8 Juta Orang Terancam Kehilangan Pekerjaan Akibat Dampak AS Gagal Bayar Utang

Ekonom Gedung Putih memperingatkan dampak gagal bayar utang dapat membuat lebih dari 8 juta warga AS kehilangan pekerjaan. Hal tersebut juga akan merusak ekonomi Amerika Serikat (AS).

May 5, 2023 - 02:00
8 Juta Orang Terancam Kehilangan Pekerjaan Akibat Dampak AS Gagal Bayar Utang
(AFP/Fredereic J. Brown)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Ekonom Gedung Putih memperingatkan dampak gagal bayar utang dapat membuat lebih dari 8 juta warga AS kehilangan pekerjaan. Hal tersebut juga akan merusak ekonomi Amerika Serikat (AS).

"Kegagalan (bayar utang) yang berlarut-larut kemungkinan akan menyebabkan kerusakan parah pada ekonomi, dengan pertumbuhan tingkat pekerja yang kuat saat ini menjadi penurunan yang berjumlah jutaan," kata para ekonom Gedung Putih, dikutip detikcom dari CNN, Kamis (4/5/2023).

Sementara itu, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan AS akan gagal bayar utangnya paling cepat pada 1 Juni, jika Kongres tidak segera bertindak. Salah satu skenario buruknya adalah dampak gagal utang singkat.

Ekonomi akan kehilangan sekitar setengah juta pekerjaan dan tingkat pengangguran akan naik 0,3%. Sementara skenario terburuk dari gagal bayar utang yang berlarut-larut adalah terhapusnya 8,3 juta pekerjaan.

PDB akan turun 6,1%, dan membuat pasar saham ambruk hampir setengahnya. Tingkat pengangguran juga akan melonjak 5%.

Proyeksi Gedung Putih mirip dengan yang dibuat oleh Moody's Analytics, yang memperingatkan pada bulan Maret bahwa dampak gagal bayar utang jangka panjang dapat menghapus lebih dari 7 juta pekerjaan.

Sebelumnya, Yellen menyebutkan kegagalan ini akan membuat bencana ekonomi dan keuangan negara. Namun hal ini bisa dicegah. "Kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan pagu utang dan harus melakukan hal itu tanpa syarat dan tak boleh sampai menit terakhir," jelas dia.

Yellen menjelaskan kepada anggota parlemen, pada Januari pemerintah AS hanya mampu membayar hingga awal Juli.

Memang, tak seperti negara maju lainnya, AS membatasi jumlah yang dapat dipinjam. Karena pemerintah membelanjakan lebih dari yang dibutuhkan, karena itu pembuat undang-undang harus menaikkan plafon utang secara berkala.

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCharty menyebutkan pihaknya berencana untuk memangkas pengeluaran sebesar US$ 4,5 triliun dengan kenaikan batas utang US$ 1,5 triliun. Dia mengatakan ini adalah dasar negosiasi dalam beberapa minggu mendatang.

Kondisi pasar keuangan di AS kini masih diliputi kekhawatiran terkait utang negara. Khususnya ketakutan terjadinya gagal bayar, karena resikonya semakin tinggi.(eky)