Belajar dari Sang Maestro: Penyandang Disabilitas

Oleh: Lis Setiawati )*

Sep 23, 2023 - 21:18
Belajar dari Sang Maestro: Penyandang Disabilitas

September 2023, menjadi “September Ceria” bagi Putri Ariani. Tepatnya Kamis, 7 September 2023, pukul 10.00 WIB. Putri Ariani, gadis berusia 17 tahun itu telah lolos semifinal pada ajang pencarian bakat kelas dunia American Got Talent (AGT). Bukan hanya Putri yang merasa bahagia, kedua orang tua dan guru yang telah membimbing dan melatihnya bernyanyi, turut merasakan kebahagiaan yang sama, bahkan mungkin lebih bahagia dari Putri. Begitu juga dengan teman-teman Putri, orang-orang dekat dan bahkan warga Indonesia, ikut merasakan euforia lolosnya Putri di semifinal dan melaju ke babak final AGT. Sang “Putri” telah membawa nama Indonesia ke kancah dunia.

         Keindahan suara yang diperdengarkan oleh sang Putri, bukan sekadar warna suara yang indah nan merdu. Namun didukung dengan banyak komponen yang menyatu dengan nada-nada lagu, membuat lagu tersebut menjadi begitu hidup. Putri menyuguhkan lagu disertai emosi yang dirajut dengan sangat unik. Lompatan-lompatan nada yang tepat, membuat penonton mengikutinya dengan gerakan-gerakan ringan yang lincah. Namun, tiba-tiba nada turun dengan sangat indah, membuat penonton terhenyak. Cressendo, decressendo, dinamik, dan vibrato yang disajikan silih berganti, membuat penonton merinding, terkadang merasa berada di atas ayunan yang tinggi yang siap meluncur cepat dan mendarat dengan indah.

         Saya terkagum tidak hanya pada nyanyian Putri, tapi juga pada jari jemarinya yang bergerak cepat di atas tuts piano, tanpa terpeleset ke tuts yang salah. Bagaimana jari-jari itu, bisa hinggap di tuts yang tepat,  tanpa terpeleset ke tuts lainnya. Sementara, mata Putri tidak dapat mengarahkan kemana setiap jari-jemari itu harus singgah. Saya mencoba mencari tahu, membuka-buka referensi, tentang hubungan mata, telinga, dan otak. Saya menemukan tulisan Budiarti (2023) dalam bukunya “Seri Pendengaran: Telinga”,

Seseorang dapat merasakan rangsangan bunyi ketika bunyi tersebut masuk ke telinga dan menyebabkan sel-sel rambut dalam telinga bergerak bolak-balik. Sel-sel rambut tersebut mengubah Gerakan menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke otak. Kemampuan seseorang untuk mendengar sangat tergantung pada keutuhan sel-sel rambut ini. Ketika sel-sel rambut hilang, sel-sel rambut tidak akan tumbuh kembali. Kondisi ini berlaku untuk semua orang, termasuk penyandang tunanetra.

Otak manusia memiliki dua area pemrosesan, korteks visual dan korteks auditori. Korteks

visual merupakan bagian yang memproses informasi yang berkaitan dengan visual. Sedangkan korteks auditori merupakan bagian yang memproses informasi yang berkaitan dengan bunyi. Namun, ketika indra penglihatan hilang, otak melakukan hal yang luar biasa. Otak mengatur ulang fungsi-fungsi area tersebut.

Penyandang tunanetra mampu menemukan objek di sekitar mereka melalui mendengarkan

gema. Kemampuan ini berkaitan erat dengan aktivitas otak di korteks visual. Korteks visual pada evolokator penyandang tunanetra merespon informasi bunyi dengan cara yang hampir sama dengan informasi visual pada penglihatan. Dengan demikian, fungsi pendengaran penyandang tunanetra telah menggantikan fungsi penglihatan di otak.”

 

Waow. Otak mengatur fungsi alat-alat indra ketika satu di antara indra-indra tersebut mengalami cidera (tidak berfungsi). Fungsi pendengaran menggantikan fungsi penglihatan para penyandang tunanetra. Bagaimana dengan permainan piano Putri yang tidak dapat melihat?. Tuts piano itu baru akan berbunyi jika tutsnya disentuh oleh jari. Bagaimana jari jemari putri mengetuk tuts piano dengan tepat sehingga nada-nada yang keluar dari alat musik itu menjadi harmonis?. Memang, dengan adanya Braille, para tunanetra mampu membaca dan menulis. Penyandang tunanetra juga mampu membedakan benda kasar dan halus. Para penyandang tunanetra yang melatih indra perabanya secara intensif akan mampu mengenali benda-benda di sekitarnya. Jadi, jika tuts piano diberi tanda/simbol yang dapat dikenali dengan cara diraba, para tunanetra mampu memainkan piano layaknya orang normal. Nyatanya, piano yang dimainkan putri, bukan piano khusus tunanetra, melainkan piano pada umumnya.

