Waduh! GNPF Ulama dan FPI Tak Akan Dukung Prabowo di Pilpres 2024

Padahal dukungan ke Prabowo, kata Yusuf, diberikan secara sukarela dan tanpa dibiayai sedikitpun. "Itu umat yang berjuang begitu kuat sejak 8 sampai 9 bulan, para ulama, habaib, emak-emak akhirnya ditinggal begitu saja," kata Yusuf.

Sep 21, 2023 - 03:14
Waduh! GNPF Ulama dan FPI Tak Akan Dukung Prabowo di Pilpres 2024
Foto Antara

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Yusuf Martak, Ketua Majelis Syuro Persaudaraan Alumni 212 atau PA 212 mengatakan, pihaknya dan Front Persaudaraan Islam (FPI), tak akan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024 mendatang.

"Nampaknya Insya Allah begitu (tidak dukung Prabowo). Insya Allah nampaknya begitu. Mudah-mudahan," kata Yusuf menjawab pertanyaan wartawan apakah tertutup untuk dukung Prabowo di Pilpres 2024 ketika ditemui di Menara Hijau, Jakarta, Rabu (20/9).

Yusuf bercerita pengalaman Pilpres 2019 lalu. Saat itu pihaknya telah mendukung Prabowo sebagai capres.

Namun, ia menganggap dukungan ulama, umat hingga emak-emak yang telah diberikan kala itu ditinggal begitu saja oleh Prabowo usai Pilpres 2019 berakhir.

Padahal dukungan ke Prabowo, kata Yusuf, diberikan secara sukarela dan tanpa dibiayai sedikitpun.

"Itu umat yang berjuang begitu kuat sejak 8 sampai 9 bulan, para ulama, habaib, emak-emak akhirnya ditinggal begitu saja," kata Yusuf.

"Tapi akhirnya ditinggal begitu saja. Soal bergabungnya ke pemerintahan terpilih itu bukan masalah bagi kita. Tapi bagaimana dengan pejuang-pejuang yang berjuang, ada yang di tahanan, di rumah sakit, Habib Rizieq tak bisa kembali ke Indonesia," tambahnya.

Karenanya, ia memastikan PA 212, FPI dan GNPF Ulama tak ingin jatuh ke lubang yang sama.

Baginya, pihak yang mengulangi kesalahan seperti demikian ibarat keledai.

Meski begitu, ia mengatakan Muhammad Rizieq Shihab bersama PA 212, GNPF Ulama dan FPI sampai saat ini masih mengkaji arah dukungannya di Pilpres 2024.

Ia mengatakan sikap Rizieq dan organisasi Tri Pilar tersebut masih dalam tahap wait and see.

"Maka kami sedang mengkaji. Tadi malam kita rapat panjang dari jam 19.00 sampai 11.00 WIB malam dengan Habib Rizieq. Kita dalam status masih wait and see. Kita masih melihat," kata dia.

"Bisa jadi kita salurkan dukungan ini sebelum pendaftaran atau setelah pendaftaran. Kita enggak mau seperti beli kucing dalam karung," tambahnya.

Tutup pintu ke Prabowo

Lebih lanjut, Yusuf juga menegaskan sudah menutup pintu ke capres Prabowo sehingga tidak ada komunikasi terkait dukungan Pilpres 2024.

"Enggak. Dari pihak Prabowo tidak ada (komunikasi) yang secara formal. Dan memang kita tak buka pintu," katanya.

Jubir Prabowo Subianto, Dahnil Simanjuntak dan Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman belum memberikan penjelasan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie membocorkan percakapan santai Prabowo Subianto soal yang pernah dekat dengan kelompok intoleran.

"Ya itu memang kita kritisi. Tapi beliau dalam percakapan santainya, tersiratnya sih saya lupa kata-kata persisnya. Tersiratnya, beliau menyiratkan penyesalan lah pernah mengambil langkah itu," ujar Grace dalam kanal YouTube Total Politik, Sabtu (12/8).

Menurut Grace, Prabowo sempat berkelakar bahwa ada salah satu tokoh yang merapat ke pihak lain dan menjadi lawan politik bagi menteri pertahanan itu.

"Jadi ketika ada salah satu tokoh yang tadinya enggak ke situ beliau guyonnya begini. Saya sekarang ke sini, kenapa beliau ke sana. Begitu, jadi kurang lebih gitu," ucapnya.

Ia merasa pernyataan Prabowo itu seakan-akan menggambarkan sebuah penyesalan.

Akan tetapi, Grace mengaku tak menanyakan hal itu lebih lanjut kepada Prabowo.

"Jadi kan tersiratnya penyesalan, saya juga enggak berusaha mendalami nanya lebih jauh. Yang saya tangkap begitu," kata dia.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie telah dipelintir terkait Prabowo Subianto.

"Narasi negatif dan fakta yang tidak belum terverifikasi dengan isu politik identitas tidak hanya dapat merusak nama Pak Prabowo dari segi elektabilitas, akan tetapi negara juga dapat dirugikan secara dampak stabilitas," tutur Dasco.(han)