Potret Pasang Surut Harga Tembakau Madura, Berikut Permasalahannya
Chief Executive Officer (CEO) PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi bercerita panjang lebar terkait potret pasang surut harga tembakau di Madura sejak tahun 1995 hingga tahun 2023.
NUSADAILY.COM - SUMENEP - Chief Executive Officer (CEO) PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi bercerita panjang lebar terkait potret pasang surut harga tembakau di Madura sejak tahun 1995 hingga tahun 2023.
Hal itu diceritakannya pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh DPC PWRI Sumenep di Gedung Edutorium Jagha' Tambha', UNIBA Madura, Sabtu 02 Desember 2023.
Diketahui, pada kegiatan ini DPC PWRI Sumenep mengundang sejumlah pemateri di antaranya Kepala DKPP Sumenep, Arif Firmanto, CEO PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi, Ketua DPRD Sumenep, Hamid Ali Munir dan CEO PR Bahagia, H. Mukmin. Namun dua narasumber paling belakang tidak hadir dan hanya mengirim perwakilan saja.
"Pada tahun 2010 itu harga tembakau paling buruk di Madura selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Apa sebabnya, banyak petani yang gagal panen," kata Suhaydi, menjelaskan.
Edi, akrab disapa menuturkan, bahwa terdapat berbagai faktor yang menjadi pemicu lemahnya harga tembakau di Madura.
Seperti, jika harga melonjak, para petani berbondong-bondong menanam tembakau tanpa melihat penawaran (supply) dan permintaan (demand).
Selain itu, kata dia, kenaikan pita cukai juga membuat pihak pabrikan terbatas untuk mengakomodir keberadaan tembakau dari petani.
"Pabrikan kalau pita naik maka harus mengurangi pasokan. Sedangkan petani juga harus bisa melihat lahan produktif dan tidak. Sebab, Kalau suplai tinggi maka serapan rendah, akibatnya harga turun," ungkapnya.
Selanjutnya, kepada pemerintah, pihakny berharap kebutuhan pupuk seperti SP-36 difasilitasi dengan baik. Menurutnya, pupuk tersebut sangat dibutuhkan saat musim tembakau tiba dibandingkan dengan pupuk Phonska.
"Saya juga heran kenapa saat musim tembakau tiba pupuk SP-36 ini langka. Nah, ini mestinya juga menjadi perhatian dari pemerintah," terangnya.
Disisi lain, Kepala DKPP Sumenep, Arif Firmanto yang meluangkan waktu hadir secara virtual menyampaikan beberapa poin penting untuk menjaga stabilitas harga tembakau di Sumenep hingga aturan teknis dan bantuan untuk kelompok tani juga buruh tani.
Menurutnya, yang paling penting dan harus diketahui bersama adalah teknis pengambilan sampel dan pembungkus tembakau.
Sebab, menurut Arif, Sumenep memiliki ribuan hektar tanah yang ditanami tembakau di berbagai kecamatan.
"Kalau yang terbanyak kita ada di 5 kecamatan. Yakni, Pasongsongan, Guluk-guluk, Lenteng, Bluto dan Saronggi," katanya, menjelaskan.
Arif memang mengakui bahwa harga produksi tembakau tahun ini meningkat signifikan. Namun, apabila tidak dibarengi dengan komitmen bersama baik pemerintah, pabrikan dan petani maka bisa saja pada tahun 2024 harganya tidak sama.
"Ini yang harus kita hindari. Syukur bisa dipertahankan. Yang jelas seperti yang disampaikan Pak Bupati dan Pak Edi tadi, masalah tembakau adalah masalah kita bersama, oleh karena itu dibutuhkan komitmen untuk terus menjaga agar tetap stabil," tegas dia.
Sebelum menutup keterangan, Arif mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak termasuk peran DPC PWRI Sumenep atas terselenggaranya FGD tersebut.
"Kami pemerintah berkomitmen untuk terus menciptakan kebaikan untuk para petani tembakau khususnya," tukasnya.
Sekedar diketahui, acara FGD yang diselenggarakan DPC PWRI Sumenep dihadiri puluhan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan di Sumenep dan Dinas terkait.(nam)