Pembelajaran Bermakna dan Kesiapan Guru  

Pembelajaran merupakan elemen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran bukan menekankan aspek materi yang disampaikan. Beberapa proses pembelajaran masih mengutamakan penyelesaian materi pembelajaran.

Mar 23, 2024 - 05:43
Pembelajaran Bermakna dan Kesiapan Guru   
Dr. Rahutami, M.Hum.

Oleh: Dr. Rahutami, M.Hum.

Pembelajaran merupakan elemen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran bukan menekankan aspek materi yang disampaikan. Beberapa proses pembelajaran masih mengutamakan penyelesaian materi pembelajaran. Proses yang dilakukan pun masih didominasi oleh ceramah guru. Beberapa kasus menunjukkan bahwa siswa hanya diberi tugas yang tidak pernah dibahas. Pembelajaran yang demikian dapat mengakibatkan timbulnya kepasifan siswa karena kurangnya minat belajar. Kurangnya minat belajar disebabkan oleh pembelajaran tidak memberikan makna apa pun bagi siswa.

Proses pembelajaran hendaknya didasarkan pada tujuan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan materi pembelajaran. Melalui tahapan tersebut proses pembelajaran dapat lebih terarah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penilaian pun dapat menjadi penilaian yang lebih otentik. Sementara langkah-langkah penguasaan materi dapat lebih tepat dan dapat mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang demikian dapat lebih bermakna bagi siswa. 

Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menekankan pada pemahaman yang mendalam, keterkaitan konsep dengan kehidupan sehari-hari, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Tujuannya adalah agar siswa tidak hanya mengingat fakta-fakta atau informasi, tetapi juga memahami signifikansinya dan mampu mengaitkan dengan pengalaman mereka sendiri. Adapun manfaat pembelajaran bermakna adalah sebagai berikut.

1.      Pemahaman yang lebih dalam.

Pembelajaran bermakna membantu siswa memahami materi secara menyeluruh daripada sekadar mengingat informasi. Siswa belajar mengaitkan konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

2.      Penerapan dalam kehidupan nyata.

Dengan fokus pada aplikasi praktis, siswa dapat melihat relevansi langsung hal-hal yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memotivasi siswa untuk belajar.

3.      Pengembangan keterampilan kritis.

Pembelajaran bermakna mendorong siswa untuk berpikir secara kritis, menganalisis informasi, dan menarik simpulan. Siswa belajar memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan pemahaman yang mendalam.

4.      Motivasi yang tinggi.

Ketika siswa melihat relevansi dan signifikansi dari hal yang dipelajari, motivasi siswa untuk belajar akan meningkat. Siswa menjadi lebih tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

Untuk itu, guru harus mampu memainkan perannya sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran bermakna. Penerapan pembelajaran bermakna diharapkan dapat membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih mendalam, relevan, dan bermakna bagi siswa sehingga meningkatkan pemahaman dan motivasi mereka untuk belajar. Adapun bentuk-bentuk penerapannya dapat dilaksanakan sebagai berikut.

1.      Pembelajaran berbasis proyek.

Fokus pembelajaran ini adalah siswa mengerjakan proyek-proyek yang memerlukan pemecahan masalah nyata, pengumpulan data, analisis, dan sintesis informasi untuk mencapai hasil yang bermakna. Proyek-proyek ini dapat berupa penyelidikan ilmiah, pembuatan produk kreatif, atau pengembangan solusi untuk masalah sosial atau lingkungan.

2.      Diskusi dan debat.

Aktivitas belajar dapat dilakukan dengan melibatkannya dalam diskusi dan debat tentang topik-topik yang relevan dan bermakna. Melalui diskusi, mereka dapat memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai sudut pandang dan mempertajam keterampilan berpikir kritis mereka.

3.      Studi kasus.

Penggunaan studi kasus nyata atau realistis dapat mendorong siswa memelajari konsep dan prinsip dalam konteks yang relevan dengan kehidupannya. Analisis studi kasus membantu siswa mengaitkan teori dengan praktik sehingga memperdalam pemahaman mereka.

