Inspiring Lecturer Program Sebagai Agen Perubahan Pendidikan

Perlu adanya konsep, prinsip, dan prosedur untuk melakukan perubahan secara lebih baik dan alamiah. Perubahan itu bisa dimulai dari diri sendiri yakni dosen yang kemudian akan didesiminasikan ke dosen program studi hingga sampai pada dosen di perguruan tinggi tersebut.

Mar 17, 2023 - 18:10
Inspiring Lecturer Program Sebagai Agen Perubahan Pendidikan
Ilustrasi

Oleh: Dr. Mu’minin, M.A.

 

Program Inspiring Lecturer Program (ILP) sebagai salah satu upaya menciptakan revolusi dalam perubahan kampus sehingga membawa perubahan yang menjadikan semua komponen dalam organisasi menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan menuju kebermanfaatan serta mempunyai nilai positif terhadap kampus. Dosen mempunyai peran strategis untuk membuat perubahan di kampus. Dosen sebagai pengajar sekaligus fasilitator dituntut memiliki alternative solusi yang tepat untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

Namun demikian, untuk melaksanakannya perlu pertimbangan yang tepat. Oleh karena itu perlu adanya konsep, prinsip, dan prosedur untuk melakukan perubahan secara lebih baik dan alamiah. Perubahan itu bisa dimulai dari diri sendiri yakni dosen yang kemudian akan didesiminasikan ke dosen program studi hingga sampai pada dosen di perguruan tinggi tersebut. Program ILP ini dimulai dari materi penguatan growth mindset dan praktik baik inovasi dosen di mekosistem pendidikan dilanjutkan dengan peran strategis kepemimpinan dalam peran dan fungsi dosen serta bagaimana dosen menjadi katalisator perubahan positif di kampus.

Kepemimpinan perubahan yang terintegrasi dengan pembelajaran akan menciptakan kondisi baru yang ideal menggantikan budaya, pola pikir, perilaku, kebiasaan yang lama menjadikan pembelajaran menjadi lebih baik. Pesatnya kemajuan kehidupan masyarakat berdampak luas terhadap dunia pendidikan. Kampus sebagai lembaga pendidikan menjadi ujung tombak pendidikan Nasional. Tindakan beralihnya suatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang diinginkan untuk meningkatkan keefektifannya (Winardi, 2005:2)

Dosen yang menginspirasi adalah dosen yang melihat lebih dari yang orang lain lihat, yang melihat lebih jauh daripada yang orang lain lihat dan yang melihat sebelum orang lain melihat." Tidak semuanya tahu dan mampu mencapai kondisi yang diinginkan. Ada yang memandang begitu muram terhadap kondisi pendidikan sekarang ini, sehingga kondisi buruk itu dibiarkan saja dan bahkan dihindari (fixed mindset). Tapi ada juga yang memandang kondisi buruk itu sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diatasi (growth mindset).

Banyak mahasiswa mengeluh karena kelas mereka tidak nyaman. Dosen terus mengawasi mereka dan belajar di kelas membuat mereka frustrasi, terpinggirkan, dan tidak menginspirasi. Dosen mengeluh ketidaksetaraan kualitas dan fasilitas antara kampus swasta dan kampus negeri  sehingga membuat mereka malas mengajar dan menjadikan alasan bagi mereka untuk mengajar dengan apa adanya. Ada juga yang melihat kondisi saat ini justru sebagai tantangan untuk berbuat lebih baik dan lebih banyak. Mereka memandangnya sebagai ladang untuk beramal baik.

Semua kondisi tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya dosen sebagai perubahan yang secara khusus dalam bidang pendidikan, bisa dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan kondisi-kondisi baru agar hubungan antara mahasiswa dan dosen berkembang (Ken Robinson, 2015: 72).

Agar kondisi baru di atas tercipta, fokus dosen sebagai agen perubahan harus mengacu pada keefektifan kinerja. Lalu bagaimanakah kita bisa menjadi dosen yang menginspirasi?

Perubahan kepribadian dan sosial (Memanusiakan/Humanizer)"Mulailah dari diri sendiri", begitu kata orang bijak. Sebelum melakukan perubahan di kampusnya, seorang dosen harus mau memulai perubahan dari diri sendiri dan sosialnya.

Perubahan pembelajaran (Katalis Budaya/Cultural Catalist) jantung perguruan tinggi  terdapat pada pembelajaran. Bila pembelajaran berhenti, berhenti pula hakikat perguruan tinggi. Pembelajaran yang dilakukan asal-asalan akan meluluskan mahasiswa  yang biasa biasa saja.

Perubahan pengembangan kampus (Pembangun Komunitas/Community Builder). Tidak hanya diri sendiri yang dikembangkan, secara kelembagaan, kampus juga harus dikembangkan. Banyak kampus yang berdiri lama, namun minim prestasi. Itulah sebabnya, harus dilakukan perubahan secara kelembagaan.

Perubahan kewirausahaan kampus (Perantara Keunggulan/Power Broker) Kewirausahaan harus dirintis dan dibelajarkan di kampus. Ini merupakan aset untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan berdaya saing. Kewirausahaan tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan dan dibiasakan. Jiwa kewirausahaan juga harus ditumbuhkan.

