Potret SMP Pinggiran di Madiun, Minim Murid Hingga Bangunan Sekolah Tak Layak

"Kelas VII 4 anak, kelas VIII 11 anak, dan Kelas IX 8 anak. Total hanya 23 murid,” kata Kasek Bambang, Selasa (30/01/2023).

Jan 30, 2024 - 14:41
Potret SMP Pinggiran di Madiun, Minim Murid Hingga Bangunan Sekolah Tak Layak
Di kelas VII SMPN Satu Atap Gemarang hanya ada 4 siswa yang belajar

NUSADAILY.COM - MADIUN - Para guru di SMP Negeri satu atap Gemarang di Kabupaten Madiun Jawa Timur mengaku tidak dapat berbuat banyak. Pasalnya hanya memiliki sedikit murid di sekolahnya. Tiga kelas di SMPN satu atap tersebut hanya memiliki 23 murid. Kelas VII 4 anak, kelas VIII 11 anak, dan Kelas IX 8 anak.

Tidak hanya minim siswa, kondisi bangunan hingga fasilitas sekolah seperti laboratorium juga memprihatinkan dan tidak layak digunakan. Bagian atap plafon berlubang, menimbulkan kekhawatiran saat musim hujan seperti sekarang ini.

Kepala Sekolah SMPN satu atap Gemarang Bambang Sugiarto, mengatakan, jumlah murid dari kelas VII sampai dengan IIX sebanyak 23 siswa. Sebagian diantaranya berasal dari Desa Batok, namun yang paling jauh yaitu Desa Jonggol.

"Kelas VII 4 anak, kelas VIII 11 anak, dan Kelas IX 8 anak. Total 23 murid, tahun lalu 27 anak,” kata Bambang, Selasa (30/01/2023).

Menurug Bambang, minimnya murid di sekolah yang ia pimpin disebabkan karena faktor daerah yang terpencil. Serta sulitnya akses untuk pergi ke sekolah karena jalan rusak.

"Dulunya ada mobil untuk transportasi namun sekarang sudah tidak ada. Jadi banyak yang putus sekolah karena kendala motor atau kendaraan buat menjemput," terangnya.

Bambang mengaku selama ini bersama tenaga pengajar masif melakukan sosialisasi. Agar banyak siswa yang mau bersekolah. 

"Ada yang berminat, hanya saja kendalanya difasilitas sekolah kurang mumpuni. Beberapa yang rusak diantaranya ruang kelas, ruang guru, laboratorium IPA dan perpustakaan," bebernya.

Bambang juga menambahkan, upaya untuk mempertahankan sekolah ini adalah dengan mencari siswa melalui PPDB dan menekankan wajib belajar 12 tahun. 

“Apapun agar anak mau sekolah di sini kami upayakan. Misalkan siswa yang tidak punya transportasi akan kami jemput,” tuturnya.

Semoga ada perhatian dari pemerintah, seperti perbaikan gedung rusak dan penunjang belajar lainnya. Termasuk penambahan Sumber Daya Manusia.

"Di sekolah ini hanya ada 6 guru itu pun terpaksa rangkap jabatan di bidang administrasi. Untuk guru yang kurang yaitu guru matematika, SBK dan bahasa jawa," pungkasnya.

Untuk diketahui, terus menyusutnya murid ini terjadi sejak 2020. Sebelumnya per kelas di sekolah ini ada 15 siswa dan sekarang tinggal 4 dan paling banyak 8 siswa. (nto).