4.      Simulasi.

Melalui simulasi, siswa dapat mengalami situasi yang meniru keadaan nyata yang memerlukan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Misalnya, simulasi bisnis, simulasi sejarah, atau simulasi ilmiah dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang kompleks dengan cara yang relevan dan menarik.

5.      Pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran ini mengajak siswa untuk memecahkan masalah nyata atau simulasi masalah yang kompleks dalam konteks yang bermakna bagi mereka. Dengan menghadapi tantangan nyata, mereka belajar cara menerapkan pengetahuan mereka dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

6.      Kolaborasi dan Proyek Tim

Kolaborasi dengan tim memungkinkan siswa untuk belajar satu sama lain, berbagi pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi dan kerjasama. Proyek tim juga dapat meningkatkan motivasi dan tanggung jawab siswa terhadap hasil pembelajaran mereka.

7.      Refleksi dan metakognisi.

Meminta siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka dan memikirkan cara mereka belajar yang dapat membantu mereka memahami proses pembelajaran secara lebih mendalam. Dengan memahami strategi pembelajaran yang efektif, siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan efisien.

Penerapan pembelajaran bermakna tersebut tentunya memerlukan kesiapan guru. Sementara di lapangan, masih terdapat kebervariasian pengalaman, pendidikan, pelatihan, dukungan sekolah, dan kondisi lingkungan sekolah. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi kesiapan guru di lapangan:

1.      Pendidikan dan Pelatihan.

Guru yang telah menerima pendidikan dan pelatihan yang memadai dalam bidang mereka cenderung lebih siap dalam menghadapi tantangan pembelajaran di lapangan. Pelatihan yang berkelanjutan juga penting untuk membantu guru mengembangkan keterampilan dan pengetahuan baru.

2.      Pengalaman Mengajar.

Pengalaman mengajar dapat memainkan peran besar dalam kesiapan guru. Guru yang memiliki pengalaman mengajar yang luas dan beragam mungkin lebih siap dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan yang muncul di lapangan.

3.      Pengetahuan Materi dan Pedagogi.

Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang materi yang mereka ajarkan serta keterampilan pedagogis untuk menyampaikan materi tersebut secara efektif kepada siswa. Guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan ini akan lebih siap untuk mengajar dengan sukses.

4.      Kesiapan Emosional dan Psikologis.

Mengajar dapat menjadi pekerjaan yang menantang secara emosional dan psikologis. Guru perlu memiliki kesiapan emosional dan psikologis untuk mengatasi stres, frustrasi, dan tantangan yang muncul dalam lingkungan kelas.

5.      Dukungan Sekolah dan Rencana Pembelajaran.

Dukungan dari kepala sekolah, rekan guru, dan staf sekolah lainnya juga dapat memengaruhi kesiapan guru. Rencana pembelajaran yang jelas dan dukungan administratif yang memadai dapat membantu guru merasa lebih siap dan didukung dalam tugas mereka.

6.      Kemampuan untuk Beradaptasi.

Guru perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dalam kurikulum, teknologi, dan tuntutan pembelajaran lainnya. Guru yang fleksibel dan dapat beradaptasi akan lebih siap untuk menghadapi perubahan dan tantangan di lapangan.

7.      Kesiapan Teknologi.

Di era digital saat ini, kesiapan guru dalam menggunakan teknologi dalam pengajaran juga menjadi faktor penting. Guru perlu memiliki keterampilan teknologi yang memadai dan kesiapan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran mereka.

Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, sekolah, dan lembaga pendidikan bergerak untuk meningkatkan kesiapan guru melalui pelatihan yang tepat, dukungan, dan sumber daya yang diperlukan. Kesiapan guru juga berperan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Kesiapan guru juga berperan meminimalisasi masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran.

 

Dr. Rahutami, M.Hum. adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, dan Pengurus Pusat Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

 

Editor: Dr. Indayani, M.Pd., dosen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan Pengurus Pusat PISHI.