Ragam Genre Puisi Berjudul atau Tak Berjudul

Apr 19, 2023 - 18:31
Ragam Genre Puisi Berjudul atau Tak Berjudul

 

                                                                    Gatot Sarmidi

Ada dan tidak adanya  judul puisi terkadang menjadi pertanyaan dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam konteks ini, ada saja siswa atau mahasiswa bertanya haruskah puisi diberi judul? Berbagai jawaban bisa memberikan alternatif. Ada puisi yang harus diberi judul dan ada juga puisi yang tidak perlu judul.

Pada beberapa puisi, jenis puisi sudah sekaligus memberikan judul dari puisi itu. Misalnya, dari beberapa genre puisi tradisional Jawa ada tembang dan suluk. Dari beberapa nama tembang Macapat, judulnya didasarkan pada jenisnya, misalnya tembang Mijil, Pucung, Asmaradana, Gambuh, Durma, Dandanggula, Pangkur, Maskumambang, Megatruh, Kinanti, dan Sinom. Kemudian untuk tembang Tengahan, misalnya Juru Demung, Balabak, dan Wirangrong. Sementara pada suluk dan sendon diberi judul berdasarkan ragamnya. Begitu juga pada genre tembang dolanan, sebagian besar ada judulnya, misalnya pada tembang Gugur Gunung, Kupu Kuwi, Jamuran, Cublak-cublak Suweng, dan Sluku-sluku Batok. Begitu pula di Bali terdapat genre gending rare atau sekar rare yang juga diberi judul, misalnya Jangi Janger, Meong-meong, Ratu Anom, Pul Sinonge, Maplayanan, Putri Cening Ayu,Mejangeran, Juru Pencar, dan Medadong Dauh.

Tembang dolanan dan gending rare merupakan puisi rakyat. Kedua genre puisi itu sekaligus menjadi nyanyian rakyat (folksong). Keduanya sering digunakan secara bersama-sama oleh anak-anak. Bedanya, tembang dolanan mengguna ragam bahasa Jawa dan gending rare menggunakan ragam bahasa Bali. Keduanya merupakan genre lagu yang bernuansa permainan dan memiliki ciri bahasa yang sederhana, dinamis, dan riang. Keduanya disajikan untuk anak-anak sehingga mudah digunakan dalam suasana bermain, bergembira, dan menyenangkan. Berikut contoh gending rare berbahasa Bali berjudul Curik-curik  dan lagu dolanan anak berbahasa Jawa berjudul Gajah-gajah.

Curik-curik

Curik curik sementla alang-alang
boko-boko tiang meli pohe
Aji satak aji satus keteng
Mara bakat anak bagus peceng enjok-enjok

Gajah-Gajah

Gajah-gajah, kowe takkandhani jah

Mata kaya laron kuping ilir   amba-amba

Kathik nganggo tlale

Buntut cilik tansah kopat-kapit

Sikil kaya bumbung

Sasolahmu megang-megung 

 

Beberapa puisi tradisional Jawa atau puisi Melayu dan puisi-puisi yang tersebar di Nusantara yang lain  tidak diberi judul. Puisi-puisi yang tidak diberi judul itu, misalnya syair, parian dan  mantra. Sering ditemui, puisi-puisi tanpa judul itu memiliki pola tertentu. Jenis puisi-puisi tidak berjudul tersebut memiliki nama dari segi isi atau fungsinya, contohnya  syair pendidikan,  mantra pengasihan, mantra penglaris. Berikut contoh syair pendidikan.

Dengarlah para anak muda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu itu tak akan habis dieja
Untuk bekal sepanjang usia

Ke sekolah luruskan niatmu
Tekadkan hati mencari ilmu
Tak ada rugi belajar tiap waktu
Supaya baik masa depanmu

 Puisi tanpa judul yang lain dapat kita perhatikan pada haiku,  senryu, atau tanka. Puisi-puisi itu tidak ada judulnya tapi jenisnya itu sudah sekaligus memberikan judul. Puisi yang dibicarakan di sini merupakan beberapa puisi yang sudah memiliki pola tertentu, misalnya pola untuk tembang dengan mengenal patokan meliputi guru  gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Pola untuk haiku dan senryu sama, dengan adanya ketentuan jumlah baris, jumlah suku kata tiap baris, di Indonesia diakronimkan dengan lituli sebuah genre mengadaptasi haiku atau senryu., yaitu 5-7-5. Perbedaannya haiku memiliki kigo dan kireji, sementara senryu tanpa kigo. Demikian juga dengan tanka yang memiliki jumlah baris 5. Berikut contoh haiku, senryu, dan tanka.

tidak lelahkah

mengaum bagai macan

hei kucing liar !

 

#Senryu

 

Senryu dalam bahasa Indonesia ditulis oleh Tanpopo Anis dimuat di grup facebook New Haiku Indonesia. Senryu Tanpopo Anis diberi komentar oleh Agung dengan senryu dalam bahasa Jawa

kucinge nggereng

rumangsa mbahe macan

gak waleh-waleh

#Senryu

Ini contoh haiku dalam bahasa Indonesia ditulis oleh Sudarmanto Salamun dan haiku dalam bahasa Italia serta terjemahan dalam bahasa Jawa oleh Roza Lopes grup facebook New Haiku Indonesia

kucinge nggerengrumangsa mbahe macan

gak waleh-waleh

#Haiku

En plena ópera
dentro de un flautín
canta un grillo

#Haiku

Ing tengah-tengah opera

ning jero suling

sing ana jangkrik

 

Ini contoh pantun dalam bahasa Indonesia ditulis oleh Gunawan Achmad di grup facebook Pantun  Indonesia.

 

 

Di pekarangan ditanam mengkudu

Mengkudu dibuat obat-obatan

Sungguh besar hikmah berwudlu

Bisa menjaga kebersihan badan #124

 

Ada lalapan enak makan

Lalapannya si buah petanang

Jika budaya berbagi digalakkan

Semua masyarakat akan senang #125

 

Gadis desa tersenyum merekah

Senyum mereka di waktu pagi

Jika ingin selalu bersedekah

Pisang setandan pun bisa berbagi #126

 

Ke pasar membeli mentega

Mentega dioleskan pada roti

Tidak baik hidup bertetangga

Kalau ada sifat iri hati #127

 

Pergi ke pasar bolak-balik

Mencari pempek lupa cuka

Enak bertetangga selalu baik

Bisa saling beri makanan berbuka #128

 

 Sebenarnya, judul sangat penting pada puisi. Penulis memberikan judul pada puisi bersifat manasuka. Bahkan, judul sekaligus menjadi bagian dari hal penting dari puisi dan sifatnya  wajib hadir untuk menandakan ciri dan identitas puisi sekaligus menjadi simbol dari puisi itu. Judul memiliki kunci dari daya tarik puisi. Judul yang baik memiliki tautan makna yang erat dengan isi puisi. Bahkan menjadi bagian dari isi puisi. Diksi puisi tergambarkan pada judulnya. Judul puisi bisa lugas dan bisa metaforis. Bisa terdiri atas satu kata atau beberapa kata.

Penulis:

Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia _Universitas PGRI Kanjuruhan Malang dan anggota Pishi bidang sastra. Tulisan ini telah disunting oleh Dr. Mu’minin, M.A Dosen STKIP PGRI Jombang dan Anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).