Pendidikan untuk Siapa?

Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari Pendidikan Nasional. Peringatan ini membuktikan bahwa pemerintah kita serius menganggap bahwa pendidikan itu penting. Kata nasional’’ berarti pendidikan itu menyeluruh untuk seluruh warganegara Indonesia. Apakah pemahaman ini sudah dimiliki oleh semua warga?

May 8, 2024 - 06:13
Pendidikan untuk Siapa?
Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

 Oleh: Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

 

Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari Pendidikan Nasional. Peringatan ini membuktikan bahwa pemerintah kita serius menganggap bahwa pendidikan itu penting. Kata nasional’’ berarti pendidikan itu menyeluruh untuk seluruh warganegara Indonesia. Apakah pemahaman ini sudah dimiliki oleh semua warga?

Mengapa pendidikan itu begitu pentingnya? Jawabannya adalah karena pendidikan dapat mengubah pola pikir yang salah menjadi benar. Pola pikir yang benar dapat menghasilkan perilaku yang benar sehingga membuat keadaan menjadi lebih baik. Pertanyaannya adalah apakah pendidikan kita sekarang sudah dapat membuat Indonesia menjadi lebih baik. Pendidikan tanpa menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik bukanlah pendidikan.  

Mengapa pola pikir ini sangat penting? Banyak koruptor merasa sebagai orang-orang yang berpendidikan namun mereka masih mempunyai pola pikir yang salah. Mereka kalah dengan anak-anak kecil yang percaya bahwa Allah melihat apa yang manusia lakukan.  

Mengapa pendidikan itu untuk semua warga Indonesia? Jawabannya adalah semua warga perlu terus bertumbuh mempunyai pola pikir yang baru. Pertumbuhan harus dialami semua orang, baik tua maupun muda. Kemajuan Indonesia bukan hanya bergantung kepada sekelompok warga tetapi bergantung kepada semua warga. Jika semua warga mempunyai pendidikan yang baik, Indonesia akan mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Di negara maju, warganya suka membaca buku. Baik muda maupun tua menikmati membaca di mana saja. Tidak jarang saya melihat warga membaca di kereta, bis dan pantai. Mereka mempunyai kesadaran untuk mendidik diri sendiri melalui membaca buku.

Jika kita berbicara tentang pendidikan, banyak hal yang dapat kita diskusikan. Namun kali ini saya ingin mengajak anda memusatkan perhatian pada pertanyaan berikut. Pendidikan itu untuk siapa?

Jika kembali kepada peringatan Hari Pendidikan Nasional, tentu banyak orang akan menjawab, untuk anak didik kita. Betulkah demikian?

Pola pikir ini harus diubah. Pendidikan bukan hanya untuk anak didik saja, termasuk mahasiswa. Pendidikan itu juga untuk diri sendiri, termasuk guru, dosen, pejabat dan orang tua. Seperti kita sudah pernah mendengar bahwa pendidikan itu sepanjang hayat. Tidak ada orang yang dapat berhenti belajar.

Pendidikan itu dapat membuat keadaan lebih baik. Pendidikan membuat pola pikir kita menjadi benar. Jika kita mempunyai pola pikir yang benar, keseimbangan hidup dapat tercapai sehingga keadaan kita menjadi lebih baik.

Sebetulnya pemerintah telah mendidik para dosen untuk mempunyai keseimbangan hidup melalui BKD. Unsur BKD terdiri dari unsur pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat dan penunjang. Keempat unsur ini harus terpenuhi semuanya. Salah satu unsur kosong atau kurang, hasil kerja dianggap tidak memenuhi.

Beban keseluruhanpun dibatasi. Hal ini menunjukkan bahwa dosen harus pandai menyeimbangkan hidup antara karir dan keluarga. Saya mempunyai beberapa teman dosen yang sukses dalam karir tetapi rumah tangganya bermasalah. Mereka terlalu banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memperhatikan mahasiswa dan karirnya sementara keluarganya terabaikan.

Fakta ini memang menyedihkan. Seorang anak teman saya mengatakan bahwa ayahnya yang sangat jenius itu tidak mempunyai waktu untuk memahami dirinya. Anak teman lainnya yang masih balita bertanya kepada teman saya, “Bu, aku ini anaknya siapa?”. Teman lainnya pernah curhat bahwa anaknya menunjuk ke pengasuhnya ketika ditanya siapa mamanya.

Teman dosen lainnya mengatakan kalau dirinya akan dimadu jika dia melanjutkan S3-nya di luar negeri. Tentu saja keputusan suaminya ini membuat saya kaget, marah dan sedih. Setelah melalui perenungan yang mendalam, teman saya menyadari bahwa kesibukan kerjalah yang membuat suaminya mengancam. Kesadaran ini membuatnya harus menata ulang hidupnya demi menyelamatkan perkawinannya.

Sahabat baik saya yang berprofesi sebagai dosen juga perlu mendapatkan pendidikan sehingga mengubah pola pikirnya. Dia menganggap semua manusia sama dengan dirinya yang jujur, tulus dan baik hati. Dia kurang selektif dalam memilih istri sehingga pernikahannya berakhir dengan perceraian. Tentu saja hal ini menyakitkan.

Jika belajar harus dilakukan sepanjang hayat, pendidikan tentunya bukan hanya terkait akademik saja tetapi juga non akademik. Seorang profesor harus tetap belajar agar terus mempunyai pola pikir yang benar. Orang tua yang tidak dapat menduduki bangku kuliah dapat terus belajar dengan berbagai cara di luar kampus.

Materi pembelajaran tentu saja banyak sekali. Setiap individu dapat mempunyai materi yang berbeda. Tentu saja materi harus disesuaikan dengan kebutuhan.  

Sebagai penutup, penting sekali untuk direnungkan bahwa Hari Pendidikan Nasional adalah peringatan untuk semua kalangan. Peringatan ini akan sangat berguna jika menghasilkan pola pikir yang benar. Peringatan ini akan kehilangan makna jika hanya berhenti di kegiatan upacara saja.

 

Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd. adalah dosen tetap Prodi PGSD Universitas Kristen Petra, dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

Editor: Wadji