Menanti Negara-Negara Asean Jadi Epicentrum of Growth Seperti Harapan Jokowi

"Ini kita harus tepuk tangan karena ini adalah modal besar ASEAN untuk mencapai cita-cita menjadi epicentrum of growth," kata Jokowi dalam Pembukaan ASEAN Summit 2023 di Istana Negara, Jumat (1/9).

Sep 7, 2023 - 15:41
Menanti Negara-Negara Asean Jadi Epicentrum of Growth Seperti Harapan Jokowi

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Pada 5 hingga 7 September 2023, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.

Memang tak terkesan mengada-ada, jika "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth", diusung menjadi tema besar perhelatan tersebut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ada tiga kekuatan besar Asean saat ini yang bisa menjadi modal sebagai pusat pertumbuhan global.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ia yakin ekonomi Asean bisa di level 4,5 persen (yoy) pada 2024.

Kedua, penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) yang berlimpah. Data yang dimiliki Jokowi menyebut FDI yang masuk ke kawasan Asean mencapai 17 persen pada 2022.

Ketiga, populasi ASEAN yang 65 persen berusia produktif. Populasi produktif ini merupakan yang terbesar ketiga di dunia.

Jokowi mengatakan dengan kekuatan ini, maka Asean berpotensi besar menjadi negara kelas menengah atas pada 2023.

"Ini kita harus tepuk tangan karena ini adalah modal besar ASEAN untuk mencapai cita-cita menjadi epicentrum of growth," kata Jokowi dalam Pembukaan ASEAN Summit 2023 di Istana Negara, Jumat (1/9).

Selain ketiga kekuatan tersebut, Jokowi mengatakan Asean juga memiliki keunggulan lain yaitu kedamaian.

"Asean telah membuktikan diri sebagai kawasan yang damai, sebagai kawasan yang stabil, sebagai kawasan yang tumbuh sejahtera," kata Jokowi.

Melihat tiga indikator yang disebut Jokowi tersebut, kondisi negara Asean cukup bervariatif.

Dari pertumbuhan ekonomi, Indonesia tercatat sebesar 5,17 persen pada kuartal II 2023. Kemudian Singapura (0,05 persen), Filipina (4,43 persen), Vietnam (4,14 persen), dan Malaysia (5,6 persen) pada kuartal II 2023.

Lalu untuk FDI, Indonesia tercatat sebesar US$12,59 miliar pada kuartal II 2023. Pada periode yang sama, FDI negara Asean lainnya seperti Singapura mencapai US$35 miliar, Filipina US$59 miliar, dan Vietnam US$11,58 miliar.

Sementara berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia tercatat sebanyak 278,69 juta jiwa. Lalu Singapura sebanyak 6,01 juta, Filipina 117,3 juta, Vietnam 98,85 juta, dan Malaysia 34,30 juta.

Jika melihat potensi tersebut, bisakah Asean menjadi epicentrum of growth?

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan ada beberapa hal yang bisa menjadikan Asean sebagai epicentrum of growth.

Pertama, nilai perdagangan intra Asean yang diperkirakan mencapai US$900 miliar dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Hal ini menunjukkan saat situasi global tak pasti di mana ekonomi China menyusut dan Amerika Serikat (AS) dan Eropa menghadapi tekanan inflasi, ekonomi Asean masih berpotensi saling melengkapi rantai pasok.

Kedua, demografi penduduk negara Asean yang didominasi usia produktif.

"Bonus demografi ini bisa menjadi peluang sebagai basis produksi terutama di sektor ekonomi digital dan ekonomi kreatif," kata Bhima dikutip Nusadaily.com dari CNNIndonesia.com, Rabu (6/9).

Ketiga, sumber daya alam terutama mineral kritis sebagai bahan baku energi yang lebih bersih. Mineral kritis juga saat ini diperebutkan banyak negara untuk mengembangkan industri kendaraan listrik.

Keempat, negara Asean memiliki porsi Usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang besar dalam perekonomian. Namun, Bhima mengatakan porsi ekspor UMKM di Indonesia masih lebih sedikit dibanding negara Asean lain.

Kelima, geopolitik Asean yang tidak berkaitan langsung dengan perang dagang AS-China dan konflik Rusia-Ukraina.

"Kalau Asean bisa menjadi penyeimbang kekuatan Barat dan China, maka Asean bisa menjadi tempat yang menarik karena tidak masuk Blok China dan tidak masuk Blok Barat," kata Bhima.

Namun, Bhima mengatakan stabilitas politik di negara ASEAN perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi minat investasi.

Ia menyebut situasi politik Indonesia, Malaysia, dan Singapura masih cukup stabil sehingga realisasi investasinya masih positif. Namun, kondisi politik di Kamboja dan Myanmar masih cenderung bergejolak.

"Ini yang menjadi catatan bagaimana negara Asean mendorong terciptanya stabilitas politik di semua negara anggota Asean. Karena dengan stabilitas politik ada stabilitas investasi dan perdagangan jangka panjang," kata Bhima.

Sementara itu, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan ungkapan Asean sebagai epicentrum of growth tidak masalah dijadikan sebagai moto dan bisa dianggap sebagai harapan.

Harapan itu muncul saat situasi global sedang tidak pasti, ekonomi Indonesia sebagai negara utama Asean bisa bertengger di atas lima persen.

Ronny menyebut kata epicentrum of growth atau pusat pertumbuhan ekonomi global terinspirasi dari ekonomi China saat krisis ekonomi 2008 lalu.

Saat itu, China dianggap sebagai penyelamat ekonomi dunia karena pertumbuhan ekonominya mencapai dua digit.

Namun saat ekonomi China melemah, Ronny menyebut harapan dunia sebenarnya bukan ke Indonesia maupun Asean, tetapi India.

Pasalnya negara tersebut menorehkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari Indonesia. Pada 2022, ekonomi India tercatat tumbuh tujuh persen.

"Banyak kajian menyatakan bahwa India sedang menapaki jalan layaknya China 20 tahun lalu," kata Ronny.

Kendati demikian, Ronny menyebut Asean tetap memiliki kekuatan yang mirip dengan Uni Eropa yakni kesatuan geografis dan populasinya yang besar hingga mencapai 600 juta.

Dengan begitu, negara atau kumpulan negara yang ingin berurusan dengan negara di Asia Tenggara bisa lebih mudah melalui Asean.

"Kalau urusan sudah kelar dengan Asean, secara umum mereka bisa mengakses pasar Asean yang berjumlah 600 jutaan tersebut," katanya.(han)