Karakteristik Dosen sebagai Agen  Perubahan

Tantangan dosen yang menginspirasi adalah untuk menjadi kuat, tapi tidak kasar, bersikap baik, tapi tidak lemah; berani, tapi tidak menjadi pengganggu, menjadi bijaksana, tapi tidak malas; rendah hati, tapi tidak malu-malu; bangga, tapi tidak sombong. Pada dasarnya dosen yang melakukan perubahan adalah dosen yang berupaya untuk menerjemahkan visi-strategi-budaya baru dari seorang dosen kepada setiap aksi yang dilaksanakan di kampus. sebagian besar permasalahan kepemimpinan kepala sekolah adalah kesenjangan antara visi dan aksinya. Kepala sekolah harus memiliki visi dan strategi yang jelas gambarannya.

Pertama, dosen yang menginspirasi harus mempunyai nilai yang diperjuangkan untuk menentukan dan memperjuangkan nilai. Nilai ini hasil pengetahuan, pengalaman, perenungan, baik yang berasal dari diri sendiri maupun bersama-sama orang lain. Nilai inilah yang dikreasikan menjadi nilai Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi akan diapresiasi karena mempunyai nilai lebih, nilai positif, nilai kreatif, daninovatif.

Mentalitas Seorang Dosen yang menginspirasi

Perguruan Tinggi tidak dapat lepas dari kualitas dosennya karena Perguruan Tinggi akan menjadi unggul jika kualitas dosennya juga unggul. Pandangan di bawah ini adalah modifdikasi dari tulisan Jansen yang menggambarkan sikap dan mentalitas yang perlu dimilikii oleh seorang dosen yang menginspirasi

Mentalitas mutu

Inilah ciri utama dari seorang dosen yang menginspirasi, yaitu mementingkan kualitas daripada kuantitas. Seseorang tidaklah layak menjadi seorang dosen yang menginspirasi jika dia hanya mengandalkan kuantitas saja, apakah karena telah mengajar selama puluhan tahun tanpa sembarang hasil penelitian yang berkualitas layak dihargai sebagai dosen yang menginspirasi?

Mentalitas altruistic

Inilah mentalitas kedua yang harus dipunyai oleh seorang dosen setelah dia memenuhi mentalitas mutu di atas. Mentalitas ini didorong oleh pengabdian untuk mengajarkan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki untuk orang lain. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan 'orang lain' tanpa memperhatikan diri sendiri". Dalam hal ini, karena dosen yang menginspirasi selalu berhadapan langsung dengan masyarakat ilmiah dan mahasiswa yang diajar dan dibimbingnya, maka mereka tersebut adalah 'orang lain' tersebut

Mentalitas mendidik

Mendidik tidak sama dengan mengajar. Mendidik faktor panutan memegang peranan penting. Tidaklah mendidik jika seorang dosen bercerita bahwa perbuatan mencuri adalah perbuatan yang tercela jika dia melakukan plagiat dan tidak menghargai jerih payah mahasiswanya seperti dengan mencantumkan namanya paling depan dipublikasi ilmiah, padahal semua hasil dalam publikasi ilmiah itu adalah hasil jerih payah mahasiswanya. dari ide, membuat proposal dan menulis publikasi tersebut. Profesor hanya bertugas memperbaiki Bahasa Inggrisnya saja.

Mentalitas pembelajar

Dosen hendaklah selalu meningkatkan pengetahuannya setiap saat. Mentalitas pengabdian. Mengabdi untuk bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan mentalitas profesional seorang dosen. Mentalitas kreatif. Kreativitas tidak hanya perlu dipunyai oleh dosen yang menginspirasi tetapi juga oleh semua orang. Namun, jika dosen tidak kreatif dapat dibayangkan bahwa tidak akan ada penemuan-penemuan baru yang dihasilkan olehnya.

Mentalitas etis

Masalah etika dalam dunia akademis perlu lebih diperhatikan secara serius oleh perguruan tinggi karena jika tidak diperhatikan, ini akan menyebabkan hilangnya hikmah dari sebuah perguruan tinggi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk menjadi dosen yang mengisnpirasi dibutuhkan tindakan untuk merealisasikan dan membuktikan kata-katanya dengan bertindak. Jangan hanya menjadi tukang kritik.

Dosen yang menginspirasi juga harus mampu menerapkan persepsi, penilaian, dan tindakan karena tidak semua orang mampu bertindak cepat dan tepat. Perlu pengetahuan, pengalaman dan juga keberanian untuk itu. Yang banyak adalah orang yang bertindak lambat. Lambat mengambil keputusan, sehingga masalah lain timbul karena lamanya keputusan itu diambil. Kalaupun cepat, sering kali tidak tepat.

Prinsip-prinsip universal, nalar dan pengetahuan sangat diperlukan. Dosen yang menginspirasi perlu menerapkan prinsip-prinsip universal, seperti etika, kelaziman dengan menggunakan nalar yang baik dan didukung oleh pengetahuan yang cukup. Dosen yang yang menginspirasi  tidak cukup hanya menjadi orang bijaksana tanpa memiliki pengetahuan yang cukup. Berdasarkan hal-hal di atas, maka mengarahkan pendidikan untuk menghasilkan orang-orang yang menginspirasi demi mengubah pendidikan yang lebih baik sangat lah diperlukan. (***)

Dr. Mu’minin, M.A. dosen tetap di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister STKIP PGRI Jombang dan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh  Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 PISHI