Takjub saya tak terhingga, otak saya justru tidak mampu menjangkau bagaimana sel-sel otak itu bekerja mengatur ulang fungsi-fungsi indra (manusia) tersebut. Bagaimana jari jemari seakan memiliki mata dan dapat melihat. Ini pasti bukti adanya kekuasaan Sang Maha Pencipta. Fasilitas apa yang sebenarnya telah Tuhan persiapkan atau berikan bagi hamba-Nya yang memiliki kekurangan fisik (disabilitas)? Sismono (2022) dalam bukunya “Mengenal Kehidupan Penyandang Disabilitas” (dikutip secara bebas) menjelaskan,

Untuk menemukan dunia, mereka (tunanetra) harus mengandalkan perasaan, ketajaman sentuhan jari-jari atau rabaan tangan-tangan mereka. Semua itu timbul dari dalam, dari pembawaan, dan indra perasaan (jiwa), serta aktivitas fungsi otak untuk menimbang dan berpikir.”

 

Dari sini dapat diketahui bahwa penyandang tunanetra tidak hanya memfungsikan indra lain (pendengaran dan perabaan) untuk menggantikan indra penglihatan tetapi juga perasaan yang terdapat di dalam jiwa atau kalbu. Terlebih, musik atau lagu merupakan karya seni yang sangat membutuhkan kepekaan perasaan. Semua indra tersebut disediakan oleh Sang Maha Pencipta yang Maha Tahu, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Putri Ariani menjadi salah satu “model” dari begitu banyak penyandang disabilitas di muka bumi ini. Meski masih ada model hebat yang lainnya, seperti Muhammad Naja Hudia Afifurohman Agusfian, dengan panggilan sayangnya Naja. Sejak  kelahirannya, Naja didiagnosis menderita cerebral palsy atau kelumpuhan otak.

Saya tidak mengerti bagaimana sistem saraf (otak) bekerja, hanya yang saya tahu, otak merupakan pusat pengendali organ-organ tubuh lain untuk melakukan tugasnya. Semua kita kembalikan kepada sang Maha segalanya. Begitu pula dengan kedua orang tua Naja, mereka jadikan Al Quran, kitab suci dari sang Pencipta, sebagai obat untuk kesembuhan Naja. Hasilnya, dalam usia sembilan tahun, Naja sudah hapal 30 Juz ayat-ayat suci Al Quran, yang terdiri dari 604 halaman, atau 6.236 ayat (kalimat). Kemampuan ini tidak banyak dimiliki anak-anak normal seusianya. Amerika, negara yang dikenal sebagai negara adidaya, jika AGT menyertakan penghapal Al Quran termasuk di dalamnya, mungkin Naja juga bisa menghebohkan dunia, sebagaimana Putri Ariani. Tidak hanya Putri Ariani dan Muhammad Naja Hudia Afifurohman Agusfian, masih banyak anak-anak hebat di Indonesia yang belum terekspos.

Tuhan yang maha adil, telah menunjukkan keadilan-Nya dengan memberi kasih sayang dalam bentuk lain kepada para penyandang disabilitas. Maka, tidak ada alasan untuk memperolok orang karena alasan kekurangan fisik yang diberikan Tuhan kepadanya. Dibalik kekurangan,  Tuhan telah memberikan kelebihan yang lain. Mengutip dari firman Tuhan, QS. Al Hujurat ayat 11: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…”.  

         Beragam peristiwa terjadi dalam kehidupan dan semua bisa menjadi bahan pelajaran bagi orang-orang yang bijak. Sesuatu yang tampaknya tidak bagus di mata kita, ternyata justru itu yang baik bagi kita, dan begitu pula sebaliknya. Saatnya kita untuk banyak bersyukur, atas kasih sayang-Nya, kekuasaan-Nya, dan keadilan-Nya?! Fabi ayyi aalaaa'i Rabbikumaa tukazzibaan; "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (****)

 

)* Penulis adalah Dra. Lis Setiawati, S.Pd., M.Pd., Purnabakti Universitas Terbuka. Tulisan ini diedit oleh Dr. Sumani, M.M., M.Hum., dosen Universitas PGRI Madiun.