Nation and Characther Building is Never Ending Process

Oleh: Getah Ester Hayatulah, S.H., M.Hum

Jun 3, 2023 - 19:22
Nation and Characther Building is Never Ending Process

Mengapa judul dari tulisan ini menggunakan Bahasa Inggris, apa tidak ada Bahasa Indonesia yang tepat untuk menggantikan istilah tersebut? Mungkin itu yang tersirat di benak pembaca. Kenapa juga jadi sok kem-Inggris padahal ini adalah topik umum? Alasannya adalah kalimat tersebut dicetuskan oleh Bung Karno (Bapak Proklamator kita, salah satu Founding Father bangsa dan negara kita, Presiden Pertama kita: Ir. Soekarno) sejak 1957. Kenapa? Karena pada saat itu dunia sedang dalam periode perang dingin antara dua negara adi kuasa; Amerika Serikat dan Uni Soviet. Hal tersebut menyebabkan Indonesia tak henti-hentinya  diganggu oleh bangsa/negara asing. Global Trustworthiness Ranking 2021 melakukan survey kepada beberapa negara urban dan hasilnya adalah terkait politicians generally untrustworthy menunjukkan angka 63%.

 

Di dalam negeri sendiri, perbincangan politik makin mengerucut; partai politik dan militer berseteru, beberapa daerah memberontak terhadap pusat. Hal tersebut sangat relevan dengan kondisi Indonesia sekarang; dimulai periode 1 Juli 2015-16 April 2022 (dari info Drone Emprit melakukan perekaman percakapan twitter; liputan6.com, 18 April 2022). Pemilu 2019 menjadi fase penting dalam polarisasi politik yang melahirkan 2 (dua) kubu dominan. Hal ini melahirkan sejumlah istilah yang saling mendegradasi satu dengan yang lain. Bahkan beberapa pendapat ada yang memberikan pernyataan bahwa negara kita sudah dikuasai oleh asing.

 

Menjelang pesta demokrasi terbesar di Indonesia yaitu PEMILU 2024, polarisasi politik yang terjadi tahun 2019 tentunya tidak kita inginkan terulang lagi. Kita semua warga negara Indonesia tidak menginginkan adanya perpecahan, pertengkaran, saling merasa benar sendiri, perebutan kekuasaan yang berujung memecahbelah bangsa dan negara Indonesia.

 

Kondisi geopolitik negara-negara di dunia juga sangat mempengaruhi Indonesia  mengingat kondisi NKRI yang sangat luas. Luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut ketentuan dari United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 adalah 8,4 juta km2 dengan panjang garis pantai 108.000 km. Jumlah pulau di NKRI yaitu  17.504 pulau, luas laut 5,8 juta km2, luas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 3 juta km2, dan luas daratan 1,9 juta km2.

 

Beribu jumlah pulau tersebut, terdapat 1.340 suku, 6 (enam) agama yang diakui, jumlah Bahasa Daerah lebih kurang 655 (enam ratus limapuluh lima) serta diapit oleh 2 (dua) Samudra dan 2 (dua) benua. Dari sisi positif itu adalah posisi strategis untuk berdagang, berinteraksi namun kondisi NKRI yang banyak pulau berjarak dan diversitas tinggi serta biodiversity sangat majemuk, hal tersebut sangat potensial menimbulkan kerawanan dan konflik serta permasalahan geopolitik, lingkungan, ekonomi, ancaman terorisme, agama, ras, suku, golongan/kelompok-kelompok organisasi masyarakat (ormas) karena banyak berbatasan langsung dengan negara-negara lain baik melalui darat maupun laut.

 

Indonesia memasuki fase industrialisai 4.0/fase digitalisasi yang membuat generasi millennial menjadi generasi individualitik yang bergantung kepada teknologi dan bersikap apolitik. Bonus demografi juga negara kita alami. Penelitian Centre for Strategic and International Studies (CSIS)  Indonesia September 2022 memprediksi bahwa demografi pemilih muda akan mendekati 60% atau sekitar 190 juta warga. Dengan banyaknya peserta PEMILU 2024 nanti, generasi Millenial dan Gen-Z akan menjadi pemilih yang dominan.

