Kim Jong-un Serukan Kesiapan Perang saat Periksa Pembangunan Kapal Perang

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un menegaskan kembali fokusnya pada penguatan kekuatan angkatan laut. Hal tersebut disampaikannya ketika memeriksa pembangunan kapal perang baru di galangan kapal timur, dan menyebut proyek-proyek tersebut penting untuk persiapan perang negaranya.  

Feb 2, 2024 - 12:48
Kim Jong-un Serukan Kesiapan Perang saat Periksa Pembangunan Kapal Perang

NUSADAILY.COM – PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un menegaskan kembali fokusnya pada penguatan kekuatan angkatan laut. Hal tersebut disampaikannya ketika memeriksa pembangunan kapal perang baru di galangan kapal timur, dan menyebut proyek-proyek tersebut penting untuk persiapan perang negaranya.

 

Kunjungannya ke galangan kapal di Nampho dilakukan setelah serangkaian demonstrasi senjata pada Januari yang semakin meningkatkan ketegangan dengan pesaingnya. Termasuk uji coba rudal jelajah baru yang dirancang untuk diluncurkan dari kapal selam.

 

Kim dalam beberapa bulan terakhir telah menekankan tujuannya membangun angkatan laut bersenjata nuklir untuk melawan apa yang ia gambarkan sebagai meningkatnya ancaman eksternal yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, yang telah meningkatkan kerja sama militer mereka untuk mengatasi senjata nuklir Kim dan program rudal.

 

Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) sebagaimana dilansie dari medcom.id tidak merinci kapan Kim mengunjungi Nampho. Pernyataan tersebut mengutip perkataan Kim yang mengatakan bahwa penguatan kekuatan angkatan lautnya “merupakan isu paling penting dalam mempertahankan kedaulatan maritim negara tersebut dan meningkatkan persiapan perang.”

 

KCNA tidak merinci jenis kapal perang yang dibangun di Nampho, namun mengatakan kapal tersebut terkait dengan rencana pengembangan militer lima tahun yang ditetapkan dalam kongres partai yang berkuasa pada awal tahun 2021.

 

 

Kim dalam pertemuan tersebut mengungkapkan daftar keinginan yang luas atas aset militer canggih, yang mencakup kapal selam bertenaga nuklir dan rudal nuklir yang dapat diluncurkan dari bawah air.

 

“Selama inspeksi di Nampho, Kim diberi pengarahan tentang kemajuan proyek angkatan lautnya dan tantangan teknologi yang tersisa dan memerintahkan para pekerja untuk menyelesaikan upaya tersebut tanpa syarat dalam jangka waktu rencana yang berjalan hingga tahun 2025,” kata KCNA, seperti dikutip dari TheStar, Jumat 2 Februari 2024.

 

Kim juga menyerukan kekuatan angkatan laut pada hari Minggu saat memeriksa uji coba rudal jelajah berkemampuan nuklir baru, Pulhwasal-3-31, yang dirancang untuk ditembakkan dari kapal selam.

 

Meskipun Korea Utara telah menunjukkan kemajuan pesat dalam memperluas jajaran rudal berkemampuan nuklir yang ditembakkan dari darat, para ahli mengatakan ambisi angkatan laut Kim mungkin memerlukan lebih banyak waktu, sumber daya, dan terobosan teknologi. Kapal selam bertenaga diesel yang sudah tua hanya bisa meluncurkan torpedo dan ranjau, dan para ahli mengatakan upaya Kim untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir sebagian besar tidak mungkin dilakukan tanpa bantuan eksternal yang signifikan.

 

Ilmuwan dan insinyur militer Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir telah memeriksa daftar tujuan Kim pada 2021, dengan menguji untuk pertama kalinya tahun lalu sebuah rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, bernama Hwasong-18, yang menambah gudang senjata Korea Utara yang menargetkan daratan AS.

 

Korea Utara pada 14 Januari juga menguji coba rudal jarak menengah berbahan bakar padat baru, yang menggarisbawahi upaya Korea Utara untuk mengembangkan senjatanya yang dapat menargetkan aset Amerika di Pasifik, termasuk pusat militer Guam.

 

Korea Utara juga berencana untuk meluncurkan tiga satelit mata-mata militer lagi pada tahun 2024 setelah mengirimkan satelit pertamanya ke orbit pada November, karena Kim menggambarkan pengintaian berbasis ruang angkasa sebagai hal yang penting untuk memantau aktivitas militer AS dan Korea Selatan serta meningkatkan ancaman kemampuan rudal nuklirnya.

 

Ketegangan di Semenanjung Korea berada pada titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, setelah Kim mempercepat pengembangan senjatanya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sembari mengeluarkan ancaman nuklir yang provokatif terhadap Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Asia telah memperkuat latihan militer gabungan mereka dan memperbarui strategi pencegahan mereka.

 

Ada kekhawatiran bahwa Kim, yang semakin berani dengan kemajuan persenjataan nuklirnya dan memperkuat hubungan dengan Rusia, akan semakin meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara.

 

Meskipun sebagian besar analis meremehkan ancaman perang yang dilancarkan Kim, ada pula yang mengatakan ada kemungkinan bahwa ia akan melakukan provokasi militer langsung yang bisa ia kendalikan tanpa membiarkannya berkembang menjadi konflik besar. Salah satu titik krisis yang potensial adalah sengketa batas laut barat antara kedua Korea, yang telah menjadi lokasi beberapa pertempuran laut berdarah dalam beberapa tahun terakhir.(*)