Memburu Ide Sumber Tulisan

Oleh: Agus Salimullah, M.Pd.

Aug 23, 2023 - 01:04
Memburu Ide Sumber Tulisan

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.  Demikian salah satu ungkapan penuh motivasi tentang menulis  dari Pramudia Ananta Toer.

Apa yang dikemukakan oleh Pramudia Ananta Toer di atas boleh jadi sebagai pelecut dan motivasi bagi kita untuk menjadi penulis. Apapun profesi kita, minimal ada ide dan gagasan kita yang tertuang dalam bentuk tulisan dan dibaca oleh orang lain. Baik dalam bentuk artikel maupun  karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, dan sebagainya.

Memang, menciptakan sebuah tulisan yang bagus bukanlah perkara yang mudah. Apalagi ada yang mengatakan bahwa menulis bukanlah bakat, melainkan kebiasaan yang terlatih. Jadi, menulis sebenarnya sebuah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih oleh semua orang.

Ada hal menarik yang diungkapkan mas Wahyu Kuncoro, Wakil Ketua PWI Jawa Timur.  Menurut mas Wahyu, menulis itu harus dilakukan, bukan dibicarakan. Hal ini diungkapkan saat menjadi pembicara Workshop Jurnalistik yang digelar PISHI bekerjasama dengan Nusadaily.com di Malang, 10 Agustus 2023.

Pernyataan itu mengandung maksud bahwa tulisan tidak akan pernah tercipta jika ide-ide hanya bersembunyi atau bergelantungan saja di dalam pikiran atau benak kita. Ide dan gagasan yang berseliweran itu harus segera ‘ditangkap’ dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Jika tidak, maka ide itu akan hilang dalam sekejap.

Biasanya, ide-ide tulisan akan muncul manakala kepekaan kita terhadap situasi sekitar sangat kuat. Baik terkait persoalan sosial, bahasa, budaya, pendidikan, politik, dan sebagainya. Semisal kita menemukan banyak bahasa sarkasme di medsos yang menjelek-jelekkan salah satu capres. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat ketimuran, kita akan peka dan langsung membuat tulisan seputar tatakrama berbahasa yang santun walaupun di media sosial.

Ide tulisan tidak hanya muncul saat kita melihat secara langsung kejadian atau peristiwa di lapangan. Ide juga bisa berasal dari upaya mendengar, dan membaca informasi, baik di media cetak maupun elektronik. Namun dari sekian banyak sumber ide tulisan, faktor membaca tetap menjadi penentu seseorang apakah bisa membuat tulisan yang berkualitas atau tidak. Fakta menunjukkan itu dan bahwa kita dapat membaca baik pengetahuan umum maupun media cetak.

Selain itu, kebiasaan menulis lahir dari sebuah keprihatinan atau karena sesuatu hal yang menantang. Semisal kita terpaksa menulis karena ingin mendapatkan honor dari media atas tulisan yang kita kirim. Seperti halnya di salah satu pondok di Jogya yang melarang orang tua mengirim uang bulanan kepada santri. Pihak pondok mewajibkan siswa belajar menulis dan mengirimkan tulisannya ke media cetak hingga mendapat honor. Nah, dari honor itulah santri bisa menghidupi dirinya sendiri.

Ada juga minat menulis lahir karena dipaksa oleh lembaga pendidikan sebagai syarat mata pelajaran atau mata kuliah. Semisal membuat artikel atau makalah. Sehingga siswa maupun mahasiswa terpaksa membuat tulisan itu.  Namun biasanya awalnya terpaksa, namun akhirnya jadi terbiasa.

Sebagai penulis pemula, ada kalanya kita dihadapkan oleh kebuntuan ide tulisan. Lantas bagaimana cara mengatasinya? Selain melalui membaca buku atau artikel, kita harus bertemu dengan teman-teman atau pun orang-orang baru. Saat sedang mengobrol, coba perhatikan topik-topik pembicaraan yang sedang berlangsung. Bisa jadi, ketika kita sedang mengalami kebuntuan ide untuk menulis, tiba-tiba ada sumber ide yang bisa dikembangkan menjadi tulisan saat sedang mengobrol atau diskusi dengan seorang teman.

Selain itu, mengubah jadwal menulis juga bisa menjadi jalan keluar atas kebuntuan ide menulis. Ada kalanya kita mengalami rasa bosan tentang sesuatu yang monoton. Bisa jadi hal ini terjadi karena jadwal kegiatan kita hanya berputar-putar. Maka diperlukan pertimbangan  untuk mengubah jadwal kegiatan, termasuk jadwal menulis.

Yang tidak kalah pentingnya yakni bagaimana kita mengubah suasana tempat menulis. Ini menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan unutk mengatasi kebuntuan ide dalam menulis. Jika selama ini kita terbiasa menulis di kamar, maka pertimbangkan untuk mengubah posisi perabot kamar. Kita juga  dapat mengubah warna cat dinding kamar dan sebagainya. Atau mencari tempat di luar rumah, bisa di taman atau di tempat yang sedikit tenang.

Ya, untuk bisa menulis memang harus sedikit dipaksa untuk segera menulis. Segeralah berhadapan dengan laptop atau komputer. Atau kita langsung menuangkan ide tulisan di tab atau handphone kita dimana pun kita berada. Persoalan apakah kita hanya mampu menulis dua atau tiga paragraf, bukan masalah. (*)

 

Penulis adalah guru SMA Negeri 2 Batu yang juga anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Sulistyani, dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)