Pengembangan Kurikulum BK di Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali Desa Pakiskembar

Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al - Ghozali didirikan pada tahun 1898 M oleh K.H. Ghozali yang saat ini berada di bawah pimpinan salah satu cucunya, Gus Irfan Mahmud. Pondok Pesantren  yang terletak di desa Pakiskembar Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Pondok Pesantren  ini berafiliasi kuat kepada organisasi Nahdlatul Ulama dengan tetap berdiri sebagai Pesantren salaf, yakni Pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab-kitab salaf sebagai sarana pembelajaran sehari-hari. Pesantren ini menjadi salah satu Pesantren tertua di Kecamatan Pakis  dan menjadi salah satu pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Jan 18, 2024 - 18:41
Pengembangan Kurikulum BK di Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali Desa Pakiskembar
Agung Zainun Saputro

Pengembangan Kurikulum BK di Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali Desa Pakiskembar

Oleh: Agung Zainun Saputro

A.    Sekilas Pondok

 

Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al - Ghozali didirikan pada tahun 1898 M oleh K.H. Ghozali yang saat ini berada di bawah pimpinan salah satu cucunya, Gus Irfan Mahmud. Pondok Pesantren  yang terletak di desa Pakiskembar Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Pondok Pesantren  ini berafiliasi kuat kepada organisasi Nahdlatul Ulama dengan tetap berdiri sebagai Pesantren salaf, yakni Pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab-kitab salaf sebagai sarana pembelajaran sehari-hari. Pesantren ini menjadi salah satu Pesantren tertua di Kecamatan Pakis  dan menjadi salah satu pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Sebagai salah satu pusat pendidikan agama Islam, Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozaliselalu mencetak kader-kader generasi agama dan bangsa yang mumpuni dalam berbagai bidang di dalam disiplin ilmu agama. Selain itu Pondok Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali juga tetap berpegang teguh pada pendidikan salaf (tradisional) dengan mengharmonisasikan antara budaya yang mampu mengisi modernisasi, serta telah terbukti bahwa Pondok Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali sudah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang salih dalam bidang keagamaan, sekaligus salih dalam bidang intelektual.

Diera sekarang banyak program-program tahunan yang sangat popular baik di area Kecamatan Pakis maupun Malang Raya seperti halnya Fesban Malang Raya tahunan dan program Event Besar Munajat Jalanan yang bermula dari Pondok Pesantren  Riyadlotul Athfal Al-Ghozali, yang diprakasai oleh Gus Izzil Muttaqin, Gus Buyung dan Sokhibul Ulum selaku ketua Oi Malang Raya dan juga Santri PP. Riyadlotul Athfal Alghozali.

B.     Pengembangan Kurikulum BK di Pondok Pesantren  Al - Ghozali

1.      Pengembangan Kurikulum BK

Bimbingan konseling di Pesantren merupakan kajian yang sudah wajib dilakukan, dengan beberapa alasan sebagai berikut:

(1). Bimbingan konseling merupakan alat atau media untuk membantu (khususnya pertolongan pertama) anak dan remaja menemukan dan memecahkan masalahnya. Tidak bisa dipungkiri dalam perspektif bimbingan konseling, perspektif ini dibagi ke dalam empat bagian: a) pribadi, b) sosial, c) belajar dan d) karir;

(2). Layanan bimbingan konseling (bukan sebuah mata pelajaran) belum secara penuh dan maksimal diberikan kepada anak dan remaja di Pesantren, karena secara sekilas hanyalah sebuah musyawarah. Hal ini ditandai dengan masih minimnya tenaga Konselor / Psikolog yang ditugaskan secara khusus di Pesantren. Termasuk juga minimnya instrumentasi asesmen untuk mengidentifikasi permasalahan Santri.

(3). Pesantren memiliki kesempatan 24 jam untuk memonitoring segala ranah perkembangan Santri, sejak bangun tidur hingga tidur kembali dan melihat Santri dari beberapa aspek. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa Pesantren sangat strategis dalam melakukan pendampingan perkembangan Santri;

(4). Banyak Pesantren di negeri ini yang sudah memiliki kurikulum pendidikan yang integratif, antara kurikulum pemerintah dan kurikulum diniah yang menjadi kekhasan masing-masing Pesantren.

