Julid & Juliet, Filosofi Hidup Kalangan Milenial

Sebagaimana filosofi hidup asal Tiongkok, Yin dan Yang, Kalangan Mileneal juga memiliki filosofi hidup yaitu “Julid dan Juliet’. Filosofi Yin dan Yang menjadi nilai yang ditanamkan bangsa Tionghoa dalam kehidupan sepanjang zaman.

Oct 6, 2023 - 12:57
Julid & Juliet, Filosofi Hidup Kalangan Milenial

Oleh: Dr. Abdul Muqid
Dosen Politeknik Negeri Malang
Pengurus Perkumpulan Ilmuan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)


Sebagaimana filosofi hidup asal Tiongkok, Yin dan Yang, Kalangan Mileneal juga memiliki filosofi hidup yaitu “Julid dan Juliet’. Filosofi Yin dan Yang  menjadi nilai yang ditanamkan bangsa Tionghoa dalam kehidupan sepanjang zaman. Secara umum, lambang Yin dan Yang artinya konsep hidup yang percaya bahwa setiap hal yang ada di dunia ini memiliki dua unsur yang berlawanan. Akan tetapi, jika kedua hal yang bertentangan ini dijalankan secara seimbang justru saling menyempurnakan dan membuat hidup menjadi lebih indah. Bagaimana dengan filosofi “Julid dan Juliet” di kalangan Milenial.


Kalangan Milenial meyakini bahwa hidup dipengaruhi oleh dua diksi yang digunakan sebagai filosofi hidup, yaitu “Julid” dan Juliet”. Dua diksi ini secara morfologis dan fungsi esensialnya berbeda, namun keduanya menjadi hal yang menarik bilamana diperhatikan dengan seksama. Kata “Juliet” mengacu kepada tokoh protagonis dalam  drama William Shakespere yang berakhir tragis karena urusan cinta. Sebaliknya kata “Julid” merupakan sebuah morfologis bahasa Jawa yang berarti sifat tidak suka kepada  seseorang karena iri dengki, tamak, dan serakah.
Dalam perkembangannya, kedua kata tersebut memiliki paradoksal bagi kalangan millineal. Disebut demikian karena kata “Juliet” berkonotasi dengan cinta dan damai. Sebaliknya kata “Julid” berhubungan dengan perasaan hati seseorang yang didasari sifat dengki, keserakahan, dan ketamakan. Seperti halnya Yin dan Yang, kedua diksi “Julid dan Juliet” merupakan pasangan diksi yang berlawanan makna.


Menurut Kamus Besasr Bahasa Indonesia (KBBI), binjulid atau julid adalah bentuk iri hati atau dengki. Adapun “Juliet” merupakan peng-Inggris-an bentuk kata dari Bahasa Perancis Juliette atau Bahasa Italia Giulietta, dan pengecilan bentuk dari kata Julia. Nama ini terkenal dalam karya fantastis Shakespeare yang berjudul Romeo dan Juliet.


Di Era Milenial, diksi “Juliet” dimaknai sebagai sebuah sikap dan karakter seorang perempuan yang berkonotasi positif. Diksi ini mengacu pada karakter perempuan yang pandai, menarik, memiliki kemampuan berbicara yang baik. baik hati, penuh pertimbangan, mudah beradaptasi, dinamis, energik,  antusias, dan penuh aktivitas.
Filosofi dari diksi “Juliet” dapat menjadi penyebab terciptanya kedamaian. Sebaliknya diksi “Julid” dapat menimbulkan terjadinya kekacauan, peperangan, dan kehancuran. Kedua filosofi tersebut mendorong para peminpin di dunia untuk berbuat baik sebagai representasi “Juliet” sehingga menimbulkan perdamaian. Sebaliknya  jika pemimpin dunia berbuat tamak, tidak adil, dan kejam sebagai representasi diksi “Julid” dapat menimbulkan peperangan yang mengakibatkan kehancuran.


Diksi “Julid dan “Juliet”  jika digunakan secara seimbang akan menjadikan hidup di dunia ini menyenangkan dan terasa lebih indah. Sebagai contoh, orang yang sakit, sedih, dan tidak bahagia selalu disebabkan oleh dominasi diksi “Julid” yang digunakan sebagai filosofi hidupnya. Seorang yang ramah namun tegas dan disiplin, dapat menempatkan filosofi “Julid” dan “Juliet” secara seimbang.


