Menelisik Riwayat Situs Gunung Padang, Mentereng Era SBY Terlantar di Masa Jokowi

Berdasarkan pemberitaan, Situs Gunung Padang ini pernah diklaim berusia 10 ribu tahun dan semasa dengan situs Göbekli Tepe di Turki.

Sep 30, 2023 - 18:24
Menelisik Riwayat Situs Gunung Padang, Mentereng Era SBY Terlantar di Masa Jokowi

NUSADAILY.COM – CIANJUR – Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat sempat digadang-gadang sebagai situs tertua di dunia.

Sayangnya, penelitian pada situs arkeologi ini diduga terabaikan pihak pemerintah saat ini.

Proyek arkeologi berskala besar tersebut terangkat kembali usai temuan Piramid atau Piramida Toba, Sumatra Utara.

Tim penelitinya dipimpin oleh orang yang sama, yakni Pakar Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja.

Danny menduga Piramid Toba memiliki beberapa kemiripan dengan Gunung Padang meski ada beberapa perbedaan struktur.

"Saya ingin tahu struktur di luarnya lebih detail lagi, kita juga ingin tahu apakah ada struktur lagi di dalamnya, seperti Gunung Padang," ucapnya.

Kemiripan keduanya ada pada penyusunan batu dan teras. Sementara, perbedaannya adalah Piramid Toba mayoritas masih utuh dan jenis batuannya.

"Kalau Gunung Padang kan hanya di puncaknya saja yang masih utuh ya, kalau ini dari atas sampai ke bawah masih utuh. Jenis batunya lain. Kalau yang gunung padang itukan jenis yang batu panjang. Kalau ini batunya membulat bahkan lebih gede," jelas Danny.

Pernah raih karpet merah

Berdasarkan pemberitaan, Situs Gunung Padang ini pernah diklaim berusia 10 ribu tahun dan semasa dengan situs Göbekli Tepe di Turki.

Situs yang diprakirakan pertama kali dibangun pada 8.000 Sebelum Masehi ini juga diduga memiliki struktur ruangan di dalamnya.

Jika benar, usianya lebih tua dari Piramida di Mesir yang dibangun sekitar 2.500 SM, peninggalan kota tua Mahenjo Daro dan Harrapa di India yang berusia 3.000 tahun, dan budaya Mesopotamia yang berada di era yang sama.

Pada 2018, Danny menyebut situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era.

Pasalnya, struktur tersebut tampak dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga 1.000 SM.

Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah, sedangkan lapisan termuda berusia 3.000 tahun.

Penelitian situs Gunung Padang sempat mendapat dukungan besar di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Staf Khusus Presiden Andi Arief pun menjadi bagian tim ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh ikut mendukungnya.

Sejumlah prajurit TNI dikerahkan ke lokasi untuk ikut menggali situs dengan menggunakan cangkul hingga bor.  Helipad dibangun untuk menyambut kedatangan SBY, Februari 2014.

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu kemudian menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pelindungan, Penelitian, Pemanfaatan, dan Pengelolaan Situs Gunung Padang.

Meski demikian, penelitian pada situs ini tak berlanjut saat rezim berganti.

"Nasibnya agak terkatung-katung, kurang diperhatikan. Padahal merupakan warisan Indonesia yang besar. Bukan hanya untuk ilmu pengetahuan, tapi bisa jadi ikon pariwisata yang tidak kalah dengan Piramida Giza," keluh Danny.

"Padahal setahu saya sudah ada Perpres, Permen dari Kemendikbud di tahun 2014 untuk meneruskan penelitian dan pemugaran," lanjutnya.

Lutfi Yondri, peneliti utama prasejarah dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bandung, Jawa Barat, menyebut tidak mungkin ada bangunan piramida di Indonesia.

"Tidak mungkin ada tradisi piramida, ada ruang dalam tanah. semua tradisi budaya kita dilakukan di luar. upacara tidak dilakukan di dalam tetapi di luar, seperti yang ada di candi Borobudur," katanya pada 2014.

Lutfi juga mengkritik penggalian dengan cangkul dan bor yang menyalahi peraturan ekskavasi arkeologi.

Semestinya, kata dia, setiap kegiatan arkeologi harus dicatat sedetail mungkin dan setiap lapisan tanah direkam secara spesifik.

Kegiatan ekskavasi terutama untuk mencari benda dalam tanah tidak bisa dilakukan secara acak dan dalam waktu instan.

Dia mencontohkan ekskavasi Candi Borobudur yang memakan waktu hingga 10 tahun lamanya.

Senada, arkeolog dari Balai Arkeologi Nasional Bagyo Prasetyo menyebut situs tersebut sekadar "undak tanah diperkuat dengan bongkahan batu."

Menurutnya, piramida merupakan bangunan dari batu yang berbentuk limas, sementara Situs Gunung Pandang hanyalah undak tanah.

Penelitian Masih Fase Awal

"Janganlah disamakan dengan piramida, itu berbeda," kata cetusnya.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad Nina Herlina Lubis menilai situs tersebut adalah punden berundak, tempat ritual manusia prasejarah di Jawa Barat.

Tentang hipotesis yang dilakukan Tim Terpadu Penelitian Mandiri, Nina, dikutip dari situs resmi Unpad, meragukan itu.

Pasalnya, kata dia, hipotesis tersebut berasal dari analisis yang tidak ilmiah, yaitu diyakini melalui wangsit yang diterima oleh anggota dari organisasi 'Turangga Seta', sebuah organisasi yang menginisiasi penelitian di Gunung Padang.

Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Unpad Adjat Sudrajat menyebut siapa pun bisa menyimpulkan bahwa situs itu bukan piramida.

"Anda bisa lakukan penelitian sendiri di Gunung Padang dan lihat struktur dan jenis batuannya. Anda dapat mengambil simpulan," sindirnya.(han)