Keistimewahan dan Indahnya Ramadan

Kenaikan harga makanan pokok menjelang Ramadan, Natal, dan tahun baru merupakan peristiwa yang sudah biasa di Indonesia. Masa Ramadan tahun ini (2023) melewati waktu natal dan tahun baru.

Apr 4, 2023 - 20:31
Keistimewahan dan Indahnya Ramadan

Oleh: Dra. Lis Setiawati, M.Pd

 

Kenaikan harga makanan pokok menjelang Ramadan, Natal, dan tahun baru merupakan peristiwa yang sudah biasa di Indonesia. Masa Ramadan tahun ini (2023) melewati waktu natal dan tahun baru. Beberapa harga kebutuhan pokok yang beranjak naik di awal tahun baru seperti minyak goreng, beras, dan cabai yang kenaikannya cukup tinggi. Pemerintah berjanji akan menormalkan harga minyak goreng dan capai, nyatanya sampai bulan Ramadan harga beras di pasar justru semakin menanjak.

          Saya menangkap keanehan dari kenaikan harga-harga yang selalu terjadi pada setiap Ramadan. Berbagai media heboh memberitakan kenaikan harga-harga tersebut, pemerintahpun heboh dengan pernyataan akan menetralisir harga-harga tersebut. Coba perhatikan dan amati perilaku masyarakat, ada baiknya dicatat. Hasil catatan saya; ketika kenaikan harga terjadi diluar Ramadan, masyarakat heboh mencari barang dengan harga di bawah, ikut antre beras atau minyak goreng murah. Namun, ketika harga-harga naik saat bulan Ramadan, tidak ada masyarakat yang gaduh, situasi tenang-tenang saja. Saya tersenyum “Indahnya Ramadan”

          Dari beberapa sumber ditemukan data menarik tentang aktivitas belanja pada bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lain.

1.    Sejumlah 75% dari 1505 masyarakat (responden) menyiapkan anggaran belanja lebih besar; 18% masyarakat menyiapkan anggaran lebih kecil, dibanding bulan-bulan lain, dan 7% masyarakat menyiapkan anggaran sama dengan bulan-bulan lain.

2.    Sejumlah 69% dari 540 masyarakat (responden) berbelanja lebih banyak; 24% masyarakat  berbelanja lebih sedikit dibandingkan bulan-bulan lain; dan 3% masyarakat berbelanja seperti bulan-bulan lain (https://blog.jakpat.net/ramadhan).

          Data di atas menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan pokok pada bulan Ramadan tidak memengaruhi daya beli sebagian besar masyarakat (muslim). Namun terdapat dua pandangan berbeda dalam menafsirkan data tersebut yakni: (1) pandangan dari segi fisik, dan (2) pandangan dari segi psikis.

1.    Pandangan dari segi fisik menyatakan bahwa puasa merupakan kegiatan menahan diri dari nafsu fisik dan psikis. Berfokus pada fisik, asupan makanan dan minuman bagi orang yang berpuasa sejatinya akan berkurang karena kesempatan untuk makan dan minum pada bulan Ramadan/puasa berkurang. Dengan demikian, jika terjadi sebaliknya menunjukkan ada sesuatu yang salah atau tidak baik dalam pengimplemtasian ibadah puasa.

2.    Pandangan dari segi psikis berkaitan dengan iman yakni kegiatan melaksanakan hukum ibadah puasa dan hukum ibadah lain. Misal, tentang hukum atau ganjaran bagi orang-orang yang bersedekah pada bulan Ramadan dan tentang rezeki dari Allah .

          Orang-orang yang mempelajari/memiliki ilmu pengetahuan agama (Islam) dan yakin akan kebenaran firman-firman Allah SWT dan hadis Rasulullah SAW, tidak memiliki kekhawatiran tentang kenaikan harga bahan-bahan pokok. Sebagai contoh ayat dan hadis yang diyakini oleh orang-orang beriman berikut ini.

 

-   Barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan (Ramadan), nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan.” (HR. Bukhori-Muslim).

 

-   “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut (yang berpuasa) tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807)

 

-   “Katakanlah, sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya; dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS 34: 39)

 

-   “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS ath-Thalaq: 2-3).

 

Di salah satu pidato Rasulullah menjelang Ramadan disebutkan: “Ramadan merupakan bulan kesabaran. Sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan juga adalah bulan pertolongan. Pada bulan itu, rezeki orang-orang mukmin akan ditambah oleh Allah.”

Ayat dan hadis di atas memotivasi orang-orang beriman untuk bersedekah lebih banyak di bulan Ramadan. Selain itu sedekah menjadi satu bukti adanya iman dalam diri seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah tentang keimanan seseorang “Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim)

Kembali pada data bahwa 75% muslimin membelajakan uangnya lebih banyak pada bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lain bisa dipilah menjadi dua. Pertama, sebagian besar atau sebagian kecil masyarakat muslim di Indonesia belum memahami makna puasa sepenuhnya yaitu menahan hawa nafsu dari makan dan minum, juga menahan nafsu dari berbagai perasaan atau pikiran yang tidak baik. Kedua, masyarakat muslim yang beriman di Indonesia sangat memahami keistimewahan bulan Ramdan sehingga berusaha memanfaatkannya untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Satu di antaranya bersedekah, memberi makan orang lain yang berpuasa, menyantuni fakir miskin. Mereka juga yakin bahwa Allah sebaik-baik pemberi rezeki. Mereka tidak takut kehabisan uang atau harta mereka karena bersedekah.

Data bahwa peningkatan peredaran uang di masyarakat pada bulan Ramadan bukan terjadi satu dua kali tetapi pada setiap Ramadan di setiap tahun selalu terjadi. Belum pernah terjadi tingkat inflasi yang mengkhawatirkan disebabkan oleh Ramadan. Firman Allah dan hadis nabi menunjuk pada kebenaran. Jika para ekonom atau pengusaha sangat khawatir dengan inflasi yang akan membuat ekonomi dunia memburuk, ada baiknya menambah pengetahuan dengan mempelajari ilmu ekonomi Islam yang berlandaskan pada Firman Allah dan hadis nabi. Semoga kita semua menyadari keistimewahaan, keajaiban, dan indahnya Ramadan.

Fakta ini merupakan keistimewahan kecil dari sekian banyak keistimewahan yang terdapat di dalam bulan Ramadan. Beberapa keistimewahan Ramadan di antaranya: diturunkannya wahyu pertama melalui perantaraan Jibril, amalan malam yang setara dengan seribu bulan, dibelenggunya setan, dilipatgandakannya pahala bagi orang-orang yang beramal baik di bulan Ramadan, dan banyak lagi yang lainnya. Pengetahuan ini akan diketahui oleh setiap muslim yang belajar tentang ayat dan sunah Nabi Muhammad SAW.

Ilmu atau pengetahuan (agama) menjadi pijakan setiap muslim dalam menjalani perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya sebagai tanda orang beriman. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Melalui bertambahnya pengetahuan yang dimiliki, kaum muslimin terus berusaha meningkatkan keimanannya sehingga terwujud kedamaian di bumi sebagaimana makna kata Islam. Islam berasal dari kata “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Akhir dari ketaatan (tunduk dan patuh) kepada Allah yang Maha Esa. Maha Pencipta, dan Maha Kuasa yakni selalu berada dalam keselamatan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia dan berujung pada surga yang dijanjikan Allah. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Dra. Lis Setiawati, M.Pd. adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Terbuka. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI.