Meramal Nasib Ketum Golkar Ibarat Meniru Suara Tokek, Munaslub Enggak, Munaslub Enggak

Bertalian dengan itu, pengamat politik Universitas Paramadina Khoirul Umam menilai kelanjutan kasus hukum yang saat ini menyeret Airlangga bergantung pada sikap Golkar untuk Pilpres 2024. Ia menyebut ada 'tangan gaib' yang memainkan instrumen penegak hukum.

Jul 28, 2023 - 21:12
Meramal Nasib Ketum Golkar Ibarat Meniru Suara Tokek, Munaslub Enggak, Munaslub Enggak

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Mencuatnya isu munaslub tak terlepas dari sikap Airlangga yang tak kunjung menentukan arah Golkar hingga jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Tak ayal, internal Partai Golkar memanas.

Isu musyawarah nasional luar biasa (munaslub) Golkar untuk mengganti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berembus kencang beberapa waktu terakhir.

Ce;lakanya, pada saat yang sama, Kejaksaan Agung memanggil Airlangga untuk diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi penerbitan izin ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada 17 Juli lalu.

Apalagi, kondisi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PAN, dan PPP tidak jelas lagi.

Sebab, PPP belakangan menyatakan dukungan kepada Ganjar Pranowo yang merupakan calon presiden dari PDIP.

PAN punya kecenderungan mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Mereka juga telah menyodorkan nama Menteri BUMN Erick Thohir untuk jadi cawapres.

Sementara itu, Golkar hingga kini belum menentukan arah. Di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar sempat bermanuver mendekati Ganjar, tetapi juga tampak mendekat dengan Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan.

Sejumlah elite Golkar hadir dalam acara Apel Siaga NasDem yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pertengahan Juli lalu.

Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (UNPAD) Dadang Rahmat Hidayat menilai dengan kondisi KIB saat ini, koalisi tersebut secara implisit sudah bubar.

Dia pun mengatakan Golkar tak bisa bertahan sendirian dan harus segera menentukan arah koalisi karena pemilu tinggal sebentar lagi.

Selain itu, Dadang menyebut Golkar tak mungkin menggaet partai lain untuk ikut mengusung Airlangga jadi calon presiden.

Menurut dia, Airlangga harus realistis. Elektabilitas Airlangga sebagai calon presiden atau calon wakil presiden yang terekam dalam berbagai hasil survei rendah.

"Kenapa KIB terbentuk kan harapannya presiden itu Airlangga," kata Dadang kepada, Rabu (26/7) malam.

Dia pun berpendapat Golkar kemungkinan besar bisa ikut merapat ke koalisi yang diikuti PAN atau PPP.

Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai wacana munaslub memperlihatkan wajah internal Golkar yang saat ini terpecah.

Ia menyebut ada kelompok atau faksi yang mempunyai pilihan berbeda terkait dukungan capres dengan Airlangga.

Menurut Asrinaldi, kehadiran sejumlah elite Golkar, di antaranya Ketua DPP Christina Aryani, Rizal Mallarangeng, dan Supriansa di acara NasDem membuat isu munaslub makin kencang.

Menurut dia, banyak faksi di Golkar yang tak setuju dengan pilihan Airlangga.

"Waktu 2014 arah dukungan juga terpecah, 2019 juga gitu walaupun solid ke Pak Jokowi juga ada reaksi reaksi," kata Asrinaldi mengutip CNNIndonesia.com.

"Apa yang bisa kita gambarkan? Bahwa di tubuh Golkar itu juga banyak faksi, dan tiap faksi itu punya pendukung. Munaslub itu kan menggambarkan apa yang dilakukan Airlangga tentang dukungan itu membuat beberapa faksi gerah," imbuhnya.

Asrinaldi berpendapat tarik menarik kepentingan ketua umum dan semua faksi ini cukup rumit. Pasalnya, dia menilai hampir semua faksi di Golkar juga memiliki nilai tawar yang kuat.

Menurut dia, posisi Airlangga saat ini sulit. Jika Airlangga ingin aman di posisinya, maka harus mengikuti keinginan banyak faksi.

"Beberapa partai dominan ketua umumnya. Di Golkar sendiri saya lihat setelah reformasi semua faksi punya peranan. Selama faksi-faksi tersebut bisa diakomodir ketum saya pikir aman-aman saja," tuturnya.

Pengamat Politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo juga berpandangan wacana munaslub Golkar menunjukkan adanya faksi yang realistis jika Airlangga tak bisa menjadi capres.

Karyono meyakini hingga saat ini Airlangga masih mencoba bertahan untuk memegang kendali Golkar.

Airlangga masih terlihat menampakkan ambisinya untuk menjadi capres atau minimal cawapres, meskipun peluangnya semakin kecil.

"Wacana munaslub yang mengemuka saat ini menunjukkan ada kelompok di internal Golkar yang berseberangan dengan Airlangga. Wacana munaslub bisa jadi ada korelasinya dengan kepentingan pilpres 2024," kata dia.

Karyono pun menilai munaslub boleh jadi sebagai upaya untuk menekan Airlangga agar mengendurkan nafsu politiknya.

Di lain sisi, banyaknya 'goyangan' di tubuh partai Golkar dinilai digunakan pihak eksternal untuk menggaet partai tersebut masuk ke dalam koalisi tertentu.

Sebagai partai besar yang berdiri sejak lama, Golkar dinilai masih signifikan untuk menyukseskan Pilpres 2024. Menurut Karyono, arah koalisi Golkar pun ditunggu-tunggu.

"Partai beringin ini masih menjadi partai terbesar nomor dua dalam pemilu 2019 lalu. Oleh karena itu, Partai Golkar sangat penting untuk diperhitungkan," kata Karyono.

Bertalian dengan itu, pengamat politik Universitas Paramadina Khoirul Umam menilai kelanjutan kasus hukum yang saat ini menyeret Airlangga bergantung pada sikap Golkar untuk Pilpres 2024. Ia menyebut ada 'tangan gaib' yang memainkan instrumen penegak hukum.

"Lanjut atau tidaknya kasus hukum yang diduga melibatkan Airlangga, konon akan bergantung pada seberapa nurut Airlangga pada instruksi 'tangan-tangan gaib' (the invisible hand) yang memainkan instrumen penegak hukum untuk baku atur kekuasaan tersebut," ucapnya.

Kericuhan di acara GMPG

Kemarin, kericuhan terjadi di acara Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) yang berlangsung di Restoran Pulau Dua. Kericuhan terjadi sekitar pukul 14.10 WIB, jelang gelaran agenda bertajuk 'Selamatkan Partai Golkar: Menuju Kemenangan Pileg 2024'.

Ada sekelompok massa yang tiba-tiba datang dan meminta agar agenda diskusi tersebut segera dihentikan. Mereka mengaku sebagai kader Golkar.

Kemudian, terjadi keributan antara kelompok tersebut dengan massa GMPG. Kericuhan pun berimbas ke sejumlah jurnalis yang meliput acara di lokasi.

Diwawancara terpisah pada Rabu sore setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Airlangga mengaku belum tahu soal keributan itu. Ia juga tak mau berkomentar.(han)