Ketika Pulau Dewata Bali Dicap Overtourism dan Surganya Prostitusi Online

Satu catatan penting bagi Bali adalah ketika turis-turis kesulitan mencapai Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akhir tahun lalu gegara jalanan mampet.

May 7, 2024 - 08:14
Ketika Pulau Dewata Bali Dicap Overtourism dan Surganya Prostitusi Online

NUSADAILY.COM – DENPASAR - Media asing menilai Pulau Dewata sedang overtourism, juga dilaporkan sedang menghadapi masalah prostitusi online.

Itu artinya, Pulau Dewqata yang selama ini menjadi kebanggaan, sedang tidak baik-baik saja.

Penilaian Bali overtourism itu muncul dalam opini yang dibuat oleh Chanel News Asia pada 14 April 2024.

Media berbasis di Singapura itu menuliskan artikel 'Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island'.

Artikel itu menyoroti betapa sudah berubahnya Bali saat ini.

Di antaranya, pembangunan yang merajalela tanpa ada acuan tata kota, kepadatan penduduk ditambah pengunjung, dan kemacetan yang tidak bisa lagi dihindari.

Ya, kemacetan di Bali sudah menjadi pemandangan biasa saat ini.

Satu catatan penting bagi Bali adalah ketika turis-turis kesulitan mencapai Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akhir tahun lalu gegara jalanan mampet.

Bali juga gagal menjaga sawah-sawah hijau yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan.

Laporan tahun 2018 dari Institut Transnasional nirlaba yang berbasis di Amsterdam memperkirakan bahwa Bali kehilangan 1.000 hektar (1.400 lapangan sepak bola) lahan pertanian karena pembangunan setiap tahun dalam 15 tahun terakhir.

Video perbedaan Canggu di masa lalu dan masa kini juga menunjukkan betapa lahan hijau sudah menjadi permukiman.

Bali overtourism itu juga sudah dinyatakan dalam laporan Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (WTTC).

Tepatnya, untuk periode Januari hingga November 2023. Predikat itu juga dialami kota-kota lain, seperti Athena (Yunani), Paris (Perancis), dan Phuket (Thailand).

Dinas Pariwisata Bali tampaknya belum menyadarinya. Kadispar Bali Tjok Bagus Pemayung menyebut kepadatan wisatawan terjadi karena penumpukan turis.

"Secara keseluruhan Bali belum mengalami overtourism. Yang sekarang menjadi persoalan yaitu terkonsentrasinya wisatawan di daerah tertentu, salah satunya di Bali Selatan, seperti Kuta, Nusa Dua, dan Sanur," kata Pemayun saat perbincangan dengan detikTravel pada 23 April.

Belum juga teratasi masalah overtourism, Bali diadang maraknya Pekerja Seks Komersial (PSK) online. Kemunculan PSK online di Bali dikaitkan dengan industri pariwisata.

"Sebenarnya tidak hanya karena berkembangnya pariwisata di Bali dan pekerja pariwisata di Bali yang menyebabkan banyaknya PSK online. Daerah lain yang tidak mengandalkan industri pariwisata juga cukup marak berkembang PSK online. Pariwisata hanya sebagian faktor pendukung berkembangnya PSK online," kata pemerhati sosial dari Universitas Udayana I Gusti Ngurah Agung Krisna kepada detikBali, Senin (6/5).

"Demand pun semakin dimudahkan tanpa perlu mereka pergi ke lokalisasi. Bermodal gawainya yang terkoneksi internet, mereka bisa mendapatkan calon pemuas kebutuhan biologis. Sesuai juga dengan apa yang ditawarkan dan berapa tarif yang harus mereka bayarkan," dia menambahkan.

Penilaian itu muncul setelah terjadi dua peristiwa pembunuhan terjadi pada hari yang sama di Kuta dan Denpasar.

Dua korban diduga PSK online yang menawarkan jasa mereka melalui aplikasi MiChat.

Peristiwa pertama terjadi di Kuta, Badung, Jumat (3/5/2024) dini hari. Wanita berinisial RA tewas dibunuh pria yang menggunakan jasanya, dilansir dari detik.com.(han)