Road To Show MH Thamrin Award 2023 di UMB, PWI Jaya Tularkan Tips Menulis Storytelling

Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Jakarta terus bergerak menularkan kemampuan Storytelling ke berbagai kampus. Guna memenuhi kebutuhan para praktisi untuk bersaing dalam industri komunikasi.

Aug 15, 2023 - 17:53
Road To Show MH Thamrin Award 2023 di UMB, PWI Jaya Tularkan Tips Menulis Storytelling
Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan Universitas Mercu Buana Dr. Ariani Kusumo Wardhani (dua dari kiri) saat mengikuti Diskusi Berbagi Tips Menulis Storytelling di Media”

NUSADAILY. COM - JAKARTA -Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Jakarta terus bergerak menularkan kemampuan Storytelling ke berbagai kampus. Guna memenuhi kebutuhan para praktisi untuk bersaing dalam industri komunikasi. 

Salah satunya dengan mengadakan diskusi publik yang bertajuk "Berbagi Tips Menulis Storytelling di Media” yang berlangsung di Gedung Universitas Mercu Buana ( UMB) Jakarta Senin ( 14/8/2023). 

Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian penghargaan Anugerah Jurnalistik MH Thamrin 2023 itu menghadirkan beberapa panelis. Diantaranya, seorang editor dari majalah MIX Dwi Wulandari. 

Selain itu juga ada Dosen Ilmu Komunikasi UMB Dudi Iman Hartono, dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya Algooth Putranto . 

Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan UMB Dr. Ariani Kusumo Wardhani mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi PWI Jaya yang tak pernah berhenti untuk terjun langsung ke kampus dalam menularkan kemampuan Storytelling.

Dikatakan pula, kegiatan ini merupakan 

peluang berharga dalam berbagi pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas. 

" Diskusi hari ini merupakan peluang berharga untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas dalam menggunakan storytelling sebagai alat untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif,” kata Dr. Ariani Kusumo Wardhani saat memberikan sambutannya di acara tersebut. 

Menurutnya, storytelling dalam konteks apa pun, memiliki kekuatan luar biasa untuk menginspirasi, memotivasi, dan mengubah suatu pandangan. 

Dalam dunia pendidikan, Ariani mengungkapkan storytelling memiliki peran yang sangat penting dalam membantu para pendidik dan mahasiswa.

" Tentunya dalam menyampaikan ide, menggugah imajinasi, dan menjembatani pemahaman yang kompleks," tegasnya. 

Diacara yang sama, Ketua PWI Jakarta Sayid Iskandarsyah menjelaskan 

kolaborasi kampus UMB dan organisasi wartawan merupakan wujud link and match antara dunia pendidikan dan industri media.

“Kami meyakini kegiatan yang PWI Jaya lakukan hari ini adalah hubungan nyata antara dunia pendidikan dan industri. Mahasiswa mempelajari hal-hal yang terjadi langsung di industri, sebaliknya industri menyerap apa yang dikaji dan digeluti secara akademis,” jelasnya. 

Dirinya mengingatkan storytelling bukan hanya sekadar bercerita, akan tetapi harus mampu mengajak audiens untuk merespon, bahkan terlibat atau berpartisipasi dalam cerita tersebut.

"Dan sebagian besar interaksi berasal dari hubungan yang  sudah dibangun  antara storyteller dengan audiens,"kata Sayid.

Selain itu, Algooth Putranto mengingatkan para mahasiswa agar kembali pada akar storytelling. Sebuah tradisi  dongeng yang sudah diakrabi oleh semua orang sejak belia dan secara tak sadar terus menerus dikembangkan dalam keseharian.

“Kuncinya adalah menyusun cerita tersebut menjadi menarik dan dekat dengan target audiens. Gunakan bahasa yang sesederhana mungkin sehingga dekat dan tidak terkesan menggurui. Untuk mahasiswa harus rajin bergaul dan buka mata-telinga pada lingkungan,” bebernya. 

Hal senada juga diungkap Dudi Iman Hartono, menurut dia teknologi membuat storytelling semakin mengarah pada transmedia storytelling. Seperti struktur naratif yang dikembangkan melalui dua dimensi yang berbeda, yaitu verbal dan nonverbal dengan menggunakan media seperti bioskop, komik, televisi, video games, dan lain-lain.

“Patut disadari generasi Z adalah generasi yang sangat visual. Namun tanpa membaca dan menulis yang baik maka proses transmedia storytelling yang dilakukan tidak akan berwujud rapi dan enak untuk dinikmati,” paparnya. 

Dari uraian ketiga pembicaraan tersebut disimpulkan jika mereka 

optimistis transmedia storytelling yang menjadi tren saat ini, tidak akan mematikan tuntutan kemampuan membaca dan menulis. Pasalnya tren Alpha--generasi setelah Gen Z—justru merupakan generasi pembaca, ini terlihat dari tren membaiknya penjualan buku maupun oplah media cetak.

“Jika Anda para Gen Z sekadar melihat tren saat ini maka Anda melewatkan kesempatan 10 tahun ke depan, tren generasi Alpha yang justru cenderung menjauhi smartphone dan media sosial,” pungkas Algooth.(sir)