Relasi Hari Kartini, Idul Fitri dan Setahun PISHI

Momentum ulang tahun pertama PISHI berasa istimewa karena bertepatan dengan Peringatan Hari Kartini 2023 dan Perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1444H. Keistimewaan itu tampak pada keselaran visi ketiga hari istimewa ini. Hari Kartini selalu mengingatkan perjuangan Kartini untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan dari visi kemanusiaan.

Apr 28, 2023 - 22:05
Relasi Hari Kartini, Idul Fitri dan Setahun PISHI
Ilustrasi Hari Libur Nasional. (Foto: Istimewa)

 

Oleh Dr. Umi Salamah, M.Pd

Dosen IKIP Budi Utomo Malang dan Dosen Luar Biasa UB Malang

Momentum ulang tahun pertama PISHI berasa istimewa karena bertepatan dengan Peringatan Hari Kartini 2023 dan Perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1444H. Keistimewaan itu tampak pada keselaran visi ketiga hari istimewa ini.  Hari Kartini selalu mengingatkan perjuangan Kartini untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan dari visi kemanusiaan.

Idul Fitri bermakna kembali fitrah yang berarti memiliki hati yang suci, bersih dari sifat, sikap, dan perilaku buruk. Jadi hakikat fitrah yang sesungguhnya adalah menjadi manusia yang berharkat dan bermartabat. Kemerdekaan manusia tersirat dalam konteks pemurnian fitrah kemanusiaan.  

PISHI (Perkumpulan Ilmuwan Sosial dan Humaniora Indonesia) memiliki visi meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui gerakan literasi. Berbagai kegiatan rutin yang digelar bertujuan menncerdaskan anak bangsa agar mampu berkontribusi positif dalam pembangunan bangsa. Relasi ketiga hari istimewa tersebut dibahas berikut ini.

Kartini adalah sosok yang berusaha memerankan fitrahnya dengan kesadaran dan ikhtiarnya  membuka pengetahuan sekaligus mereposisi peran perempuan dari pasif menjadi aktif. Pengalaman yang dirasakan merupakan cambuk semangat untuk berjuang memerdekakan kaum perempuan dari cengkeraman tradisi patriarki.  Kuatnya budaya patriarki membuat  fitrah perempuan ditentukan berdasarkan standar laki-laki.  Patriarki telah menjadi budaya hegemonik yang dinikmati laki-laki secara masif pada zamannya.

Praktik tradisi patriarki telah mengerdilkan peran perempuan, baik di ruang domestik maupun publik. Dampak otoritas budaya patriarki telah memasung kemerdekaan dan kreativitas perempuan, sehingga harkat martabat perempuan berada pada titik nadzir. Kartini tidak hanya membuka jalan terang dari kegelapan tradisi patriarki. Kartini juga mengedukasi publik bahwa secara fitrah, laki laki dan perempuan memiliki peran dan fungsi sosial yang sama.

Oleh karena itu, perempuan mesti dibekali pengetahuan, keterampilan, dan etitut yang baik agar memiliki kompetensi dan dihargai. Perempuan yang berkompeten akan mampu memerdekakan dirinya dengan berkarya, sehingga mampu menjadi energi positif bagi bangsa dan negara.

Perempuan yang berkompeten juga akan mudah  memainkan peran dan fungsi sosialnya dalam berbagai bidang yang ditekuninya.  Itulah sebabnya, Kartini tidak pernah lelah mengajari perempuan agar hidupnya berarti dalam pembangunan bangsa dan negara.

Berkat perjuangan Kartini, masalah ketimpangan gender di negara Indonesia secara bertahap mampu diatasi. Berbagai program untuk meningkatkan harkat dan matabat perempuan menuju kesetaraan gender direspon positif oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah secara terprogram  memfasilitasi program ekonomi mikro UMKM yang didominasi oleh perempuan menuju kemakmuran dan kesejahteraan sosial.

Selain itu, Program Riset dan Analitis Kesetaraan Gender untuk Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia juga dicanangkan secara tersistem. Program Webinar Women in Leadership (WIL) juga dilaksanakan dalam menyiapkan pemimpin-pemimpin dari kalangan perempuan. Dengan demikian, secara bertahap dan cepat kesetaraan gender di Indonesia diharapkan dapat diwujudkan.

Di sisi lain, Perayaan Idul Fitri tahun ini membawa pesan istimewa, yaitu kedewasaan dalam bersikap dan bertindak. Perbedaan dalam menetapkan 1 syawal justru meningkatkan makna toleransi yang berdampak pada kerukunan dan kedamaian. Fitrah yang hakikatnya kembali menjadi manusia yang berharkat dan bermartabat makin dirasakan oleh pemeluk agama Islam. Bahkan agama lain pun memberikan apresiasi yang sangat baik terhadap kedewasaan umat Islam dalam menghargai fenomena perbedaan ini.

Dengan demikian, fitrah yang sesungguhnya menjadi  potensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia dapat diwujudkan. Dalam jangka panjang, semoga fitrah manusia mampu membentengi diri dari perbuatan tercela dalam pandangan agama, hukum, dan budaya.  

Di era sekarang, Kartini bukan hanya sebagai sosok, tetapi spirit, nilai, dan orientasi tentang sisi kemanusiaan yang setara. Pada konteks inilah spirit Kartini penting untuk melahirkan perempuan yang tidak pernah lelah mencari pengetahuan sekaligus menemukan fitrahnya dalam budaya untuk memilki peran substantif bagi pembangunan peradaban bangsa.

Idul Fitri bukan sekadar perayaan dengan baju baru dan aneka suguhan, tetapi lebih pada spirit untuk meninggalkan keburukan dan meningkatkan kebaikan. Dengan begitu, Idul Fitri akan menjadi tonggak untuk selalu berbenah diri menjadi lebih baik, lebih arif, dan lebih bijak dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.

PISHI merupakan Perkumpulan Ilmuan Sosial dan Humaniora Indonesia. Dalam kiparahnya, PISHI berperan aktif dalam mencerdaskan anak bangsa. Berbagai kegiatan yang digelar selalu disesuaikan dengan isu-isu dan kebutuhan terkini yang berbasis literasi kritis. PISHI secara rutin menggelar berbagai kegiatan seperti Temu Ilmiah, Sarasehan Kebangsaan, Diskusi Publik, Pelatihan, dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang pesertanya lintas komunitas; lintas pendidikan, lintas usia, dan lintas daerah. Dalam menyusun kepengurusan, kepanitiaan, dan pemilihan nara sumber pada setiap kegiatan, PISHI selalu mempertimbangkan kesetaraan gender. PISHI tidak hanya memberikan orasi tetapi juga bukti kinerja. PISHI mampu menjadi row model bagi pendidikan kesetaraan gender. PISHI berperan aktif dalam peningkatan harkat, dan martabat bangsa Indonesia. Melalui Sarasehan Kebangsaan, PISHI juga berperan aktif dalam membangun sikap toleransi dan demokrasi dalam menjaga keutuhan NKRI.