Tiga Pekan Tidak Turun Hujan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Magetan Terancam Puso

Dec 19, 2023 - 09:56
Tiga Pekan Tidak Turun Hujan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Magetan Terancam Puso
Ratusan hektar tanaman padi usia satu bulan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terancamati. Selasa (17/12/2023).

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Sudah 17 hari ini hujan tidak turun di sebagian wilayah pada Kabupaten Magetan Jawa Timur. Akinatnya tanaman padi usia satu bulanan milik petani mulai layu dan mengering. Seperti di desa Tamanarum Kecamatan Parang ini, tanaman padi milik Suwandi mulai layu akibat tidak mendapatkan air. 

Menurut Suwandi salah satu petani di desa Tamanarum Kecamatan Parang hujan sulit pada wilayahnya. Sudah 17 hari tidak turun sama sekali, terpaksa mengais sisa sisa air di sungai namun tidak mencukupinya untuk lahanannya.

"Hitungan saya sudah 17 hari ini hujan tidak turun sama sekali. Padi saya usia satu bulan ya kaya gini layu dan terancam mati jika tidak segera turun hujan," kata Suwandi kepada media ini, Selasa (17/12//2023).

Tidak ada sumber air lain ditempatnya, terpaksa ia pun mengais sisa sisa air di sungai bawahnya. Itu pun tidak mencukupi megairi sawahnya. 

"Paling dapat satu petak pematang habis dipompa. Sedangan sumber air lain tidak ada ya di sini," ungkapnya pasrah.

Sementara itu bagi petani yang ada sumur pompa mengaku kuwalahan membeli air. Butuh biaya banyak untuk membeli air megairi padinya. 

"Bayangin sekali mengairi sawah 10 jam kali perjam Rp50 ribu. Total sekali mengairi membutuhkan biaya Rp500 ribu. Berat kami apalagi apa apa mahal sekarang ini," keluh petani lain bernama Purwadi. 

Ia hanya bisa pasrah saat ini dan berharap segera turun hujan agar tanaman padinya tidak mati. Agar biaya tanam tidak terus membengkak. 

"Ya bila seminggu lagi tidak turun hujan, saya pastikan banyak tanaman padi mati. Gagal panen kami," terangnya.

Tidak hanya ancaman kerugian yang bakal diderita petani musim ini, tetapi hasil produksi gabah dipastikan akan menurun, banyak tanaman padi mengalami kekurangan air. 

"Biaya garap, pupuk mahal ditambah lagi harus membeli air. Kami satu bidang saja harus mengeluarkan biaya puluhan juta sampai saat ini mas," kata petani lain bernama Wiji.

Petani sadar soal hujan pemerintah tidak dapat mengusahakan, tetapi ia berharap pemerintah mendengarkan keluh kesah petani kecil di bawah. 

"Seperti diketahui pemerintah sekarang ini sibuk urusan politik. Sibuk melangengkan kekuasan, sedangkan rakyat kecil khsusunya petani tengah susah akibat kesulitan air," pungkasnya. (*/nto).