Penanggulangan Sampah, Harus Ada Upaya Komprehensif dari Hulu ke Hilir

Jun 9, 2023 - 01:20
Penanggulangan Sampah, Harus Ada Upaya Komprehensif dari Hulu ke Hilir
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati saat hadir. diworkshop Pengelolaan Sampah dalam rangka Pengendalian Perubahan Iklim, Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Rakyat di Bandung, Rabu (7/6/2023) kemarin. Foto : KLHK for Nusadaily.com.

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perlunya dilakukan upaya komprehensif dari hulu ke hilir untuk mengatasi masalah sampah. Menurutnya salah satunya adalah dengan pengembangan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dan pelibatan peran aktif seluruh lapisan masyarakat

 

Ia menilai, , pengelolaan sampah secara konvensial dengan hanya menitikberatkan pada pemrosesan akhir melalui fasilitasi landfill sudah sepatutnya ditinggalkan. Berdasarkan data KLHK Tahun 2022, sebanyak kurang lebih 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan ditimbun di landfill.

 

" Beban tempat pemrosesan akhir yang berat, membuat pengelolaan sampah menjadi tidak optimal dan berpotensi untuk menimbulkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran lingkungan, longsor sampah, dan juga perubahan iklim dikarenakan emisi gas metana dari timbunan sampah di landfill," jelasnya saat hadir di

workshop Pengelolaan Sampah dalam rangka Pengendalian Perubahan Iklim, Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Ekonomi Rakyat di Bandung, Rabu (7/6/2023) kemarin.

 

Optimalisasi fasilitas pengelolaan sampah seperti instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik dan pengolahan sampah menjadi RDF, SRF, dan biogas serta pengolahan sampah melalui biokonversi maggot Black Soldier Fly (BSF), kata Vivien merupakan salah satu upaya yang tengah didorong dan diharapkan dapat dipraktikkan oleh seluruh daerah di Indonesia.

 

“Penerapan berbagai opsi teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan ini diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah ke TPA dan ke depannya hanya residu yang diangkut ke TPA,” ucapnya.

 

Selain itu, Vivien menjelaskan bahwa polusi plastik merupakan ancaman nyata yang berdampak pada setiap komunitas di seluruh dunia. Seperti diproyeksikan oleh UNEP bahwa pada tahun 2040 akan terdapat 29 juta ton plastik masuk ke ekosistem perairan.

 

Dikatakannya, plastik yang berakhir di lautan sebagian besar dihasilkan dari sumber polusi darat yang membutuhkan penanganan dengan kerangka hukum dan kelembagaan dalam proses pengelolaan sampah yang komprehensif. Implementasi yang efektif di tingkat nasional dan daerah sangat diperlukan. Termasuk pengawasan dalam siklus hidup produk plastik, daripada mengatur pendekatan pencegahan terhadap polusi limbah plastik dari daratan.

 

“Pengaturan tersebut mencakup langkah-langkah yang lebih spesifik dalam rangka menangani masalah produksi, transportasi, konsumsi, perdagangan, dan perlakuan akhir masa pakai plastik dan sifat aditifnya," ujarn Vivien.

 

Vivien juga mengajak semua pihak terus menggalakkan berbagai langkah, untuk mendorong kehidupan di  lingkungan sehat. Sebagai bagian dari perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2023, pentingnya dilakukan pembersihan plastik di pantai-pantai, kawasan konservasi, bantaran sungai, tempat-tempat umum sehingga dapat memperkuat budaya kehidupan berkelanjutan.

 

“Karena, sebagai negara dengan kearifan lokal yang tinggi, mari kita hidupkan kembali dan tanamkan pengetahuan dan pendekatan modern inovatif menuju negara yang lebih bersih, hijau dan bebas plastik," pungkasnya.

 

Di acara tersebut juga dilakukan  penandatanganan MOU  pengelolaan sampah di TPST Sadang Serang Kota Bandung antara UPTD Pengelolaan Sampah Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung dengan Pusat Koperasi Kartika Siliwangi. Workshop ini turut dihadiri  Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat dan Panglima Kodam III/Siliwangi.(sir/wan)