Hikayat 1 Juni, Catatan Penting Sejarah Bangsa Indonesia dan Pengorbanan Untuk Pancasila

Hikayat 1 Juni, Catatan Penting  Sejarah Bangsa Indonesia dan Pengorbanan Untuk Pancasila
NUSADAILY.COM - JAKARTA -
Setiap 1 Juni bangsa indonesia merayakan peringatan lahirnya Pancasila. Namun dibalik lahirnya dasar negara, bulan Juni juga miliki catatan penting bagi sejarah Indonesia. 
Seperti yang diungkap Anggota DPR Ri KH Maman Imanulhaq, jika bukan Juni ini teramat istimewa dalam catatan sejarah bangsa ini. Dia menyebut dalam penanggalan tahun Masehi bulan ke enam ini lahir empat tokoh negara yang memimpin negeri ini. 
Seperti Bung Karno, Soeharto, BJ Habibie dan terkahir Presiden Joko. Widodo. Selain itu bulan Juni juga merupakan tonggak sejarah perjalanan 
bangsa Indonesia sebagai negara berdaulat atas lahirnya Pancasila. 
"Lahirnya Pancasila ditetapkan sesuai dengan Keppres Nomor 24 Tahun 2016 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo tentang penetapan 1.Juni 1945 lahirnya Pancasila..Sekaligus menetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional," ujarnya memaknai hikayat 1 Juni dalam keterangannya Jumat (2/6/2023). 
Menurut legislator yang kerap disapa Kiai Maman itu, pemilihan tanggal.tersebut sebagai lahirnya Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Dimana Presiden Soekarno dalam pidatonya saat itu  menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamai 
" Pancasila, Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas," ucap Kiai Maman mengutip pidato Soekarno. 
Bahkan, kata Kiai Maman saking 
monumentalnya lahir Pancasila, 1 Juni itu dijadikan perayaan keberagaman suku, agama dan budaya. Itu artinya 
Pancasila tidak hanya sebagai landasan bernegara, namun menjadi pedoman kebangsaan, simfoni yang meng-arrangement berbagai keragaman menjadi satu kekuatan.
"Sayangnya  peringatan 1 Juni 2008 pernah tercoreng oleh Insiden Monas," kata Kiai Maman. 
Dia bercerita, peristiwa yang disebut oleh media insiden Monas itu, bermula dari serangan kelompok massa yang menamakan diri Aliansi Kebangsaan Untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).Mereka secara tiba tiba menyerang saat upacara peringatan lahirnya Pancasila  itu berlangsung. 
Kiai Maman mengaku, salah satu korban dari penyerangan itu adalah dirinya sendir yang saat itu ia sempat dikeroyok sejumlah orang. Sehingga dia harus mendapatkan 5 jahitan di kepala, dagu robek, serta luka dalam pada tulang rusuk sakit akibat diinjak-injak 
Kiai Maman  yang kala itu sebagai 
tokoh Islam moderat yang gemar mengkampanyekan kebebasan beragama dan pluralisme mensinyalir 
peristiwa itu sebagai bagian serangan terhadap Pancasila dan tentunya terhadap perjuangan keberagaman bangsa.
" Setelah 15 tahun insiden itu berlalu, Alhamdulillah kehidupan berbangsa di Indonesia jauh lebih baik," tutur pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Majalengka itu. 
Dirinya menilai, saat ini tidak ada lagi 
ruang-ruang pemaksaan kehendak kelompok, hegemoni mayoritas. Semua memiliki kesadaran untuk menjunjung tinggi kesetaraan hak dalam peribadatan serta keberagaman.
" Ini yang perlu terus kita lestarikan sebagai salah satu warisan perjuangan Gus Dur. Pancasila jangan lagi dibentur-benturkan dengan agama karena nasionalisme merupakan bagian dari komitmen keimanan," pungkasnya. (sir/wan)