Bertemu Wakil Kanselir Jerman, Airlangga Hartarto Beberkan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I

May 7, 2024 - 12:21
Bertemu Wakil Kanselir Jerman, Airlangga Hartarto Beberkan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat bertemu Wakil Kanselir sekaligus Menteri Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman Y.M. Robert Habeck di Berlin Jerman Foto ; Kemenko Perekonomian for Nusadaily.com

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan kunjungan ke Wakil Kanselir sekaligus Menteri Ekonomi dan Aksi Iklim  Jerman Y.M. Robert Habeck. Pertemuan bilateral itu dilaksanakan di Berlin Jerman Senin (6/5/2024).

 

Dalam kesempatan tersebut kedua negara membahas berbagai kerjasama di berbagai bidang. Seperti Industri, Perdagangan dan Inverstasi, Energi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

 

Dalam pertemuan, Airlangga menyampaikan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I tahun 2024 tumbuh sebesar 5,11% (YoY). Dikatakan angka itu merupakan pertumbuhan  tertinggi sejak 2015 .

 

"Pertumbuhan ini juga dikonfirmasi oleh berbagai Lembaga Rating yang memberikan assesmen positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil," jelas Airlangga.

 

Dijelaskan, capaian pertumbuhan ekonomi nasional tersebut juga semakin berkualitas, tercermin dari data ketenagakerjaan (per Februari 2024) yang juga dirilis hari ini. Jumlah penduduk yang bekerja bertambah 3,55 juta orang menjadi 142,18 juta orang dibandingkan Februari 2023.

 

Sementara jumlah pengangguran, kata Airlangga berkurang sebesar 0,79 juta orang menjadi 7,2 juta orang, dibandingkan pada Februari 2023.

Sedangkan, proporsi pekerja formal meningkat menjadi 40,83%, lebih tinggi dari Februari 2023 (39,88%).

 

"Hal ini didorong oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh,karyawan, atau pegawai yang tumbuh sebesar 2,66% (YoY)," ujarnya.

 

Dari sisi pengeluaran, Airlangga menyebut, realisasi belanja pemerintah sangat tinggi terutama saat belanja Pemilu. Sehingga mendorong konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 19,9% (YoY).

 

"Hal tersebut juga tercermin dari Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh melejit hingga 24,29% (YoY) yang disebabkan adanya kegiatan Pemilu," sebut Airlangga.

 

Selain itu, Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi meski di tengah net ekspor yang negatif.

 

Menurutnya, kondisi tersebut menunjukan permintaan domestik yang masih kuat dan didukung oleh kebijakan fiskal sebagai shock absorder dalam merespons kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.

 

Dengan berbagai capaian  tersebut, Airlangga mengungkapkan jika Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten berada di level yang tinggi. Dibandingkan dengan sejumlah negara lain, seperti Malaysia (3.9%), South Korea (3.4%), Singapura (2.7%), dan Meksiko (1.6%).

 

"Pertumbuhan ekonomi nasional juga disertai dengan tingkat inflasi yang rendah dan terkendali sebesar 3,0% atau lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain seperti India (4.9%), Brazil (3.9%), dan Filipina (3.7%)," ungkapnya.

 

Airlangga juga menilai, ke depan untuk sisa periode tahun 2024, kondisi perekonomian global diestimasikan masih menghadapi ketidakpastian. Hal ini dipicu oleh kebijakan suku bunga yang tinggi, peningkatan tensi geopolitik, hingga pelemahan permintaan global.

 

Meski demikian, sambung Airlangga berdasarkan publikasi WEO IMF April 2024, perekonomian nasional tahun 2024 diproyeksikan akan tetap resilien pada kisaran 5% dan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan serta melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan rata-rata negara berkembang.

 

"Sebagai upaya dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, pemerintah telah mencanangkan sejumlah strategi mulai dari menjaga daya beli dan stabilitas harga melalui kebijakan bantuan sosial, PPN DTP Properti, pengendalian inflasi dengan 4K, menjaga ketahanan sektor eksternal melalui optimalisasi penerimaan DHE SDA dan memperkuat implementasi LCT, hingga mengakselerasi kinerja kebijakan sektoral lainnya melalui peningkatan nilai tambah dengan hilirisasi dan percepatan transisi energi dengan Electric Vehicle (EV)," tutup Airlangga. (sir/wan)