Program Jasa Konsultasi, Strategi LPEI Dorong UMKM Tembus Pasar Ekspor

Program Jasa Konsultasi, Strategi LPEI Dorong UMKM Tembus Pasar Ekspor
Ibu-ibu mengerjakan kerajinan yang masuk dalam program Desa Devisa LPEI. (Foto : LPEI)

NUSADAILY.COM - JAKARTA -  Industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia kaya akan komoditas dengan potensi besar untuk menembus pasar ekspor. Namun masih sedikit pelaku UMKM yang telah sukses mengantarkan produknya berkompetisi di kancah global. 

Sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keungan RI, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau yang lebih dikenal Indonesia Eximbank hadir untuk mendorong pelaku UMKM menjadi eksportir yang berkapasitas dan berdaya saing global. Sehingga mampu membawa produknya masuk ke mancanegara. Salah satu diantaranya melalui program jasa konsultasi. 

Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembangaan LPEI, Chesna F. Anwar, mengatakan pelaku UMKM di Indonesia menjadi salah satu peyumbang terbesar terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan kepada UMKM untuk menjajaki pasar ekspor supaya dapat meningkatkan kontribusinya. 

"Jangan pernah takut mengeksplor produk-produk yang ingin dibawa menjadi lokal yang mendunia, karena untuk mencari potensinya LPEI bisa bantu," ujarnya Chesna dalam acara "Bronis UMKM" yang diselenggarakan oleh Kompas.com, Rabu (15/2/2023). 

Chesna melanjutkan, sebagai upaya membantu pelaku UMKM menggali potensi produknya, LPEI memiliki beragam program yang dipayungi oleh jasa konsultasi. Seperti Coaching Program for New Exporter (CPNE), Desa Devisa, dan Marketing Handholding. 

Program CPNE ditujukan untuk melatih dan mendampingi UMKM berorientasi ekspor agar mampu menghasilkan produk yang bermutu dan dapat bersaing di pasar global. Para peserta akan diberikan modul-modul khusus guna membekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menjadi eksportir baru.

Adapun Desa Devisa merupakan program berbasis community development dengan tujuan untuk mengembangkan potensi komoditas primadona desa sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. "Ujung dari Desa Devisa itu adalah bagaimana kita bisa menciptakan devisa itu masuk ke desa dengan produk unggulan sehingga kesejahteraan masyarakat di situ meningkat,” jelas Chesna.

Program lainnya, yaitu Marketing Handholding membukakan akses pasar dengan memberikan pendampingan bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan produknya melalui marketplace global, sekaligus pemahaman dan wawasan mengenai strategi digital marketing.

Pada kesempatan yang sama, Chesna juga menjelaskan beberapa kiat sukses bagi pelaku UMKM yang tertarik terjun ke dunia ekspor. Menurutnya, rasa ingin tahu untuk mempelajari pasar-pasar luar negeri merupakan aspek penting yang perlu diasah oleh calon eksportir. 

"Yang saya lihat, UMKM sukses itu adalah yang membuka dirinya untuk mendengarkan terhadap arahan-arahan tentang buyer mereka supaya mereka bisa mendiversifikasi produknya agar buyer meminati produk tersebut,” kata Chesna.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya peran mimpi dalam menggerakkan semangat pelaku UMKM, khususnya generasi muda, untuk menjadi eksportir yang mendunia. “Yang paling harus dipunyai itu adalah mimpi. Mimpi bahwa adik-adik itu akan mendominasi dunia karena dibalik mimpi itu ada cerita mengenai kerja keras,” tutup Chesna.

Untuk diketahui, hingga Desember 2022, LPEI telah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada lebih dari 3.500 pelaku UMKM dan berhasil melahirkan 224 eksportir baru yang telah sukses ekspor negara Malaysia, Singapura, Republik Rakyat Tiongkok, Kanada, Amerika Serikat bahkan hingga ke negara-negara di Asia Timur, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Adapun sampai dengan Desember 2022, LPEI telah mencetak 178 Desa Devisa yang terdiri dari berbagai klaster, antara lain, kopi, udang, lada, hingga furniture dan home decor. (fat/wan)