Musim Kemarau Telah Terjadi di Separo Wilayah Indonesia

Musim kemarau telah terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa 56 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Jul 3, 2023 - 14:39
Musim Kemarau Telah Terjadi di Separo Wilayah Indonesia

NUSADAILY.COM – JAKATA – Musim kemarau telah terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa 56 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sebagimana dilansir dari medcom.id, wilayah itu meliputi sebagian besar Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Riau, Bengkulu bagian selatan, Sumatra Selatan bagian selatan, Kepulauan Bangka Belitung bagian selatan, sebagian Lampung. 
 
Selain itu Banten, DKI Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan, sebagian Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, sebagian Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.
 
"Secara umum puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada periode Juli sampai Agustus dengan wilayah zona musim paling banyak terjadi pada bulan Agustus," kata Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, Minggu, 2 Juli 2023.

 

Ia menyatakan, BMKG memprediksi fenomena El Nino masih terjadi pada semester II tahun 2023 dengan kategori lemah hingga cenderung moderat. 
  
Untuk itu, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi kepada berbagai pihak. Di antaranya memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan. 
 
"Selain itu diharapkan melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif," beber dia. 
 
Selain itu, masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut. 
 
Selain itu diharapkan menggencarkan sosialisasi, edukasi dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan dan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi.(*)