(5). Banyak ustadz dan ustadzah yang sudah memiliki kualifikasi sarjana pendidikan, bahkan sudah tersertifikasi yang mau dan mampu untuk mengabdi di Pesantren. Namun sarjana bimbingan konseling atau “Psikolog” yang secara resmi ditugaskan di Pesantren justru belum ada, bilamana ada sangatlah minim.

(6). Banyak Perguruan tinggi Islam yang alumninya rata-rata berasal dari alumni Pesantren yang mengambil jurusan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) yang semestinya bisa menjadi tenaga Konselor / Psikolog baru di Pesantren, bukan mengabdi di Perusahaan atau hanya sebuah kedinasan tertentu dengan hanya memburu nominal Rupiah semata bukan keberkahan kelak akhirnya.

(7). Pembagian pendidikan antara pengetahuan umum (berimplikasi pada keilmuan dan karakter), pada kenyataannya masalah yang dihadapi anak dan remaja di Pesantren memiliki ciri khas sendiri sesuai dengan tuntutan yang mereka terima. Problematika ini tidak dijumpai pada usia anak dan remaja yang belajar di lembaga non Pesantren (sekolah umum). Maka untuk melakukan research dan asesment dibutuhkan media  atau suatu alat non tes khusus yang dapat mengidentifikasi problematika mereka. Terdapat beberapa format media alat test layaknya Psikotest dan non tes seperti AUM (alat ungkap masalah), DCM (Daftar cek masalah), dan beberapa alat non tes lainnya yang digunakan untuk usia anak dan remaja yang belajar di sekolah umum/ non Pesantren, maka research dan asesment pada Santri dapat dilakukan dengan instrument yang secara umum dan khusus lebih mampu mengukur masalah yang dihadapi Santri.

 

2.      Fokus Pengembangan Kurikulum BK di Pondok Pesantren  Al - Ghozali

Dalam konteks Pondok Pesantren  Al - Ghozali, bimbingan dan konseling dapat berfokus atau mengarah pada pembinaan santri dalam aspek keagamaan, moral, akhlak, dan kesejahteraan psikologis, yang tetap tidak merubah pakem Pondok Pesantren . Konselor / Psikolog atau Psikolog di Pondok Pesantren  wajib memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama Islam serta memiliki pengetahuan dan keterampilan disertai pengalaman dalam bidang Psikologi atau konseling. Dan dibawah ini adalah beberapa fungsi bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren  yang harus telah dilakukan di Pondok Pesantren  Al - Ghozali :

  1. Pembinaan Pribadi: Bimbingan dan konseling membantu santri dalam pola pengembangan identitas diri, dengan mengenali potensi dan bakat yang telah dimiliki, serta memahami secara analisis pada kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Melalui sesi konseling mingguan yang telah di lakukan pada setiap hari senin, santri dapat mengeksplorasi minat, nilai-nilai, dan tujuan hidup.
  2. Penyelesaian Masalah (Problem Solving) : Bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren  membantu santri dalam mengatasi masalah pribadi, baik itu dalam hal akademik, sosial, atau emosional. Konselor / Psikolog / Psikolog dapat memberikan bimbingan dan dukungan untuk menemukan solusi yang tepat, dan memilih strategi penyelesaian masalah, dan mengatasi masalah yang akan atau sedang mereka hadapi.
  3. Pengembangan Keterampilan Sosial: Konselor / Psikolog dapat membantu santri dalam mengembangkan pola keterampilan di bidang sosial yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan sesama santri, guru, dan masyarakat umum. Hal ini termasuk membubuhkan kemampuan komunikasi, kerjasama, simpati, empati, dan manajemen emosi.
  4. Bimbingan Karir: Bimbingan dan konseling dapat membantu santri dalam analisis dan merencanakan masa depan mereka dan santri dapat memilih jalur pendidikan atau karir yang sesuai dengan bakat dan minat, bakat, dan nilai-nilai mereka yang biasanya bertentangan dengan keinginan orangtua. Konselor / Psikolog dapat menyampaikan informasi tentang berbagai pilihan pendidikan dan karir, serta membantu santri dalam merancang rencana tindakan yang tepat, semisal dengan sosialisasi penggambaran Pohon Karir atau Pohon Bakat Minat.
  5. Dukungan Emosional dan Kesejahteraan Mental: Bimbingan dan konseling memberikan dukungan emosional bagi santri dalam mengatasi phobia, trauma, stres, kecemasan, atau masalah kesejahteraan mental lainnya. Konselor / Psikolog dapat menjadi pendengar yang simpati dan empati, juga memberikan win solution yang tepat, dan merujuk santri ke individu yang tangguh dalam hal mental.
  6. Bimbingan Spiritual: Selain aspek psikologis, bimbingan dan konseling juga dapat melibatkan dimensi spiritual. Didampingi oleh Kyai dan para Ustadz, Konselor / Psikolog dapat membantu santri dalam mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan Sang Pencipta, juga memperdalam pemahaman agama, dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan spiritual yang mungkin mereka hadapi yang tidak mungkin Konselor / Psikolog saja akan sudut pandang jawabannya.
  7. Mendukung Pengembangan Akhlak: Bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren  juga berperan dalam membantu santri dalam mengembangkan akhlakul karimah atau akhlak yang baik. Konselor / Psikolog dapat memberikan petunjuk dan bimbingan tentang penerapan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Hal- hal diatas bertujuan untuk memberikan pendampingan, yang ditujukan kepada santri dalam berbagai aspek kehidupan mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar selama belajar dan menuntut ilmu di Pondok Pesantren  Al - Ghozali. 

