Aktivis: Pasar Sayur Magetan Lebih Penting Dari Eco Bamboo Pak Bupati
"Jika pemerintah serius ingin memperbaiki pasar sayur secara fisik beserta pengelolaanya tidaklah terlalu sulit. Pemerintah punya duit punya fasilitas diberikan undang undang untuk melaksanaanya," kata Rudi Setiawan.
NUSADAILY.COM - MAGETAN - Usai kritisi lokasi wisata telaga Wahyu mangkrak beberapa hari lalu. Gabungan aktivis dan tokoh masyarakat di Kabupaten Magetan kembali mengkritisi kondisi pasar sayur Magetan yang diabaikan.
Mereka mencatat, meski tiga kali ganti bupati tempat rakyat mencari nafkah mencari nafkah terabaikan tidak ada kemajuan. Sementara itu pemerintah sibuk membangun tempat lain yang tidak bersentuhan dengan masyarakat.
"Betul, sudah tiga kali pergantian bupati pasar sayur tetap begini begini saja. Semestinya rentan 15 tahun ada pembangunan pada pusat ekonomi ini. Sehingga para pelaku usaha merasa nyaman dan semakin ramai, jadi jujugan pembeli," kata Sofandi tokoh masyarakat yang sekaligus mantan anggota DPRD Magetan itu, Sabtu (15/07/2023).
Menurutnya, Magetan tak lepas dari hasil pertanian berupa sayur mayur. Bahkan menjadi salah satu pusat penyangga sayuran di Jawa Timur tetapi sarana dan prasarananya terutama pasar minim dan usang.
"Catatan kami, pembangunan di Kabupaten Magetan selama ini tidak terfokus. Jika pemerintah fokus tentunya dengan APBD yang terbatas akan cukup. Semisal tahun pertama fokuskan dulu pada infrastruktur dulu baru tahun kedua fokus pada wisata, tahun ketiga pada pembangunan pasar pasar dan tahun ke empat seterusnya," jelasnya.
Ini tidak, lanjutnya, pembangunan kecil kecil dan banyak sehingga anggaran tidak terfokus. Medel pembangunan begini duit APBD sebesar apa pun tidak akan cukup.
"Fokuskan jalan dulu misal, jalan beres baru fokuskan infrastruktur pariwisata dan seterusnya. Maka akan kelihatan pembanguan itu. Bukankah APBD itu dari rakyat untuk rakyat, pegunaanya ya untuk kepentingan rakyat untuk kesejahteraan rakyat. Pembangunan pasar sayur semestinya jadi prioritas," pungkasnya.
Sementara itu Rudi Setiawan, aktivis Swastika turut menambahkan, jika pemerintah serius ingin meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pasar bisa menjadi tolok ukur.
"Disperindag semestinya dapat jujur, terus terang program program kedepan dan jujur juga terhadap capaianya. Jika sebaliknya bagaimana membuat program tepat jika dari laporannya saja tidak jujur," jelas Rudi.
Dengan penyampaian program yang jujur dan transparan maka masyarakat akan tahu dan turut mengambil peran serta dan mendukung. Selama ini website Disperindag sulit di akses, bila pun ada hanya berisi profile. Tidak ditemukan isi, program maupun capaiannya.
"Entah ini ada unsur kesengajaan atau minimnya SDM. Ini jelas melanggar undang undang informasi publik nomer 14 tahun 2008. Hak rakyat untuk tahu itu pemerintah wajib menyampaikan dengan sejelas jelasnya. Informasi itu harus diterima oleh masyarakat," paparnya.
Menurut Rudi, informasi itu adalah fakta dan data yang dikelola menjadi ilmu pengetahuan dan menjadi jelas bagi penerimanya.
"Jika memang fisik pasar sulit dibangun minimal bangun kesehatan para pedagangnya. Bagaimana bicara kebangkitan ekonomi bila para pelakunya tidak sehat, dalam hal ini permodalan. Banyak pelaku usaha pasar terjerat rentenir dalam permodalan. Pemerintah hadirlah dalam permodalannya," imbuhnya.
Jika pemerintah serius ingin memperbaiki pasar sayur secara fisik dan pengelolaanya tidaklah terlalu sulit. Pemerintah punya duit punya fasilitas diberikan undang undang untuk melaksanaanya.
"Kemudian sudah kunker, study banding sana sini bilang membangun pasar sulit karena membutuhkan biaya besar percuma memberikan gaji pada mereka. Coba lihat daerah lain bisa bangun pasar megah bisa kenapa kita tidak. Kenapa kok malah membuat hutan bambu sampai Rp50 miliar. Oke ngak papa, untuk masa depan, tetapi jangan lupa kita butuh makan saat ini. Jadi jangan begitulah pak, kita harus adil kepada rakyat," tegasnya lagi.
Terakhir, para aktivis meminta pemerintah adil dan peka terhadap perasaan rakyat saat ini. Selain perbaikan infrastruktur juga diminta untuk mengelola management pasar secara profesional, perkuat modal pedagang dan berantas benalu bekedok koperasi terhadap pedagang.
Setalah dari pasar sayur, rencananya mereka akan kembali mengelar mimbar catatan Magetan di gedung promosi yang sejak dibangun hingga kini belum juga dimanfaatkan seperti semestinya, seperti tujuan awal. (*/nto).