Relasi Pilpres 2024, Semangat Persatuan dan Valentine Day

Oleh: Dr. Umi Salamah, M.Pd *)

Jan 23, 2024 - 10:25
Relasi Pilpres 2024, Semangat Persatuan dan Valentine Day

Pemilihan Presiden (Pilpres) tahu 2024, dilaksanakan 14 Februari bertepatan dengan hari Valentine. Apakah penetapan tanggal tersebut sebagai suatu kebetulan atau ada tujuan tertentu di balik penetapan tanggal Pilpres. Apakah Pilpres sesengit pelaksanaan tahun 2014 dan 2019, ataukah sebaliknya berjalan dengan damai karena masyarakat sudah memiliki kedewasaan dalam berpolitik?

 

Menjelang Pilpres 2024, Wakil Gubernur Lemhannas RI menyampaikan informasi bahwa pada 2022 dan 2023 terdapat 171 kepala daerah, yang terdiri atas 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota, berakhir masa jabatannya. Selanjutnya, Lemhannas menilai kondisi tersebut harus dikelola dengan baik karena berpotensi menimbulkan perselisihan politik. Hal tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya konflik pada pemilu 2024. Potensi terjadinya kerusuhan pada Pemilu 2024, penting untuk diantisipasi sejak dini. Apabila konflik terjadi di sebagian besar daerah, akan sangat sulit ditangani oleh aparat keamanan dan dapat berpengaruh langsung terhadap kondisi keamanan, keteriban masyarakat, dan keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2024.

 

Maraknya wacana dan pandangan politik yang beragam juga dapat menjadi pemicu konflik sekaligus ujian bagi persatuan dan kesatuan bangsa saat menghadapi masa pemilihan presiden. Dalam upaya untuk merangkul keberagaman dan memperkokoh persatuan, sebaiknya semua aparat, pejabat, akademisi, dan tokoh masyarakat bersikap netral dan bersatu mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.  Menguatkan semangat persatuan merupakan tanggung jawab bersama, terlepas dari perbedaan pandangan politik. Pemilihan presiden adalah momen penting bagi seluruh bangsa Indonesia untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang mampu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa Indonesia. Namun yang lebih penting adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Tanpa semangat persatuan dan kesatuan, bangsa Indonesia mudah dipecah belah. Sejarah membuktikan bahwa hancurnya suatu bangsa terjadi karena perang saudara/konflik antar anak bangsa. Untuk itu, saatnya menunjukkan kedewasaan berpolitik dengan menghargai perbedaan dan menjaga persatuan sebagai pondasi kuat menjaga keutuhan negara Indonesia.

 

Kekhawatiran terjadinya perpecahan anak bangsa pernah disampaikan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk Tavip (Vivere Pericoloso) yang berarti hidup yang menyerempet bahaya di tahun yang penuh bahaya. Dalam pidatonya, Presiden Soekarno menyampaikan "Yang saya impi-impikan adalah kerukunan Pancasilais dari segala suku bangsa, segala agama, segala aliran politik, dan segala kepercayaan. Inti pidato yang berjudul Tavip tersebut adalah bahwa proses revolusi Indonesia itu seharusnya berjalan ke arah yang lebih baik, namun selalu diganggu oleh ranjau-ranjau subversif yang datang dari luar dan dari dalam bangsa sendiri. Soekarno menilai bahwa semua gangguan revolusi itu adalah resiko dan bahaya yang harus dihadapi dan tidak boleh gentar sedikitpun.

 

Sebagai bangsa yang besar kita harus menyadari bahwa keberagaman dan sumberdaya  yang kita miliki sangat besar sebagai kekayaaan bangsa Indonesia.  Kekayaan itu tidak akan ada artinya jika tidak dikelola berdasarkan kemandirian. Untuk dapat mengelola keberagaman dan sumber daya yang besar, semangat persatuan dan keadilan sosial harus diutamakan dan ditegakkan.

 

Dalam konteks semangat persatuan kita perlu menjaga agar proses pemilihan berlangsung dengan damai. Keamanan dan ketertiban harus diutamakan demi kelancaran proses demokratis. Masyarakat sebaiknya tidak terprovokasi oleh isu-isu yang bersifat menghasut dan memecah belah.

 

 

Itulah sebabnya momentum valentine day harus diisi dengan spirit kasih sayang untuk mencintai Indonesia dengan semangat persatuan. Dengan begitu momentum Pemilihan presiden menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan menjaga semangat kerukunan dan persatuan, kita akan membangun masa depan yang lebih baik untuk Indonesia. Siapa pun Presiden yang sebagian besar dipilih oleh rakyat adalah yang menang, dan seluruh rakyat Indonsia harus mendukungnya.

 

 

Berhentilah menjadi bangsa pecundang dan penghasut. Jadilah bangsa kesatria yang mampu menunjukkan jati diri sendiri bahwa kita memiliki etika dan potensi untuk membangun Indonesia ke depan menjadi lebih baik dan bermartabat. Jadikan momentum valentine day sebagai spirit Pilpres 2024. Sportivitas dan persaudaraan sebagai bangsa yang besar harus kita junjung tinggi. Kecurangan dalam Pilpres harus dihindari dan ditindak tegas agar tidak melukai rasa keadilan dalam berbangsa dan bernegara. Penyelenggaraan pilpres harus dilakukan secara adil dan jujur agar tidak menjadi pemicu perpecahan persatuan bangsa.  Salam Jas Merah. Jangan Sekali-kali melupakan sejarah. (****)

 

 

*) Dosen Universitas Insan Budi Utomo (UIBU) Malang dan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Ilmu Sosial dan Humaniora Indonesia (PISHI)