Imbas Gempa M 7,6 di Jepang: 6 Tewas, Penerbangan dan Kereta Ditangguhkan

"Kami menyadari rumah Anda, barang-barang Anda semuanya berharga bagi Anda, namun nyawa Anda lebih penting daripada segalanya! Larilah ke tempat setinggi mungkin," seorang presenter di stasiun televisi NHK.

Jan 2, 2024 - 07:32
Imbas Gempa M 7,6 di Jepang: 6 Tewas, Penerbangan dan Kereta Ditangguhkan

NUSADAILY.COM - TOKYO - Enam orang dipastikan tewas imbas gempa bumi besar melanda Jepang bagian tengah pada Senin (1/1/2024). Penerbangan dan kereta cepat tidak dioperasikan.

Gempa itu memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari satu meter dan berkekuatan magnitudo 7,6 skala Richter. Gempa tersebut melanda prefektur Ishikawa di sisi Laut Jepang di pulau utama Honshu.

Saluran televisi menghentikan layanan normal dan mengganti dengan program khusus.

Salah satu tayangan yang muncul adalah pesan dari Perdana Menteri Fumio Kishida, yang mendesak masyarakat di daerah rentan untuk mengungsi sesegera mungkin ke tempat yang lebih tinggi.

"Kami menyadari rumah Anda, barang-barang Anda semuanya berharga bagi Anda, namun nyawa Anda lebih penting daripada segalanya! Larilah ke tempat setinggi mungkin," seorang presenter di stasiun televisi NHK.

Situasi beberapa daerah yang terkena dampak tampak porak poranda. Seperti dilansir dari Reuters, lebih dari 36.000 rumah tangga kehilangan aliran listrik di prefektur Ishikawa dan Toyama.

Layanan kereta peluru ke Ishikawa ditangguhkan sementara, baik shinkansen atau pun kereta ekspres. Saat ini sedang dilakukan pengecekan dan rencananya kereta dioperasikan kembali siang ini.

Gangguan juga terjadi pada layanan telepon dan internet di Ishikawa dan Niigata.

Salah satu bandara Ishikawa ditutup. Sejumlah penerbangan menuju bandara di Toyama dan Ishikawa dibatalkan.

Salah satu wilayah yang terdampak gempa dan peringatan tsunami ini adalah Kanazawa di prefektur Ishikawa. Salah satu penduduk Kanazawa, Ayako Dakai mengatakan dia dan keluarganya mengungsi di sebuah gedung sekolah. Dia menceritakan gedung itu kini dipenuhi oleh para pengungsi.

"Saya mengalami gempa besar Hanshin (gempa tahun 1995 yang menewaskan 6.000 orang), jadi menurut saya akan lebih aman bila mengevakuasi diri," kata dia.

"Kami belum tahu kapan akan kembali ke rumah," dia menambahkan.

Jeffrey Hall, dosen di Universitas Kanda di Jepang, mengatakan merasakan getaran akibat gempa sekitar dua menit, meskipun gempa terjadi di wilayah lain di Yokohama.

Kepada BBC, dia mengatakan gempa bumi adalah hal yang sangat, sangat serius bagi Jepang dan orang-orang sangat ketakutan.

"Ini setara dengan gempa bumi besar dan tsunami yang terjadi di tengah jamuan makan malam Natal bagi masyarakat Inggris," katanya.(han)