Gus Choi Sebut PBNU Tak Berhak Larang Warga Nahdliyyin Tentukan Pilihan Politik

"Warga NU bebas, mau ke mana bebas. Jadi PBNU enggak bisa melarang warganya, kadernya untuk berpartai dengan partai apa, koalisi dengan siapa, enggak ada larangan, itu bebas," kata Gus Choi di NasDem Tower, Selasa (5/9).

Sep 6, 2023 - 19:35
Gus Choi Sebut PBNU Tak Berhak Larang Warga Nahdliyyin Tentukan Pilihan Politik

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Effendy Choirie kerap disapa Gus Choi, Ketua DPP Partai NasDem, menyebut PBNU tak berhak melarang warga Nahdlatul Ulama dalam menentukan arah dukungan politiknya.

Ia menyampaikan demikian ketika ditanyai soal pernyataan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang meminta tak satu pun bakal capres mengatasnamakan NU di Pilpres 2024.

"Warga NU bebas, mau ke mana bebas. Jadi PBNU enggak bisa melarang warganya, kadernya untuk berpartai dengan partai apa, koalisi dengan siapa, enggak ada larangan, itu bebas," kata Gus Choi di NasDem Tower, Selasa (5/9).

Ia menjelaskan terdapat dua istilah yang dikenal dalam NU, yakni NU struktural serta kultural. NU kultural dikenal dengan istilah warga Nahdliyin yang diperbolehkan berpolitik.

"Kalau kultural itu disebut warga nahdliyin. Warga nahdliyin itu diperbolehkan," ucap dia.

Dengan begitu, warga Nahdliyin ini diperkenankan untuk berpolitik baik mendukung partai politik maupun bergabung koalisi mendukung bakal capres-cawapres di Pilpres.

Gus Choi menerangkan hal itu diatur dalam sembilan pedoman berpolitik warga NU. Salah satunya ialah berpolitik untuk moralitas dan kemaslahatan yang dilakukan dengan akhlakul kharimah.

"Termasuk Cak Imin harus dibebaskan tidak boleh lagi didistorsi-distorsi tidak boleh lagi misalnya dicemooh-cemooh ya, itu hak dia apalagi dia pemimpin partai yang dilahirkan dari rahim NU," tegas dia.

Sebelumnya, Gus Yahya meminta tidak ada satu pun bakal capres maupun cawapres yang mengatasnamakan NU di Pilpres 2024 mendatang.

Ia menyebut para calon di Pilpres harus mengedepankan kredibilitas dan perilakunya masing-masing, bukan mengatasnamakan NU.

"Jangan ada calon mengatasnamakan NU. Kalau ada calon, itu atas nama kredibilitasnya, atas nama perilakunya sendiri-sendiri. Bukan atas nama NU," kata Gus Yayha di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9).

Gus Yahya menegaskan, jika ada warga NU yang mencalonkan diri di Pilpres 2024 mendatang harus berjuang lewat partai politik bukan melalui organisasi yang dipimpinnya.

Ia pun menepis klaim calon-calon yang mengaku telah mengantongi restu para kiai NU. Gus Yahya menekankan selama ini tak ada bahasan soal capres-cawapres.

"Kalau ada klaim kiai-kiai NU merestui, itu sama sekali tidak betul. Selama ini tidak ada pembicaraan terkait calon presiden atau wakil presiden," ujarnya.

Cak Imin Akui Dapat Restu dari Kiai Khos NU

Terpisah, Muhaimin Iskandar menyatakan, dirinya mendapat restu untuk maju sebagai pasangan bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan dari KH. Muhammad Thoifur Mawardi yang merupakan putra KH. R Mawardi.

Dalam acara bincang-bincang bersama Najwa Shihab beberapa waktu lalu, Muhaimin menuturkan, saat berhaji dirinya mendapat panggilan untuk datang ke hotel yang sedang diinapi KH. Thoifur.

"Beliau tiba-tiba bilang, 'Muhaimin, saya sudah istikhoroh. Jodohmu Anies. Camkan saja' katanya," tutur Cak Imin, panggilan Muhaimin, mengulang ucapan KH. Thoifur pada Senin (4/9).

Mendengar hal itu, Cak Imin pun menganggapnya sebagai masukan.

"Saya tak komentar, membawa saya ke alam bawah sadar hingga akhirnya kita (Muhaimin dan Anies) ketemu," katanya.

Anies Baswedan mengaku punya cerita serupa. Dirinya mengungkapkan, saat mengejar pesawat di Bandara Juanda, Surabaya untuk kembali ke Jakarta, tiba-tiba KH. Abdullah Munif, PP Anwarul Maliki Sukorejo, Pasuruan, datang menyongsong Anies.

"Pak Anies, saya minta waktu bicara. Ada pesan dari KH. Thoifur, agar Pak Anies berpasangan dengan Muhaimin," kata Gus Munif, sapaannya, seperti diceritakan ulang oleh Anies.

Selain itu, ketika memberi sambutan saat deklarasi Anies-Cak Imin di Surabaya pada minggu lalu, Cak Imin menceritakan dirinya dipanggil juga oleh KH. Kholil As'ad dari Situbondo, Jawa Timur, pada 2021.

Putra pendiri NU, Kiai As'ad Syamsul Arifin itu kemudian berpesan, bahwa Cak Imin harus berpasangan dengan Anies Baswedan. Menurut Cak Imin, para kiai memberikan saran sesuai dengan keyakinan langit yang mereka miliki.

Karena itu, dia lalu berusaha mencocokkannya dengan keyakinan Bumi. Di sisi lain, Cak Imin mengaku tak mudah baginya untuk menerima masukan yang akan mengikatnya di koalisi pemerintah itu, sementara Anies ada di pihak yang berseberangan.(han)