keempat, kolaborasi pemerintah-swasta. Kolaborasi antara pemerintah/BUMN dan sektor swasta sangatlah penting. Kebijakan yang mendorong kemitraan antara pemerintah/BUMN dan swasta dapat mempercepat pengembangan infrastruktur dan layanan digital. Kemitraan ini dapat memanfaatkan sumber daya pemerintah/BUMN dan inovasi sektor swasta untuk memperluas konektivitas dengan efisien.

Kelima, privasi data dan keamanan siber. Seiring dengan ekspansi konektivitas digital, privasi data dan keamanan siber menjadi semakin penting. Peran pemerintah/BUMN dalam memberlakukan dan menjalankan kebijakan terkait perlindungan data dan keamanan siber sangat penting untuk melindungi informasi pengguna dan memastikan lingkungan digital yang aman.

Simpulan

Pemerintah Indonesia memainkan peran penting dalam memajukan konektivitas digital di kepulauan yang luas, terutama dalam konteks rencana penggunaan teknologi satelit Starlink di Indonesia. Kebijakan yang efektif dengan memprioritaskan investasi infrastruktur, kerangka regulasi, inklusivitas, kolaborasi antara pemerintah dan swasta, serta keamanan siber adalah sangat penting untuk mengatasi kesenjangan konektivitas dan mewujudkan penggunaan teknologi satelit Starlink di Indonesia. Saat pemerintah terus beradaptasi dan meningkatkan kebijakan-kebijakan dalam konektivitas digital, hal ini memiliki potensi lebih terhubung dan terkoneksi secara digital, dan menjadi Indonesia semakin maju. (****)

Prof Dr Suhartono S.Si M.Kom, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dewan Pakar Majelis Daerah KAHMI Kota Malang, Founder Lembaga Kursus dan Pelatihan Artikel Bibliometrik, dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).