Caesar Hendrick yang Mendunia

kedua orang tua Nono menyadari kecerdasan Nono sejak kecil, di usianya yang baru satu tahun ia sudah fasih berbicara dan ketika ia mulai masuk sekolah meminta les Bahasa Inggris juga meminta dibelikan buku-buku bacaan

Feb 1, 2023 - 17:32
Caesar Hendrick yang Mendunia
Caesar Hendrick yang Mendunia

Oleh: Sanusi M.Pd.

 

Di tengah ramainya pemberitaan Pledoi Putri Candrawati CS dan histerisnya para pendukung Eliezer atas tuntutan jaksa 12 tahun penjara, muncul pemberitaan yang mengundang decak kagum yang datang dari Caesar Hendrick Meo Tnunay alias Nono sang bocah ajaib. Dia baru saja menjadi juara dunia lomba matematika dengan menyisihkan tujuh ribu peserta lainnya, lomba ini diselenggarakan oleh International Abacus Brain Gym secara online.

Nono lahir di Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang pada tanggal 2 April 2015, artinya ketika lomba ini berlangsung ia baru berusia 7 tahun. Adapun teknis lomba itu adalah mengerjakan 15.201 file soal matematika yang diketahui dalam satu filenya itu terdiri dari 10 soal dan itu artinya ia mengerjakan 152.010 soal dengan kurun waktu setahun. Semua soal itu diujikan secara virtual dengan pengantar bahasa Inggris, wau ajaib bukan?.

Memang ajaib Nono ini, di usianya yang masih anak-anak mampu berbahasa Inggris dan pintar matematika, yang lebih mencengangkan ternyata ia lahir dari keluarga yang sederhana, ingat ya Kupang bukan Jakarta, apalagi Kupangnya masih masuk lagi ke Amarasi Selatan. Saya lihat di televisi sekolahnya Nono berdinding papan bukan gedung mewah seperti di kota-kota, tapi tidak ada niat merendahkan bahkan yang ada hanya kekaguman yang membahana. Sungguh luar biasa ditengah kesederhanaan itu Nono lahir dan dibesarkan, tetapi prestasinya telah mendunia.

Sebagiaan orang berargumen pantas saja Nono pintar karena ibunya seorang guru, ya bisa saja, tapi masalahnya tidak setiap guru punya anak seperti Nono. Memang diketahui ibunda Nono, Nuryati Seran adalah seorang guru honorer di SD Inpres II Buraen, sementara ayahnya Raflim Meo Tnunai hanya seorang pekerja serabutan. Inilah poin yang memotivasi kita bahwa keterbatasan ekonomi tidak seharusnya menghambat kemampuan diri.

Mempehatikan tayangan di Kompas TV tanggal 25 januari 2023, kedua orang tua Nono menyadari kecerdasan Nono sejak kecil, di usianya yang baru satu tahun ia sudah fasih berbicara dan ketika ia mulai masuk sekolah meminta les Bahasa Inggris juga meminta dibelikan buku-buku bacaan. Di tengah keterbatasan ekonomi orang tuanya, tentu saja tidak mudah memenuhi semua itu. Pergi ke sekolah saja Nono sering jalan kaki sejauh 3 km  setiap hari dan sesekali saja diantar ayahnya naik motor ketika ayahnya tidak sibuk.

Keseharian Nono biasa bermain seperti anak-anak yang lain di daerahnya, namun minat belajarnya sangat tinggi inilah yang diperjuangkan ibu Nuryati untuk dipenuhi di tengah segala keterbatasannya, sehingga Nono dapat belajar sebagaimana mestinya.

Kisah Nono di atas menjadi motivasi kita untuk mengenal lebih dini minat, bakat dan kemampuan anak-anak kita, agar kita bisa mengarahkan dan memilihkan jalur pendidikan yang tepat untuk anak-anak kita.Walaupun tentu saja tidak dituntut memiliki anak dengan kepandaian persis seperti Nono. Tetapi melalui serangkaian pengetahuan dan persiapan kita yang baik sebagai orang tua akan memudahkan anak-anak kita meraih kesuksesan sesuai levelnya masing-masing.

Kita patut berterima kasih kepada seorang perempuan berkebangsaan Italia Maria Montessori, ia lahir di Kota Chiaravalle pada 31 Agustus 1870, melalui serangkaian penelitian yang ia lakukan membimbing kita untuk mengenal potensi anak sesuai tahapan usianya. Yaitu: a. Usia 0-3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya. b. Usia setengah tahun sampai 3 tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa. Usia yang sangat tepat untuk mengembangkan berbicara. c. Usia 2-4 tahun gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, mulai berminat pada benda-benda kecil dan mulai mengenali urutan waktu; pagi, siang, sore dan malam. d. Usia 3-6 tahun terjadi kepekaan untuk peneguhan sensoris sehingga kepekaan indrawinya meningkat, khusus di usia 4 tahun sudah memiliki kepekaan menulis dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.

Teori di atas memandu kita untuk menerapkan pendidikan apa yang cocok dengan usia anak kita. Kita tidak boleh meminta kemampuan lebih di luar batasan usia mereka, tetapi jika anak kita memiliki kemampuan lebih dari tahapan usia yang ditentukan Montessori, itu adalah anugrah. Saya yakin Maria Montessori menetapkan itu berdasarkan tahapan usia anak pada umumnya, di luar itu tentu saja ada pegecualian-pengecualian.

Tahapan usia yang disebutkan Maria Montessori merujuk pada kecakapan kognitif, bahasa dan kinestetik,perlu kita ketahui juga bahwa pada kisaran usia itu telah terjadi juga respon pada perkembangan moral, seperti yang disebutkan oleh kohlberg dan Thomas Lickona yang menyebutkan bahwa pada usia 1-5 tahun saat itu anak berada pada  “Self Oriented Morality” sebagai tahapan awal dari perkembangan moral. Kondisi ini merupakan the golden rule karena telah terjadi mutual respect, sehingga kepada mereka dapat dikenalkan kepada sopan santun dan perbuatan-perbuatan baik lainnya sesuai nalar yang dapat mereka tangkap. Keuntungan kita sebagai orang tua pada usia ini anak dapat dengan mudah diarahkan.

Tidak kalah penting ketika usia-usia sekolah pengawasan orangtua harus tetap berjalan dengan baik, karena perkembangan anak di tahap ini dipengaruhi oleh mikrosistem, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan teman sebaya. Artinya kita sebagai orang dewasa harus memastikan pengajaran yang tepat di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan mengawasi dengan siapa anak kita berteman. Teori yang sama ternyata telah diajarkan leluhur kita sang Sabdo Palon-pengasuh raja-raja Majapahit, yang mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh guru reka (orang tua), guru prabu (guru di sekolah) dan guru kanca (teman).

Nono adalah sebuah motivasi yang hadir saat ini, tentu tidak muncul secara slim salabim ada proses panjang yang menyertainya. Proses mendeteksi dini kepampuan anak adalah dalam rangka melahirkan Nono-nono lainnya. Soal capaian prestasi tidak harus sama seperti Nono, sebab mengantarkan anak kita pada tingkat kesuksesan maksimal mereka adalah prestasi tertinggi sebagai orang tua.

 Sanusi, M.Pd. adalah aktivis Humanity First Indonesia.

Tulisan ini disunting oleh Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd. dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)