 

 

C.    Pengelolaan Ekonomi Santri Mandiri

1.      Pandangan secara umum

Peran serta Santri dalam sebuah kemandirian Pesantren sangatlah urgent dan sentral, arah mata angin perjalanan Pondok Pesantren  ditentukan Santri, percaya atau tidak dalam hal ekonomi karena mempunyai peran besar sebagai insan yang paling bertanggungjawab, hal itu dikarenakan Santri sebagai pimpinan tertinggi dalam struktur dirinya sendiri baik di Pondok Pesantren , sekolah dan selepas masa pendidikan di pondok dan mempunyai wewenang yang sangat besar akan lingkungannya kelak akan peradaban di sekitarnya. Maka faktor mandiri akan ekonomi Pondok Pesantren  merupakan faktor penting dalam masa depan dan penentuan arah Santri dari Pesantren di masa mendatang.

Dijelaskan pada KBBI bahwa sebuah arti dari kemandirian ialah suatu hal atau kondisi yang mampu berdiri sendiri yang tidak bergantung kepada orang lain. Sebuah kata “kemandirian” berawal dari kata mandiri yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”. Kemandirian ialah pancaran sikap terhadap objek dimana seseorang mempunyai independensi yang tidak terpengaruh kepada orang lain. Dalam arti lain kemandirian mengarahkan suatu hal akan kepercayaan menuju sebuah objek kesanggupan diri dalam penyelesaian masalah tanpa bantuan dari orang lain.

Seseorang yang mandiri sebagai individu yang dapat mengatasi problem yang sedang dihadapinya, dapat meunju pada keputusan sendiri, didampingi memiliki inisiatif, kreatif dan inovatif, tanpa melalaikan lingkungan disekitarnya dan mendahulukan ajaran agamanya. Menurut pendapat ahli arti “kemandirian” dapat memperlihatkan pada kemampuan psikososial yang menangui keleluasaan untuk bersikap dan bertindak, tidak bergantung dengan kemampuan orang lain, tidak mudah terpengaruh lingkungan, serta dengan leluasa mengelola kebutuhannjya sendiri.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pesantren untuk dapat melangkah sebagai Pesantren yang berbasis pemberdayaan ekonomi, program / format pembangunan yang harus tercapai dengan pembagian, sebagai berikut:

a. Acara atau kegiatan Pesantren wajib diselenggarakan secara terarah, terencana dan terkendali agar menguntungkan Pesantren serta masyarakat sekitar lebih khusus teruntuk masyarakat yang lemah baik secara keilmuan keagamaan terlebih keuntungan secara nominal Rupiah.

b. Saat perjalan menuju implementasi kegiatan dilakukan sendiri oleh Pesantren serta masyarakat.