 

Meskipun partisipasi politik meningkat dari pemilu 2014 ke 2019, para pemilih muda yang memiliki  ketertarikan politik  hanya sejumlah 14,6% dan keikutsertaan dalam organisasi politik sangat rendah. Kondisi ini memungkinkan terjadinya disintegrasi bangsa yang tidak kita harapkan jika kita semua menjadi apatis dan tidak peduli akan kondisi tersebut di atas.

 

Di kelas Pendidikan Pancasila (kelas karyawan jadi pasti sudah bekerja), mahasiswa pernah beberapa kali menanyakan: “Ibu, mohon maaf, saya itu dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) bahkan kuliah sampai bekerja sekarang masih diulang-ulang materi Pancasila beserta sila-silanya dan wawasan kebangsaan selalu didengung-dengungkan. Kenapa selalu diajarkan sampai bosan materinya juga itu-itu saja?” Dengan hal-hal tersebut diharapkan guru/dosen/orangtua menjelaskan dengan berbeda dalam proses pembelajaran dan brainstroming serta memberikan punchline, point of view, point of interest menjadi lebih interaktif disertai tugas yang menggugah dan/atau menyenangkan seperti TOT LEMHANNAS contohnya.

 

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, jawaban yang paling tepat adalah kalimat yang menjadi judul dari tulisan ini, yaitu:  Nation and Characther Building is Never Ending Process”. Pembangunan Wawasan Kebangsaan dan karakter yang berwawasan kebangsaan adalah proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir bahkan sampai dunia ini tidak ada harus terus dibangun sampai kapanpun.

 

Anak kecil usia bawah lima tahun (balita) tidak mungkin melakukan korupsi. Mereka juga tidak mungkin melakukan perbuatan intoleransi, diskriminalisasi, disintegrasi bangsa atau perbuatan buruk lain, namun perbuatan tersebut justru dilakukan orang-orang yang sudah dewasa dan punya kompetensi. Untuk itu kita perlu saling mengingatkan satu sama lain untuk menjaga Bangsa dan Negara Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika ini dengan baik.

 

Nilai-nilai kebangsaan ini menjadi panduan dan pedoman bagi  bangsa Indonesia untuk membangun jati diri bangsa (nation character building) dan membangun kesadaran mengenai  sistem kenegaraan serta sistem nasional dalam menata  kehidupan bangsa dan negara (national system building).

 

Hakekat nilai kebangsaan merupakan nilai yang disepakati dan dipandang baik, yang melekat pada  diri setiap Warga Negara Indonesia. Nilai-nilai tersebut berupa norma-norma dan etika kebaikan yang terkandung dan menjadi ciri  kepribadian bangsa indonesia yang bersumber dari  nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

 

Kepada generasi muda, terutama yang mendominasi Pemilu 2024 nanti diharapkan untuk mensukseskan Pemilu 2024 yang Langsung, Umum Bebas dan Rahasia (LUBER), Jujur dan Adil. Generasi muda jangan golongan putih (golput) dan harus peduli/melek terhadap politik  jika sayang dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini penting karena pilihan tersebut akan menetukan nasib NKRI lima sampai sepuluh tahun ke depan.

 

Bapak Proklamator kita, Presiden Soekarno pernah menyampaikan: ”Saat kita baru merdeka dibutuhkan pembangunan politik melalui nation and character building”. Pembangunan karakter itu suatu never ending process, harus terus dibangun kapanpun. Pembangunan karakter juga harus melekat dalam kehidupan kita sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan secara menyeluruh. (****)

 

Getah Ester Hayatulah, S.H., M.Hum. adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, Jakarta Timur dan Anggota PISHI. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI.