Potret Kembang Sore, Masjid Kuno Berusia Lebih dari 200 Tahun di Magetan

Ki Ageng Nolodipo dahulunya merupakan bangsawan yang berasal Kraton Jogyakarta, kemudian menyebarkan agama Islam di sisi timur gunung Lawu.

Potret Kembang Sore, Masjid Kuno Berusia Lebih dari 200 Tahun di Magetan
Foto : Komplek Kembang Sore di Desa Pacalan Plaosan Magetan, Rabu (29/03/2023).

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Seperti inilah penampakan masjid Al Furqon atau lebih dikenal dengan nama masjid Kembang Sore yang berada di Desa Pacalan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Tempat ibadah ini didirikan sekitar tahun 1814 oleh Ki Ageng Nolodipo alias Kembang Sore salah satu tokoh siar agama Islam di bumi Mageti.

Meski terletak pada dataran tinggi masjid Kembang Sore tidak terlihat dari jalan utama Magetan - Sarangan, karena tersembunyi dianatara rimbunya pohon bambu. Banguna sengaja didirikan satu komplek dengan makam pendirinya yaitu Nolodipo.

Untuk menambah khasanah pengetahuan  sejarah tentang siar Islam, Kembang Sore yang masuk sebagai salah satu cagar budaya ini cocok untuk dijadikan wisata religi saat bulan suci Ramadan seperti sekarang ini.

Memang bagunanya sudah mengalami perubahan, tetapi jangan khawatir pada sisi dalam masih menyimpan ornamen lampau yang mengagumkan dan dapat membawa pikiran kemasa lampau karena tiang tiangnya dibuat hanya mengunakan kapak sehingga tak halus.

Setelah puas melihat lihat dalam masjid Kembang Sore kita dapat meneruskan dibelakang bangunan komplek makam keluarga Ki Ageng Nolodipo, hingga anak turunnya. Seperti bupati Magetan ke- 2 Purwodiningrat hingga bupati ke- 3 Sosrodipuro.

Diceritakan Agus Suharto, Kades Pacalan, Ki Ageng Nolodipo dahulunya merupakan bangsawan yang berasal Kraton Jogyakarta, kemudian menyebarkan agama Islam di sisi timur gunung Lawu.

"Masjid ini di bangun oleh keraton atas permintaan Purwodiningrat untuk menghargai guru sepiritualnya. Dahulu tempat menuntut ilmu atau pondoknya tidak berada di sini tetapi agak keselatan," katanya kepada nusadaily.com, Rabu (29/03/2023).

Sedangkan nama Ki Ageng Kembang Sore sendiri, lanjutnya, berasal dari sebuah bunga yang banyak tumbuh disekitar masjid yang mekar setiap sore. Kemudian pembangunan masjid ini juga tidak memerlukan waktu yang lama. 

"Ibarat kembang sore di buat pagi sorenya jadi. Uniknya empat tiangnya hanya di buat dengan sebilah kapak hanya dengan waktu sesore. Tiang ini masih di pertahankan hingga sekarang," jelasnya.

Selain tiang kata Agus, ada mimbar yang terbuat dari kayu jati berukir khas kerajaan mataram. Kemudian ada bedug berusia ratusan tahun dan beberapa kitab kitab kuno masih terawat baik.

"Kemudian setiap Jumat legi masjid ini ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah yang sekaligus berziarah ke makam Nolodipo, Purwodiningrat hingga Sosrodipuro. Bupati Magetan ke-2 dan ke-3," imbuhnya.

Namun untuk tahu lebih jauh tentang masjid Kembang Sore dan Ki Ageng Nolodipo, baiknya datang sendiri ke Desa Pacalan pada Kecamatan Plaosan. Mendengar langsung ceritanya secara lengkap dari para sesepuh yang mengetahui cerita detailnya.

"Datang saja kesini, kami akan menceritakan sejarah masjid hingga siapa Nolodipo sambil menunggu waktu berbuka puasa," pungkasmya. (*/nto).