c. Pesantren dan santri yang lemah akan sangat sulit jika bekerja sendiri-sendiri, dan akan muncul dampak kurang berdayanya masyarakat baik dari segi keilmuan dan keuntungan financial, oleh sebab itu dalam upaya untuk pemberdayaan ekonomi Pesantren berkaitan dengan pengembangan serta peningkatan kegiatan usaha bersama (cooperatif) dalam suatu kelompok-kelompok yang khusus/spesifik yang berkaitan dengan unit-unit bisnis/usaha yang dapat diberdayakan oleh para Santri,

d. Dapat memobilisasi peran serta masyarakat sekitar agar saling bahu-membahu dalam membantu dalam rangka meningkatkan solidaritas sosial ekonomi berdaya,yang dalam hal ini adalah keterlibatan masyarakat setempat yang telah berdaya/maju yang tidak keluar dari sebuah pakem-pakem ilmu keagamaan.

2.       Strategi Dan Langkah-Langkah Santri Dalam Membentuk Secara Konseptual

Kemandirian Ekonomi Pesantren Seorang Santri pasti mempunyai strategi dan langkah tertentu untuk mencapai kemandirian ekonomi di Pesantren yang sebagai bukti implementasi keilmuan yang diperoleh, terdapat langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam mewujudkan kemandirian ekonomi diantaranya yakni :

1)      Perencanaan Sumber daya manusia (SDM),

Hal yang menjadi utama dari sebuah manajemen lembaga adalah perencanaan, kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren  semuanya diselenggarakan atas dasar perencanaan tersebut. Melalui perencanaan pengambil kebijakan/keputusan akan mendapatkan posibilitas yang tinggi secara efektif dan efisien dalam menggunakan SDM yang ada. perencanaan SDM adalah hal yang utama dari sebuah manajemen, karena metode perencanaan kegiatan seperti seleksi, pelatihan, pengembangan, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkenaan dengan SDM agar lebih terarah.

2)      Pengorganisasian Pesantren.

Santri tentunya mempunyai sebuah tujuan dalam membentuk atau masuk dalam suatu kelompok, untuk mencapai tujuan tersebut dalam suatu kelompok kerjasama tidak tentu merupakan sebuah keniscayaan, melalui proses kerjasama akan tercipta suatu tingkat titik  kepuasan tertentu. Kerjasama dalam suatu kelompok penting adanya seorang pimpinan yang dapat mempengaruhi, membimbing, menjembatani dan menggerakkan individu-individu, atau bahkan kelompok lain jika dalam perkumpulan yang lebih besar, karena kepuasan yang terdapat dalam kelompok terpengaruhi dari hasil dan model kepemimpinan yang diinginkan oleh kelompok tersebut, dengan begitulah suatu kelompok itu bergairah atau mempunyai motivasi tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Maka sudah semestinya para pengasuh dan pimpinan Pesantren dengan pengaruhnya yang besar baik dilingkungan internal Pesantren maupun eksternal bersinergi dalam mengelola kerjasama untuk pengembangan SDM Pesantren.

 

3)      Melakukan kerjasama dengan pihak lain.

Melalui kerjasama dengan beberapa pihak lain diluar lingkungan Pesantren, berarti Pesantren membuka diri dalam berbisnis dan melakukan kegiatan ekonomi seperti investasi di kios-kios, perkebunan, peternakan dan lainnya. Keputusan dalam melakukan tindakan seperti itu dapat dikatakan sangat potensial untuk menaikan aktivitas perekonomian atau pendapatan Pesantren. Oleh karena itu langkah ini harus tetap digunakan guna menunjang kemandirian perekonomian Pesantren.

 

4)      Membentuk Dan Mengembangkan Unit-Unit Usaha.

PP Al-Ghozali hampir mandiri dalam bidang ekonomi karena strategi yang dilakukan oleh Santri dengan cara mencari sumber dana dari dalam Pesantren dan di luar lingkungan Pesantren (masyarakat).

Seperti yang telah dilakukan di Santri dengan menjalin hubungan dengan Gading Second Store dalam reseller pakaian, menjalin hubungan perekonomian dengan Kopi Oi juga Sarung Mas Bunna dan kerjasama di bidang pertanian dengan CV. Dangsoewoek Jabung.

Agung Zainun Saputo, mahasiswa program pascasarjana IAI Al-Qolam Malang