Perang antara Rusia dan Ukraina disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara “Julid” dan “Juliet” dalam praktiknya.  Diksi “Julid” merasuki dan mendominasi pikiran dan hati peminpin kedua negara yang sedang bertikai. Jadi untuk menghentikan perang dan kekacauannya, diperlukan “Juliet” untuk menyelesaikannya. Kasus Rempang yang terjadi belakang ini juga disebabkan oleh  banyaknya berita “Julid” yang tidak jelas dan tidak tepat. Ketidaktepatan pendekatan dan janji-janji  yang diingkari oleh para pengusaha dan pejabat disebabkan oleh karakter “julid”.


Semua kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, seperti kelangkaan minyak goreng dan  ketidakadilan disebabkan oleh filosofi diksi “Julid”. Langkanya minyak goreng disebabkan oleh keserakahan dan ketamakan para pengusaha sebagai representasi karakter “Julid”. Para produsen dengan ke-Julid-anya, lebih suka mengekspor CPU ke Luar negeri karena harganya lebih mahal, sehingga untungnya besar. Ke-Julid-an para pengusaha tersebut menimbulkan kelangkaan minyak goreng di dalam negeri, sehingga menimbulkan keresahan dan kekacauan.


Bagaimana strategi  untuk menyeimbangkan “Julid” “Juliet” dalam diri kita.  Menurut Welberg, ada tiga jenis terapi yang diperlukan bilamana seseorang mengalami suatu permasalahan dominasi “Julid”. Pertama, Supartive Therapy.  Penyembuhan ini memiliki fungsi dalam memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian) seseorang. Penyembuhan ini mampu  mengarahkan pengendalian emosi, sehingga dapat bersikap tenang dan tidak terburu-buru dalam bersikap. Kedua, Redskative Therapy. Penyembuhan ini berfungsi sebagai alat purifikatif  (panyucian kembali), yaitu membangun motivasi untuk memperbaiki tujuan hidup. Terapi ini mampu membangun dan menghidupkan potensi kreatif. Ketiga, Rekonstruktive Therapy, berfungsi untuk mendorong munculnya pandangan baru  (insight), yaitu pemahannan terhadap konflik , sehingga memunculkan timbulnya struktur kepribadian yang seimbang. Terapi ini mampu mengembangkan potensi penyesuaian diri sesuai dengan yang diinginkannya.

Dalam pandangan Islam setidaknya ada empat cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi “Julid” dan menyuburkan “Juliet”. Pertama, peningkatan nilai keimanan. Kedua, terapi yang berkesinambungan dengan cara saling mengingatkan agar sifat negatif dan efeknya dapat dikendalikan, sedangkan sifat baik dapat ditumbuhkembangkan. Ketiga, menumbuhkan persepsi dan perilaku eksistensial, yang menyadarkan bahwa setiap manusia diciptakan berbeda. Keempat mengubah cara berpikir dan cara pandang secara holistik, dengan menguatkan mindset bahwa hidup sudah ditentukan oleh Tuhan. Hidup tidak sendirian dan selalu membutuhkan orang lain (we live socially and need sharing our happiness). Untuk itu, diperlukan adalah terciptanya kondisi sosial ekonomi yang nyaman dan tenang, bukan keserakahan dan kekacauan.


Kecendrungan seseorang dalam menggunakan filosofi “Julid” dan “Juliet” dalam kehidupannya, akan memberikan nilai (value) pada sikap, perilaku, dan gaya hidup orang tersebut. Filosofi kedua diksi ini dapat menjadi cerminan pribadi sekaligus otokritik personal apakah seseorang telah menyadari bahwa kehidupannya selalu digoda oleh filosofi dua diksi tersebut. Hidup memang pilihan, tinggal menentukan mana  yang paling dominan dalam setiap individu untuk menentukan bagus tidaknya personality seseorang. Performance tidak akan mendukung personality seseorang secara pasti, namun “Julid” dan “Juliet” yang akan menentukan kualitas personality seseorang.

*Disunting oleh Dr. Umi Salamah, M.Pd, Dosen PPG Universitas Insan Budi Utomo Malang, Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).*