Begini Sikap Pimpinan Pusat Muhammadiyah Soal Demo Mahasiswa UMMAD

Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta akhirnya angkat bicara.

Begini Sikap Pimpinan Pusat Muhammadiyah Soal Demo Mahasiswa UMMAD
Foto: Unjuk rasa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Madiun di depan kampusnya di Jalan Mayjend Panjaitan, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Selasa pada (21/03/2023).

NUSADAILY.COM - KOTA MADIUN - Soal puluhan mahasiswa Uninersitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) demo di depan kampusnya sendiri, jalan Mayjend Panjaitan, Kota Madiun, Selasa (21/3/2023) lalu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Yogyakarta akhirnya angkat bicara.

Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang), PP Muhammadiyah dalam siaran persnya menyesalkan adanya aksi mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tersebut.

Ketua PP Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan Rais mengatakan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah memang telah menunjuk Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai universitas pembina UMMAD. Termasuk menunjuk Rektor UMS, Prof Dr Sofyan Anif sebagai pimpinan sementara UMMAD.

“Saya lihat yang sudah dilakukan selama ini memperbaiki sarana prasarana, sistem organisasi dan pembelajaran sudah berubah," kata Dahlan Rais dalam siaran pers dikutip nusadaily.com, Minggu (26/03/2023).

Sekali lagi, lanjut dia, kebijakan ini merupakan tugas pembenahan, memastikan jalannya organisasi dengan baik. Menurutnya, pembangunan fisik sudah banyak berubah. 

"PP Muhammadiyah memberikan tugas ke UMS tidak sekali ini saja, tetapi sudah dua kali untuk melakukan pembinaan kepada Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah yang butuh pembinaan," jelasnya.

Dijelaskan Dahlan Rais, dalam catatan PP Muhammadiyah, Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) terbagi dalam tiga kategori. Yaitu perguruan tinggi yang pesat dalam berkembang, kemudian perguruan tinggi yang lambat dalam berkembang dan ketiga perguruan tinggi yang cenderung stagnan atau redup.

“Ada sebanyak 173 PTMA, kategorinya beda-beda. UMMAD ini masuk dalam kategori stagnan atau redup. Maka butuh pembinaan agar cepat dilakukan perbaikan sehingga bisa lekas berkembang dengan baik ya,” tegasnya.

Dosen Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UMMAD Wariyatun, S.Sos., MAAPD, mengklaim, perubahan yang signifikan terlihat dari segi infrastruktur maupun suprastruktur. Ia mencatat beberapa poin perubahan yang terjadi setelah manajemen baru.

"Dari aspek SDM, juga mengalami perubahan, yang kini terdapat tes dan rekrutmen yang jelas dan sistematis, serta penempatan dosen disesuaikan dengan bidang ilmunya dan jumlah dosen disesuaikan dengan rasio mahasiswa," terangnya.

Selain itu, kata dia, dari segi akademik terdapat sistem Siakad yang akan membantu mahasiswa dalam melangsungkan aktivitas akademik. 

"Segi penelitian dan pengabdian masyarakat kini sudah terdapat kejelasan sistem dengan dibentuknya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan dibentuknya sistem BIMA, yang memungkinkan dosen dapat dengan mudah mengunggah proposal penelitian," pungkasnya. (*/nto).