Kejam! Netanyahu akan Terus Serang Rafah Meski Ramadan, Tak Pedulikan Himbauan Biden

"Anda tahu, saya punya garis merah. Anda tahu apa garis merahnya? Agar [serangan mendadak] 7 Oktober tak terjadi lagi," kata Netanyahu saat wawancara dengan media Jerman Axel Springer, Minggu (10/3).

Mar 11, 2024 - 17:34
Kejam! Netanyahu akan Terus Serang Rafah Meski Ramadan, Tak Pedulikan Himbauan Biden

NUSADAILY.CO.ID – TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengabaikan seruan Presiden Amerika Serikat Joe Biden soal rencana menyerang Rafah, Gaza selatan saat Ramadan.

Netanyahu merespons pernyataan Biden yang menyebut operasi di Rafah adalah garis merah. Presiden AS juga meminta dia memikirkan ulang dampak tindakan Israel di Gaza.

"Anda tahu, saya punya garis merah. Anda tahu apa garis merahnya? Agar [serangan mendadak] 7 Oktober tak terjadi lagi," kata Netanyahu saat wawancara dengan media Jerman Axel Springer, Minggu (10/3).

Pernyataan Netanyahu merujuk serangan dadakan Hamas ke wilayah Israel yang kemudian dibalas dengan serangan besar-besaran dan deklarasi perang.

Netanyahu juga menegaskan akan tetap mengirim militer ke Rafah, terlepas ada kesepakatan gencatan senjata atau tidak.

"Kami akan ke sana. Kami tidak akan meninggalkan [Gaza]," kata Netanyahu, dikutip CNN.

Pada kesempatan terpisah, Netanyahu juga menegaskan operasi darat di Rafah tak akan berlangsung lebih dari dua bulan.

Namun, PM Israel ini tak memberikan rincian lebih lanjut soal waktu pasti operasi di Rafah berakhir.

"Setelah kita memulai aksi intens untuk memberantas batalion teroris Hamas di Rafah, itu hanya dalam hitungan minggu, bahkan berbulan-bulan. Artinya tidak lebih dari dua bulan, mungkin enam minggu, mungkin empat," ujar dia.

Anggota kabinet perang Israel Benny Gantz sebelumnya mewanti-wanti bahwa pasukan Zionis akan melancarkan fase perang besar-besaran ke Rafah jika gencatan senjata sementara dan pembebasan sandera tak tercapai saat Ramadan.

Negosiasi gencatan senjata yang digelar di Kairo, Mesir pada pekan lalu berakhir buntu.

Kesepakatan gencatan senjata ini mencakup jeda pertempuran selama enam pekan dan pembebasan sekitar 100 sandera yang ditawan Hamas.

Hamas menuding Israel sengaja menggagalkan upaya gencatan senjata itu. Israel disebut-sebut tak mengirim delegasi ke Kairo karena berharap menerima semua daftar sandera Hamas yang masih hidup.

Namun, Hamas enggan mengabulkan permintaan itu. Mereka memandang usulan Israel tak mungkin terjadi tanpa gencatan senjata karena sandera tersebar di zona perang.

Israel juga menolak permintaan Hamas yang ingin agresi pasukan Zionis betul-betul berakhir dan menarik seluruh pasukan dari Palestina.

Israel melancarkan agresi ke Palestina pada 7 Oktober. Imbas serangan mereka, lebih dari 31 ribu warga Palestina meninggal dunia.(han)