Perusahaan Uni Eropa Rugi Ribuan Triliun Imbas Perang Ukraina-Rusia

Kerugian terbesar dialami oleh perusahaan Eropa yang ada di sektor energi. Tiga diantaranya BP, Shell dan TotalEnergies mengakumulasi kerugian hingga 40,6 miliar euro Eropa atau Rp676.93 triliun. Kerugian terbesar kedua berasal dari sektor industri kimia dan otomotif.

Aug 9, 2023 - 16:47
Perusahaan Uni Eropa Rugi Ribuan Triliun Imbas Perang Ukraina-Rusia

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Perusahaan-perusahaan besar Uni Eropa rugi hingga ribuan triliun akibat bermusuhan dengan Rusia. Tiga di antaranya BP, Shell dan TotalEnergies.

Berdasarkan laporan Financial Times yang dikutip businessinsider, Rabu (9/8), total kerugian yang dialami perusahaan Eropa mencapai 100 miliar euro atau setara Rp1.667,33 triliun (asumsi kurs Rp16.673 per euro).

Survei yang dilakukan FT terhadap 600 laporan keuangan perusahaan, menunjukkan bahwa 176 di antaranya mengalami kerugian akibat penurunan penjualan, penutupan usaha hingga pengurangan bisnis di Rusia.

Sejak Februari 2022 lalu, berbagai perusahaan telah menarik operasi unit bisnis mereka di Rusia secara massal sebagai tanggapan atas serangan yang dilakukan Moskow ke Ukraina.

Kerugian terbesar dialami oleh perusahaan Eropa yang ada di sektor energi. Tiga diantaranya BP, Shell dan TotalEnergies mengakumulasi kerugian hingga 40,6 miliar euro Eropa atau Rp676.93 triliun. Kerugian terbesar kedua berasal dari sektor industri kimia dan otomotif.

Namun, kerugian ini masih bisa bertambah. Pasalnya belum semua perusahaan Eropa meninggalkan Rusia. Menurut studi yang dilakukan Yale, setengah dari 1.000 perusahaan yang berjanji untuk meninggalkan Moskow masih belum juga hengkang.

Kendati, studi menyebutkan meski perusahaan tersebut memilih untuk tetap tinggal di Moskow, bukan berarti mereka akan untung. Justru akan menambah kerugian. Artinya, pergi dan tetap tinggal di Rusia memberikan dampak negatif.

"Bahkan jika sebuah perusahaan kehilangan banyak uang (rugi) saat meninggalkan Rusia, mereka yang tetap tinggal menghadapi risiko kerugian yang jauh lebih besar," kata Nabi Abdullaev, partner di konsultan strategis Control Risks.

Serangan Rusia pertama kali ke Ukraina dilakukan pada awal tahun lalu memang mendapat kecaman dari berbagai negara. Sehingga banyak yang memilih untuk 'bermusuhan' dengan Moskow, termasuk AS dan negara-negara Eropa lainnya.(sir)