Keunikan Bertemu Keunikan

Saya berdiri di balik kaca ruang bayi sebuah RSIA dan memandangi tiga bayi yang baru saja dilahirkan. Dua bayi tidur dengan lelap namun bayi yang berada di tengah menangis kencang cukup lama. Kemudian saya lihat dahinya dipenuhi dengan butiran keringat besar-besar.

Jan 19, 2024 - 06:26
Keunikan Bertemu Keunikan
Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

Oleh: Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

 

Saya berdiri di balik kaca ruang bayi sebuah RSIA dan memandangi tiga bayi yang baru saja dilahirkan. Dua bayi tidur dengan lelap namun bayi yang berada di tengah menangis kencang cukup lama. Kemudian saya lihat dahinya dipenuhi dengan butiran keringat besar-besar. Saya yang tadinya diam langsung beranjak menekan tombol untuk memanggil perawat. Saya informasikan semua yang saya lihat dan meminta tolong perawat tersebut untuk mengecek kondisi bayi.  

Sayapun langsung kembali ke balik kaca untuk melihat apa yang dilakukan perawat. Saya melihatnya mengusap dahi bayi tersebut dengan kain dan mengecek diapernya. Terakhir, dia memundurkan alat pemanas yang berada di belakang bayi.

Kenapa saya mau repot-repot melaporkan kondisi bayi tersebut ke perawat dan memintanya untuk menolong bayi tersebut? Jawabannya adalah karena dia cucu saya. Saya sangat mencintainya. Saya mempunyai tugas untuk menjaga dan melindunginya.

Cucu saya ini mempunyai keunikan karena hanya dia yang menangis kencang dan berkeringat banyak sementara bayi-bayi lainnya tidak. Cucu saya ini mendapat perhatian saya yang khusus sementara bayi lainnya tidak. Suster ini hanya memeriksa diaper cucu saya dan memundurkan alat pemanas di dekatnya karena hanya dia yang membutuhkannya saat itu. Dalam konteks ini kita melihat keunikan bertemu dengan keunikan.

Apakah keunikan bertemu dengan keunikan ini hanya terjadi dalam masa bayi saja? Tentu saja tidak. Selama manusia mempunyai keunikan, dia membutuhkan perlakuan yang unik juga. Selama manusia mempunyai sesuatu yang hanya dimilikinya sendiri, dia membutuhkan perlakuan yang tidak sama dengan orang lain.

Sebagai pendidik apa yang dapat kita lakukan? Sebagai orang tua apa yang dapat kita perbuat? Ada dua cara sederhana yang kita bisa lakukan, yaitu pengamatan dan komunikasi.

Sementara ini saya hanya bisa mengamati cucu saya karena dia belum bisa bicara. Jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi, kita bisa menjadi telinga untuk mendengarkan isi hati mereka. Kedua cara ini perlu didasari perasaan sayang dan dilengkapi dengan ketegasan.

Saya mengenal sepasang suami istri yang mempunyai anak berusia 9 tahun. Mereka telah melakukan pengamatan dan komunikasi untuk mengenal anak mereka sejak dini. Mereka menyadari bahwa anak ketiga mereka ini sangat berbeda dengan kedua saudaranya yang lain. Kebutuhannya akan perhatian sangat tinggi. Akhirnya, ortunya memutuskan untuk mengurangi pekerjaan mereka agar mereka mempunyai waktu lebih banyak bersamanya.

Kelihatan jelas sepasang suami istri ini sangat mencintai anak mereka. Namun, ada satu kekurangan mereka. Mereka kurang melengkapi usaha mereka dengan ketegasan sejak awal. Akibatnya, saat ini mereka sering kesulitan mendisiplinkannya.

Ketika anak mereka masih duduk di kelas TK, ada kejadian menarik. Dalam perjalanan ke sekolah anak mereka menangis kencang karena mobil mereka hendak berbelok ke jalan yang tidak biasa mereka lalui. Pada pagi itu ada kemacetan di jalan yang biasa mereka lalui. Anak ini tetap menangis kencang meskipun sudah dijelaskan. Akhirnya, ibunya mengalah dan melewati jalan yang sama.

Bagi saya, keputusan ini tidak masuk akal. Karena ortunya kurang tegas, mereka mendapat kesulitan mendisiplinkan anak mereka sampai sekarang. Mereka terpaksa sering mengabulkan keinginan anak mereka meskipun itu tidak baik. Cinta saja tanpa dilengkapi dengan ketegasan tentu tidak tepat.   

Bisa saya katakan mendidik anak sama dengan menggoreng kerupuk. Kerupuk tentu harus digoreng di dalam minyak yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah kerupuk. Kerupuk perlu ditekan agar dapat berkembang. Perkembangannya tentu sesuai dengan ukuran kerupuk. Waktu menggoreng juga disesuaikan dengan kondisi kerupuk.

Ada unsur ketegasan dalam menggoreng kerupuk. Jika anak meminta digoreng di air, tentu ortu tidak perlu menuruti. Ketegasan bisa bagaikan tekanan bagi anak tapi sangat diperlukan agar anak berkembang secara maksimal. Tekanan ini tentunya disesuaikan dengan keunikan setiap anak. Di sinilah keunikan akan bertemu dengan keunikan.

Bagaimana strategi keunikan bertemu keunikan ini diterapkan dalam mendidik mahasiswa? Tentu saja ada bedanya. Mahasiswa tidak sama dengan bayi dan anak SD. Mereka lebih dewasa. Mereka harus paham tentang keunikan mereka dan kemudian berusaha untuk memenuhi keunikan mereka sendiri.

Ada seorang mahasiswa mengatakan bahwa dosennya tidak mampu mengajar dengan menarik karena membuatnya mengantuk di kelas. Mahasiswa ini sebetulnya mengetahui keunikannya bahwa dia akan mengantuk ketika mendengarkan penjelasan dosen yang panjang lebar. Dia tidak berusaha untuk mengatasi keunikaan tetapi malah menyalahkan orang lain. Dia seharusnya mencari solusi yang cocok untuk mengatasi keunikannya tersebut. Solusi yang unik, yang bisa saja berbeda dari solusi milik orang lain.  

Prinsip keunikan bertemu dengan keunikan ini juga berguna bagi kita sebagai pendidik. Dengan memahami prinsip tersebut, kita akan lebih dapat menolong anak didik kita dan bahkan diri kita sendiri. Semoga dengan memahami prinsip keunikan bertemu dengan keunikan, potensi kita semua dapat maksimal.  

 

 

Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd. Dosen Tetap Prodi PGSD Universitas Kristen Petra sekaligus anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Dr. Mu’minin,M.A. Dosen Pascasarjana Universitas PGRI Jombang sekaligus anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).