Mimpi Luhut Ada Area Peluncuran Roket di Biak Seperti Pembicaraan Jokowi-Elon Musk

"Waktu ketemu bapak presiden, hampir sejam lebih saya kira, itu bicara mengenai launching pad di Biak. karena kan dia me-launch roketnya dia itu 150 roket setahun, hampir setiap hari satu roket. Presiden menawarkan untuk memakai Biak, dia nanya apakah di situ ada gas," ujar Luhut menceritakan pertemuan tersebut di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Selasa (21/5).

May 22, 2024 - 05:29
Mimpi Luhut Ada Area Peluncuran Roket di Biak Seperti Pembicaraan Jokowi-Elon Musk

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Biak, Papua, sebagai lokasi peluncuran roket (launchpad) kepada CEO SpaceX Elon Musk.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan pertemuan keduanya itu digelar di sela-sela gelaran World Water Forum ke-10 di Bali.

Keduanya disebut membicarakan investasi launchpad di Biak dan baterai lithium.

"Waktu ketemu bapak presiden, hampir sejam lebih saya kira, itu bicara mengenai launching pad di Biak. karena kan dia me-launch roketnya dia itu 150 roket setahun, hampir setiap hari satu roket. Presiden menawarkan untuk memakai Biak, dia nanya apakah di situ ada gas," ujar Luhut menceritakan pertemuan tersebut di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Selasa (21/5).

"Saya bilang ada Bintuni, itu bisa ditarik pipa juga," imbuhnya.

SpaceX bolak-balik meluncurkan satelit punyanya sendiri, Starlink, maupun milik perusahaan atau pemerintah negara lain amat sering berkat teknologi roket ulang-alik Falcon.

Luhut mengakui penawaran tersebut tidak akan dieksekusi dalam waktu dekat. Pasalnya, landasan peluncuran roket yang ada sekarang, seperti Cape Canaveral, Florida, AS masih digunakan.

Meski demikian, kata Luhut, tawaran Jokowi terkait launchpad ini membuat Musk memiliki alternatif baru.

Proyek lama

Biak sendiri merupakan cerita lama dalam proyek landasan peluncuran roket. Ini terkait dengan pembangunan bandar antariksa yang digagas sejak beberapa tahun lalu.

Pada Maret 2021, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini bernama Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) yang jadi bagian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebut SpaceX berniat untuk membangun bandar antariksa untuk lepas landas dan mendaratkan pesawat luar angkasa.

Saat itu, LAPAN menyebut pembangunan bandar antariksa SpaceX masih sebatas pembahasan tahap awal.

Dikutip dari situs LAPAN, berdasarkan kajian pembangunan bandar antariksa oleh Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN, pembangunan bandar antariksa merupakan salah satu amanat yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan.

Di samping itu, bandar antariksa juga masuk dalam Draft Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040.

Dalam peta Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040, disebutkan bahwa pada periode tahun 2036-2040 teknologi peroketan Indonesia diharapkan sudah memiliki program peluncuran roket pengorbit satelit ke orbit rendah/low earth orbit (LEO).

Dalam teknologi satelit, Indonesia direncanakan sudah mampu meluncurkan dan mengoperasikan satelit observasi bumi, telekomunikasi, dan navigasi.

"Pada saat itulah Indonesia harus sudah memiliki bandar antariksa, tidak lagi bergantung kepada negara lain," demikian dikutip dari kajian tersebut.

Kenapa Biak?

Studi tersebut juga menjelaskan bahwa bandar antariksa dibangun di Biak karena LAPAN memiliki aset lahan di Kabupaten Biak Numfor yang berada di desa Saukobye, Biak Utara, sekitar 40 kilometer dari Kota Biak.

LAPAN disebut memiliki lahan seluas 1 juta meter persegi atau 100 hektare di desa Saukobye.

Kemudian, LAPAN selaku koordinator pembangunan bandar antariksa juga menilai Biak Numfor dekat dengan ekuator dan langsung menghadap ke Samudra Pasifik.

Menristek dan Kepala BRIN saat itu, Bambang Brodjonegoro, menjelaskan Indonesia adalah negara yang paling strategis untuk meluncurkan roket termasuk membawa satelit ke luar angkasa karena berada di garis khatulistiwa.

Bambang juga menyebut Biak adalah salah satu wilayah paling potensial untuk dijadikan bandara antariksa. Hal ini dikarenakan kawasan itu sangat dekat dengan garis khatulistiwa, yakni -1 derajat dari ekuator.

Dia menyebut membangun bandar antariksa lebih menguntungkan daripada hanya membuat roket. Terlebih, katanya, nilai ekonomi antariksa global diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih dari US$1 triliun per tahun pada 2040.

Sejauh ini, Bambang mengungkapkan bandar antariksa hanya dimiliki oleh negara berteknologi maju, seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis, China, dan India yang sebenarnya semuanya jauh dari garis khatulistiwa.

Dalam jurnal 'Pemetaan Elit Politik Lokal Di Pulau Biak Dan Pengaruhnya Terhadap Rencana Pembangunan Bandara Antariksa', peneliti Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN Astri Rafikasari mengatakan bandar antariksa yang berada di khatulistiwa memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang berada di wilayah lain jika akan meluncurkan wahana antariksa ke orbit geostationary (GEO).

"Kelebihan dari peluncuran wahana antariksa dari wilayah equator adalah dapat mempercepat laju wahana antariksa yang diluncurkan, namun tetap hemat bahan bakar," jelas peneliti.(han)